02. Tujuh Belas🦊

133 21 27
                                    

💎Happy reading💎

"Kakak! Apa yang kau lakukan?! Aku tidak apa-apa, tolong bantu Kak Ayumi saja!" pekik Fero sambil berusaha menghindari serangan Afrian.

Akira diam saja, anak itu terus melangkah mendekat. Siap menghantam Afrian dengan kakinya kuat-kuat.

Mungkin karena terfokus pada Fero, Afrian tidak bisa menghindari tendangan Akira yang mendarat di perutnya. Akira mengambil kesempatan itu untuk merampas pedang Fero dan menyeret anak itu ke belakang tubuhnya.

Sementara itu, Torano masih bertahan melawan Margareth yang levelnya benar-benar jauh di atas Torano. Walau tubuhnya kecil dan cantik, gadis itu memiliki kekuatan seperti orang dewasa. Sangat tidak sesuai dengan wajah imutnya.

"Satu!" ujar Margareth untuk kemudiam tersenyum di tempatnya.

Awalnya Torano tidak paham, tapi saat tiba-tiba dadanya tergores cukup panjang, Torano sadar kalau Margareth sedang menghitung luka lawannya. Sepertinya sedari tadi Margareth hanya bermain-main saja, buktinya gadis itu bisa menghitung luka Torano bahkan sebelum pedangnya benar-benar mengenai tubuh Torano. Gadis itu sudah merencanakan berapa banyak luka yang harus ia toreh di tubuh Torano.

"Sial!" umpat Torano. Dadanya terasa perih luar biasa. Hanya saja Torano tahu kalau permainan mungkin baru di mulai di luka pertamanya.

Tidak hanya itu saja, Barara di sana yang masih tidak bisa berbuat apa-apa tampak berbicara dengan lelaki yang baru saja tiba. Lelaki itu datang bersama seoarang perempuan duapuluhan---lebih tepatnya duapuluh delapan--- yang hanya berpangku tangan dengan senyum licik di wajahnya. Dari sana saja bisa disimpulkan kalau ia memandang remeh Barara yang menurut murid-muridnya cukup luar biasa.

"Lama tidak berjumpa, Barara!" sapa lelaki itu.

"Siapa?" tanya Barara. Kalau diingat-ingat, lelaki di hadapannya ini mirip seseorang, tapi Barara lupa itu mirip siapa.

Lelaki itu tampak marah. "Setelah kau membunuh ibuku sekitar sembilan tahun yang lalu, sekarang kau melupakan anaknya? Kau lupa dengan seorang anak sembilan tahun yang menangis karena kau bunuh ibunya?!"

Sumpah, Barara tidak mengerti anak ini sedang membicarakan apa. Barara tidak tahu anak ini sedang menceritakan kisah apa. Yang jelas, Barara tidak pernah membunuh perempuan, apalagi itu yang mempunyai seoarang anak. Barara tidak tahu apa-apa, tapi laki-laki ini menyebut nama Barara dengan benar. Itu artinya ia sedang tidak salah orang.

"Apa maksudmu?" tanya Barara.

"Kau yang membunuh ibuku. Padahal waktu itu adikku yang baru lahir, mungkin umurnya baru dua bulan, masih begitu membutuhkan ibu. Tapi, kau justru membunuhnya. Kau tahu betapa beratnya hari yang kulalui setelah itu?!" tanyanya marah.

Padahal Barara tidak ingat pernah membunuh wanita yang memiliki anak berumur sembilan tahun. Apalagi wanita itu juga memiliki anak lain yang masih berumur dua bulan. Memangnya Barara sekejam itu? Tidak mungkin. Pasti lelaki itu salah orang.

Tiba-tiba perempuan yang bersama lelaki yang berbicara aneh itu memejamkan mata dan memangguk-anggukkan kepalanya, lalu berkata, "Baiklah! Aku mengerti." Entah kepada siapa.

"Kai! Kita pergi sekarang!" katanya, menarik tangan lelaki yang ia panggil Kai itu dan berlalu sekejap mata.

Tepat saat itu pula pijakan Barara kembali terasa ringan dan ia bisa melangkah. Barara jadi menyadari kalau kekuatan yang bisa menahannya di tempat itu milik siapa. Itu milik perempuan yang bersama Kai tadi.

Di waktu yang bersamaan, jantung Barara seperti ingin melompat melalui mulutnya. Kai. Nama lelaki itu langsung menguasai kepala Barara. Barara jadi ingat siapa lelaki itu. Hanya saja, tuduhannya tentang Barara, itu tidak pernah benar-benar ada. Atau ada, tapi Barara melupakannya?

Half BeastDär berättelser lever. Upptäck nu