Delapan Belas🦊

292 39 14
                                    

Seminggu sudah semenjak misi pertama dari Barara selesai. Fero dan Akira masih terus berlatih sesuai apa yang Barara perintah. Tak jarang lelaki buta itu memberi misi khusus untuk Fero dan Akira saja. Katanya karena dua bersaudara itu murid baru, jadi harus diberi latihan lebih keras dari yang lainnya. Fero sama sekali tak masalah. Karena selama ada Akira di sisinya, anak itu tidak perlu menghawatirkan apa-apa.

Kini, semua murid kembali Barara tempatkan pada satu lapangan di samping rumah. Katanya ada permainan yang harus mereka semua kerjakan. Mainan yang Barara maksud pasti tak jauh dari kata latihan. Karena tidak mungkin tiba-tiba Barara memberi mereka waktu untuk bermain.

"Permainannya mudah," kata Barara, "cukup bermain satu lawan satu. Yang menang boleh istirahat dan yang kalah akan bertarung lagi. Dan yang paling terakhir kalah atau menyerah, tentu ada hukumannya. Cukup jelas 'kan?"

Akira langsung menoleh pada Fero begitu saja. Bagaimanapun juga Fero masih lemah kalau itu soal bertarung. Apalagi Fero tak pernah bertarung sebelumnya. Bahkan sebelum permaian dimulai pun Akira tahu siapa yang akan mendapat hukuman dari Barara.

Saat Akira menatap ke arah adiknya, Akira bisa melihat bagaimana Fero terkejut di posisinya. Kemudian anak itu tampak memejamkan mata. Tak terlalu lama karena setelahnya anak itu membuka mata meniup telapak tangannya. Akira tahu anak itu sebegitu gugupnya. Sampai Akira seolah bisa merasakan bagaimana tangan anak itu basah karena keringatnya.

Namun, tak ada pilihan lain selain mengikuti permainan Barara. Akira yakin kalau tidak ikut pun pasti akan mendapat hukuman. Barara tentu tidak akan memberi kelonggaran. Tahu sendiri sikap Barara yang tak mau ditentang. Apa pun yang ia katakan, itu mutlak dan tak boleh ada perubahan.

Barara duduk santai di tempat biasa ia duduk saat melatih anak muridnya. Sementara banyak di antara mereka sudah melakukan pemanasan untuk persiapan bertarung. Bahkan Nujio yang masih kecil tampak semangat melakukan push up. Anak itu tidak kelihatan gugup sama sekali. Seolah pertarungan nanti bukan sesuatu yang harus ia takuti. Akira akui, walau kecil Nujio itu cukup lincah, terutama dalam menggunakan kaki. Kalau anak itu sudah menggunakan kekuatannya, pasti mudah saja baginya untuk mengalahkan lawannya.

Barara sama sekali tak mengatakan larangan apa-apa. Itu artinya semua diperbolehkan saat berlaga. Berarti semua orang boleh menggunakan kekuatan mereka. Walau Fero bisa berubah, Akira tetap tidak yakin anak itu bisa menghadapi lawannya. Bahkan untuk berubah saja anak itu jarang melakukannya. Seperti anak itu lebih nyaman dengan tubuh manusia dari pada serigala.

Akira memang tak bisa berubah, tapi soal kekuatan fisik boleh dicoba. Kalau Akira boleh prediksikan mungkin hanya Torano yang tidak bisa ia kalahkan. Selebihnya terlihat semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi Akira tahu kekuatan semua murid Barara.

Menghadapi Nujio ia bisa dengan memejamkan mata dan memfokuskan inderanya pada hidung dan telinga. Selama ia tak membuka mata, tak akan terjadi apa-apa. Kalau Laguna, Akira yakin tak terlalu susah untuk mengelabuhinya. Cukup buat ia memanjangkan rambut sepanjang yang ia bisa, kemudian Akira akan menjebak anak itu agar terperangkap sendiri oleh serangannya.

Soal Nikie, Akira hanya perlu melembutkan serangan saja. Pokoknya jangan sampai diri Nikie yang lain terbangun atau dia yang akan celaka. Cukup buat Nikie tersiksa sedikit saja dan buat gadis itu menyerah. Soal Fero, Akira bahkan tak berniat mengalahkannya. Yang terakhir Ayumi. Dari bagaimana anak itu berlatih selama ini, Akira tahu betul anak itu kurang pandai dalam menerima serangan tiba-tiba. Mudah saja melumpuhkannya dengan memberi serangan tak terduga paling banyak lima kali. Gadis itu pasti tidak akan bisa berdiri lagi.

Kecuali Torano. Karena selama Akira mengamati, anak itu selalu unggul dalam setiap serangan. Serangan jarak jauh, serangan jarak dekat, serangan tiba-tiba, bahkan serangan tak terduga pun Torano selalu menerimanya dengan santai. Bahkan selama latihan, Torano belum pernah sekalipun menunjukkan wujud macannya. Menurut Akira, mungkin anak itu kurang nyaman dalam wujud macannya, sama seperti Fero yang kurang nyaman dalam wujud serigalanya. Kalau saja Torano berubah, Akira tak tahu seberbahaya apa dia.

Half BeastWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu