02. Lima Belas🦊

132 20 31
                                    

💎Happy reading💎

Fero tidak pernah berada di posisi ini sebelumnya. Lelaki itu tidak pernah melihat Akira dalam bahaya. Yang ada hanya Fero dalam bahaya dan Akira yang akan melindunginya. Sekarang keadaan menjadi terbalik, membuat Fero teringat akan kata-kata Barara. Bagaimana kalau yang dalam bahaya adalah Akira? Dan sekarang, semua itu terjadi. Bergerak sedikit saja mungkin Akira akan mati.

Fero memutuskan untuk kembali menjadi manusia. Fero ingin sedikit bernegosiasi dengan mereka.

"Le--lepaskan Kak Akira!" perintah Fero.

Akira menggerakkan matanya dengan liar. Memberi kode pada Fero untuk lari dari sana. Menyuruh Fero lari mencari Barara dengan berusaha memberi kode lewat tangan dan juga mata. Akan tetapi, sepertinya Fero tidak paham dengan kode Akira.

"Lari!" pekik Akira pada akhirnya ketika Fero tak kunjung beranjak dari sana.

Fero menggeleng lemah, tidak seharusnya ia lari dalam keadaan Akira dalam bahaya. Selama ini, saat Fero dalam bahaya, Akira tidak pernah meninggalkannya. Akira akan berusaha sekuat tenaga agar Fero baik-baik saja. Fero hanya ingin melakukan hal yang sama. Tidak akan pergi sebelum ia bisa melepaskan Akira dari mereka bertiga.

"Apa yang kalian inginkan? Kenapa menyerang kami?" tanya Fero, terdengar hampir kehilangan semangat hidupnya.

"Tora sialan itu membunuh orang yang berharga bagi kami. Berarti orang yang berharga bagi Tora, juga harus kami basmi 'kan? Apa itu salah?"

Sepertinya Torano memang belum menceritakan semuanya. Masih ada rahasia yang lelaki itu simpan sendiri. Tentang apa yang terjadi setelah Naomi dan Irgi mati. Atau tentang kisah Torano jauh sebelum ia membunuh orang yang sangat berarti baginya itu.

"Fero Sialan! Apa yang kau tunggu? Sebelum mereka berubah pikiran dan menangkapmu, larilah!" ujar Akira sambil menggertakkan giginya. Posisi pedang yang berjarak satu senti dari lehernya membuat Akira mati-matian untuk tidak bergerak sedikit saja.

Fero tidak mendengarkan perintah Akira. Sebaliknya, anak itu justru mengangkat tangan setara dada. Mengatakan pada lawannya kalau Fero sudah menyerah. Itu membuat tiga orang di sana tertawa, sementara Akira mengerang di tempatnya.

"Apa-apaan kau, hah?! Kau mau mati di tangan mereka? Jangan konyol, Fero! Sudah cukup aku saja yang mati bukan? Apa-apaan kau, hah?!"

"Bukankah lebih baik kalau kita mati bersama?"

"Kau ...!"

Akira merapatkan giginya. Tangan lelaki itu juga sudah mengepal cukup kencang. Menahan amarah juga takut yang berpadu dalam diam. Ada rasa tidak terima juga saat tahu orang yang berada di depan mereka kini berbeda dari musuh-musuh yang pernah Akira hadapi sebelumnya. Walau Akira tahu mereka hanya butuh satu kesempatan saja. Maka mereka bisa memenangkan pertarungan ini. Masih ada celah untuk melumpuhkan mereka, tapi celahnya terlalu kecil sampai Akira susah menemukannya. Akan lebih mudah jika tadi Fero berlari dan meminta bantuan kepada teman-temannya. Sialnya anak itu terlalu keras kepala dan malah menyerah. Akira juga tidak mungkin mati semudah itu, tapi kalau berdua seperti ini yang ada pergerakannya nanti terbatas karena Fero yang akan menjadi ancaman.

"Anak pintar!" Tawa Abim pecah setelahnya.

Lelaki itu mendekat ke arah Fero dan ingin mengunci pergerakannya. Akan tetapi, yang terjadi selanjutnya justru membuat siapa saja yang ada di sana membulatkan mata. Bahkan Akira sampai berpikir matanya sedang membohongi hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Padahal kenyataannya apa yang ia lihat memang benar-benar terjadi.

Fero memang berlagak seolah ia menyerah, tapi anak itu tidak pernah benar-benar menyerah. Yang Fero lakukan saat tangan Abim ingin meraihnya, yaitu mengincar lutut bagian belakang Abim dengan tungkainya. Mungkin karena tidak terpikirkan Fero akan melakukan itu, Abim tidak menguatkan kuda-kudanya. Makanya dengan hentakan yang tidak terlalu kuat, Fero bisa membuat Abim bertekuk di hadapannya. Fero menarik rambut Abim kuat. Tangannya yang lain sudah ia arahkan ke leher lawan.

Half BeastNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ