02. Empat Belas🦊

143 24 19
                                    

💎Happy reading💎

Bagi Barara, keselamatan murid adalah yang utama. Jika itu mengharuskan ia untuk menyeberangi lautan, pasti akan Barara lakukan. Seperti sekarang juga, lelaki itu bahkan harus pergi menjelajahi hutan. Hutan Giera bukanlah tempat di mana Barara bisa bergerak bebas. Karena mungkin baru kali ini Barara menginjakkan kaki di sana. Dengan Torano sebagai penuntun jalannya.

"Yang benar saja. Apa iya kita harus tidur di hutan?" Nikie, gadis itu sudah merinding saat pertama kali ia melangkah ke dalam hutan. Ada aura mencekam yang bisa gadis itu rasakan.

"Tidak hanya dua, aku merasakan ada belasan orang ber---"

Nikie refleks memekik kencang sebelum kalimatnya selesai Barara gaungkan.

"Di--di mana?" tanya gadis itu dengan suara gemetar.

Barara menyentil kuat dahi Nikie, membuat gadis itu mengerang dan langsung menutupi dahi.

"Jadikan itu pelajaran karena sudah memotong pembicaraan orang dewasa. Tenang saja, yang kuceritakan bukan di hutan ini, tapi tadi saat di rumah."

Yang membuat mereka berada di sini sekarang adalah keputusan Barara. Tepatnya karena Barara merasakan ada beberapa orang mengintai mereka dari kejauhan. Kalau hanya satu atau dua, Barara masih bisa menanganinya, tapi kalau sebanyak tadi mana mungkin Barara bisa menghentikan mereka. Terlebih di antara mereka banyak yang memiliki kekuatan aneh.

"Aa, jadi itu alasan kenapa kita malah ke hutan?" tanya Laguna yang diangguki Barara.

"Bukankah itu tidak berlebihan? Kurasa jumlah sebanyak itu mudah untuk dilumpuhkan," kata Torano tampak kesal.

"Kalau saja masalahnya memang semudah itu. Maksudku, kau bayangkan saja orang-orang itu kita habisi, itu artinya kita akan melawan satu desa loh. Contohnya saja Ayumi, kalau bertarung, dia yang paling berisik. Tidak mungkin tidak ada yang mendengar dan menjadikan kita tontonan. Kalau itu terjadi, bersiap-siap saja diusir dari Giera."

"Bukannya itu bagus? Kalau begitu, kita bisa mencari tempat lain saja. Tidak harus di Giera." Fero angkat bicara, walau sebenarnya anak itu setuju-setuju saja saat Barara mengusulkan ke hutan malam-malam.

Barara tahu yang dikatakan Fero itu benar adanya, tapi mungkin karena memang dari awal ia menunjuk desa Giera sebagai tujuannya, Barara jadi tidak mau jika tiba-tiba tujuan mereka di rubah. Karena alasan Barara memilih Giera adalah Torano. Anak itu sering terlihat murung belakangan ini. Dan yang bisa Barara pikirkan hanya satu, Torano merindukan kampung halamannya.

Memang saat tiba di sana, Torano tampak tidak suka. Akan tetapi, Barara bisa melihat bagaimana mata anak itu berbinar saat sampai di rumah lamanya. Ada kerinduan besar saat Barara berlagak menyambut Torano di sana. Barara tidak mungkin salah memperkirakan detak jantung Torano yang menggila. Detak jantung Torano mengatakan kalau anak itu bahagia saat sampai di rumah lamanya.

"Hei! Memangnya apa bedanya di rumah dengan di sini? Kalau saja di rumah berbahaya, di sini pasti lebih berbahaya. Ini di hutan loh," kata Nujio.

"Aku juga tidak bilang kalau di sini aman. Karena mereka mengejar kita sampai ke sini. Masalahnya ... sebentar lagi mereka tiba."

"Yang benar saja, Barara. Bagaimana caranya melawan mereka di sini? Aku tidak bisa melihat apa-apa," keluh Nujio.

"Makanya, sudah diputuskan siapa yang akan bertarung malam ini. Yang pertama, tentu saja Torano, pusat dari masalah ini," Barara menjeda ucapannya, hanya untuk melihat ekspresi Torano saat ia mengatakan kalimat itu, "jangan menatapku seperti itu! Mereka itu orang yang dulu pernah kau renggut kebahagiaannya. Orang-orang yang mereka sayang, lenyap di tanganmu. Mungkin kau lupa karena kau tidak tahu apa yang kau lakukan saat menjadi macan."

Half BeastWhere stories live. Discover now