02. Sembilan🦊

133 26 23
                                    

💎Happy reading💎

Torano hanya diam saja saat Tala bercerita panjang lebar di atas punggungnya. Torano hanya mengangguk-angguk saja sebagai bukti kalau ia masih mendengarkan cerita Tala. Padahal Torano sama sekali tidak mengerti gadis itu menceritakan apa. Karena saat membawa Tala dari rumah tadi, Torano mulai menyesal karena mengatakan ia akan menculik Tala. Jadinya gadis itu terus bertanya kapan Torano akan menculiknya. Sampai saat mereka benar-benar membawa Tala pergi, gadis itu mulai bercerita yang tidak Torano pahami.

"Kak, kita mau ke mana?" tanya Tala.

"Tenang saja! kami tidak akan benar-benar menculikmu kok." Bukan Torano yang menjawab, tapi Fero yang sedari tadi terus berjalan di samping Torano.

"Heee?" Gadis itu menampilkan wajah tidak mengertinya. Padahal sedari tadi gadis itu memang tidak mengerti kenapa ia sampai harus mengikuti orang-orang ini.

"Hei! Kenapa tadi kau memelukku?" tanya Torano tiba-tiba.

'Haishh ... masih saja mempermasalahkan yang tadi,' batin Fero.

"Kenapa? Tentu saja karena Kakak tampan."

Fero hampir tersedak ludahnya sendiri mendengar jawaban Tala. Kalau saja dia memeluk Torano karena menurutnya Torano tampan, lalu apa kabar dengan penolakannya pada Fero saat tadi Fero menawarkan diri untuk menggendong gadis itu? Jangan bilang kalau di mata Tala, Fero yang imut---menurut pengakuan sendiri---ini jelek? Itu tidak lucu sama sekali. Ah, tolong siapa saja, katakan kepada Tala kalau Fero itu memang seimut dan setampan itu. Kalau bisa, tolong beritahu Tala, di antara murid Barara, dialah yang paling tampan.

"Kalau aku bagaimana? Aku ini tampan tidak?" tanya Fero mencoba memberanikan diri.

"Heee? Tampan? Memangnya Kakak ini laki-laki?"

Oh, kalau seperti ini Fero serasa mau mati. Memangnya menurut gadis itu Fero seorang perempuan sedari tadi? Dilihat dari mana pun juga Fero itu seorang laki-laki. Rambut yang hanya sebatas menutupi telinga, celana kebesaran yang mencolok mata, dan tentu saja otot tangannya yang berisi. Lalu, datang perempuannya dari mana? Kalau seperti ini, mungkin Fero terlampau imut.

"Kau pikir aku ini perempuan? Dasar."

"Habisnya Kakak cantik seperti perempuan, terutama matanya."

'Tolong katakan sekali lagi.'

Fero ingin terbang saja saat ini. Tidak apa-apa dituduh perempuan karena memiliki mata yang indah. Setidaknya Tala tidak menganggap Fero lelaki yang jelek dan tidak enak dipandang mata.

Fero beralih pada Torano yang hanya diam setelah pertanyaannya dijawab oleh Tala. Tampak oleh Fero kalau Torano sedang menahan tawa. Ini momen langka yang jarang Fero lihat setelah sekian lama. Karena yang ia tahu, Torano adalah sosok sebeku es di kutub Utara---utara yang sesungguhnya, bukan Utara tempat tinggal mereka.

"Sudah sampai." Torano menurunkan Tala di depan rumah lamanya, lalu membantu anak itu duduk di dekat Barara yang memang sudah menunggu lama.

Barara tersenyum saat menyadari kedatangan dua orang muridnya dan satu orang lagi yang ia tidak tahu itu siapa.

"Menghadap ke mana kau? Aku sudah berhasil membawa gadis ini. Dia tidak takut denganku, dia percaya kalau aku bukan monster," kata Torano. Kesal dengan Barara yang masih menatap lurus ke depan. Seperti sedang menunggu seseorang datang.

"Diam dulu, Torano! Aku sedang menanti sembilan belas orang lainnya."

Torano mengepalkan tangannya. Ia tahu kini Barara sedang mengejeknya. Salahkan Torano sendiri yang sok-sokan mau membawa dua puluh orang ke hadapan Barara. Jadi, saat ia hanya berhasil membawa satu orang saja---itu pun seorang bocah, itu membuat Torano harus menerima olokan dari Barara.

Half BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang