Tiga🦊

655 83 32
                                    

💎Happy reading💎

Umur Akira masih 11 tahun, tapi ia dipaksa untuk bertahan hidup tanpa kedua orang tua. Ditambah lagi ada satu adik yang harus ia jaga. Umur mereka hanya terpaut dua tahun saja, tapi adiknya itu benar-benar masih polos dan tak bisa melakukan apa-apa. Itu artinya semua harus Akira yang melakukannya. Mulai dari bagaimana cara mencari makanan agar mereka tak kelaparan, sampai memikirkan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Untunglah hari ini takdir berpihak pada Akira. Karena kali ini ia bisa meyakinkan salah satu penduduk di sana bahwa ia bisa bekerja. Akira meyakinkan seorang lelaki tua kalau ia bisa melakukan apa saja. Lelaki itu hanya tersenyum saat tadi Akira meminta pekerjaan kepadanya, kemudian menyuruh Akira membantunya membawa pupuk dari kandang sapi ke ladangnya.

"Apa kau lelah, Nak?" Setelah berulang membawa pupuk hampir sepuluh kali, lelaki yang sudah berumur 65 tahun itu bertanya pada Akira. Sembari mengalap peluh yang membasahi wajahnya.

Hari ini begitu panas. Membuat lelaki tua itu merasa lelah walau bekerja belum seberapa.

Akira menatap lelaki tua yang menyuruh Akira memanggilnya Kakek Pupa. Akira bisa melihat bagaimana Kakek Pupa begitu kelelahan saat ini, kendati Akira belum merasakan apa-apa.

"Tidak ... aku tidak lelah sama sekali. Aku sudah terbiasa berlatih. Kalau Kakek lelah, Kakek bisa mempercayakan pupuk yang masih tersisa padaku saja. Aku akan menyelesaikannya," balas Akira. Semangat sekali sampai mengundang senyum di bibir Kakek Pupa.

"Kakek kira kau ini lemah, soalnya kulitmu terlalu putih. Kakek kira dulu kau selalu di rumah dan tak pernah mengerjakan pekerjaan berat, tapi ternyata kakek salah."

"Tidak apa-apa, Kek. Orang-orang juga beranggapan seperti itu saat melihatku pertama kali. Kakek istirahat saja, biar aku yang mengangkut sisanya."

Kakek Pupa mengangguk menyetujui, lalu berjalan ke bawah pohon beringin yang tumbuh di sebelah kiri. Duduk di bawah pohon untuk mengistirahatkan tubuhnya yang letih. Sembari mengibaskan topi besar yang tadi ia pakai.

Sementara Akira kembali berjalan ke kandang sapi milik Kakek Pupa, mengangkut kembali pupuk-pupuk yang tertumpuk di samping kandang. Pupuk yang tersisa masih banyak, tapi Akira benar-benar tak mempermasalahkannya. Karena bagi Akira, semua seperti latihan yang selama ini ayah berikan padanya. Malah apa yang ia lakukan sekarang belum seberapa. Diam-diam Akira bersyukur karena dilatih keras oleh ayah selama ini. Karena dalam keadaan seperti sekarang Akira baru sadar kalau kekuatan itu lebih penting dari segalanya.

🦊🦊🦊

Akira baru selesai dengan semua pekerjaannya. Maka dari itu, Kakek Pupa menawarkan Akira untuk singgah terlebih dahulu ke rumahnya. Akira menyanggupi karena merasa segan menolak tawaran Kakek Pupa.

Rumah Kakek Pupa tak terlalu jauh dari kandang sapi, hanya perlu berjalan beberapa langkah saja dan mereka sudah tiba di rumah Kakek Pupa.

Dari jarak yang tak lagi seberapa, Akira bisa melihat seseorang yang tertidur di teras papan rumah Kakek Pupa. Butuh dua detik untuk Akira tahu bahwa yang terlelap di sana adalah adiknya. Akira bahkan tak tahu kenapa Fero bisa ada di sana. Karena saat Akira pergi dari rumah, Fero ia suruh berdiam diri saja di rumah, tapi kenapa anak itu justru berada di rumah Kakek Pupa?

"Ah, anak ini?" tanya Kakek Pupa dengan dahi berkerut, memperhatikan Fero yang tertidur lelap di teras rumahnya.

Pintu rumah tiba-tiba dibuka dari dalam. Menampilkan wanita tua yang langsung tersenyum saat melihat Akira dan Kakek Pupa. Dia Nenek Pupa, istri Kakek Pupa. Akira juga sudah berkenalan dengannya tadi pagi.

Half BeastHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin