03. Sebelas🦊

Mulai dari awal
                                    

"Sepertinya ini rumahnya. Lihat! Pekarangannya bersih, itu artinya ada orang yang tinggal di sini," kata si perempuan yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.

Sementara lelaki yang bersamanya tampak mengangguk mengiyakan.

Enam orang yang sedari tadi mengintip di dalam rumah, mulai berpandang-pandangan dan serentak menganggukkan kepala. Nujio yang mengambil langkah pertama. Berlari ke luar rumah dengan wajah seperti tanpa beban apa-apa. Anak itu tertawa, terlihat seperti tidak mengetahui dua orang yang baru datang ke sana.

Lalu, Ayumi menyusul dengan wajah serupa. Tertawa riang dan menangkap tubuh Nujio setelahnya.

"Kena kau, Anak Nakal!" ujar Ayumi bersandiwara dan kemudian keduanya tertawa setelahnya. Masih pura-pura tidak sadar kalau ada dua orang asing di sana.

Lalu, yang lain ikut keluar dari rumah. Akira angkat bicara sambil melambai sekali pada Ayumi.

"Hei! Mereka siapa?" tanya Akira pura-pura bertanya. Sengaja tidak menyebutkan nama Ayumi. Karena khawatir orang itu mengenali nama mereka dan langsung menjalankan aksinya. 'Kan bahaya kalau dua orang itu memang musuh yang datang ke Utara.

Ayumi dan Nujio kompak menatap arah telunjuk Akira dan Ayumi menundukkan badan setelahnya.

"Maaf karena tidak menyadari kehadiran kalian. Kalau boleh tahu, ada perlu apa, ya?" tanya Ayumi sok ramah.

Nujio menatap sekilas Ayumi yang menundukkan badannya. Lalu, anak itu melakukan hal serupa.

Lulu dan Wira, dua orang yang baru datang itu tampak bertatapan dengan ekspresi yang sulit diterka. Masih dalam keadaan dua bocah di hadapan mereka menundukkan kepala, Wira mengangkat kakinya dan menendang kuat kepala Nujio yang menunduk tepat di hadapannya. Akibatnya Nujio tersungkur ke tanah dan mengerang setelahnya.

"Woi, Sialan! Mau mati, ya?" tanya Torano marah. Anak itu tahu-tahu sudah berdiri di hadapan Wira dengan tatapan menyala. Tampak ingin melahap Wira saat itu juga.

"Kakak, aku tidak apa-apa. Mungkin orang ini tersinggung karena kami tidak menyadari kedatangannya tadi," ujar Nujio. Sepertinya bocah itu masih ingin menjalankan sandiwaranya. Berpura-pura tidak tahu apa-apa.

Ayumi membantu Nujio berdiri dari posisinya dan menepuk baju Nujio yang kotor terkena tanah.

"Sakit, ya?" tanya Ayumi, mengelus lembut pipi Nujio yang memerah. Lalu, Ayumi beralih pada Wira yang masih berdiri angkuh di sana, "Maaf karena tidak menyadari kehadiran kalian, maaf karena tidak menyambutnya dengan baik."

"Sudahlah!" lerai Lulu di belakang Wira, "Tidak usah bersandiwara lagi. Aku tahu kalian sudah menyadari kedatangan kami sedari tadi."

Semuanya tampak terkejut. Dari mana perempuan itu tahu kalau mereka berenam mengetahui kedatangan Lulu dan Wira?

"Aa--apa?" tanya Ayumi tak percaya.

"Dalam urusan bersandiwara, sepertinya kalian harus belajar dulu dari ahlinya. Kakakku ini sangat ahli dalam hal itu," kata Wira dengan sedikit menampilkan senyum menyebalkan miliknya.

Lulu tertawa dan berkata, "Kau ini! Biar kujelaskan sedikit kelemahan kalian dalam bersandiwara. Pertama, saat kami tiba, tidak ada siapa-siapa di luar rumah dan pintu juga ditutup rapat. Lalu, tak lama bocah ini muncul dan disusul gadis ini setelahnya. Berpura-pura tidak melihat kami dan malah bermain kejar-kejaran! Jelas sekali sandiwaranya. Waktu kalian ke luar rumah terlalu dekat dengan waktu kami sampai ke sini. Jelas sekali kalau kalian menunggu kami sampai di sini dulu baru melaksanakan sandiwaranya. Apalagi setelahnya orang-orang bodoh lainnya malah memperlihatkan diri beramai-ramai dan bertanya kita ini siapa. Bukankah kalian terlalu memaksakan diri untuk berpura-pura. Orang pasti akan merasa aneh saat ia datang tidak ada siapa-siapa, tapi tak butuh waktu lama, semua penghuni rumah langsung menampakkan diri bersama-sama."

Torano menelengkan kepalanya. Baru kali ini ia bertemu dengan pengamat super baik seperti Lulu.

"Biar kutambahkan sedikit lagi keanehannya." Wira bersuara lagi, "Padahal aku menendang kepala bocah ini untuk memastikan kalian hanya berpura-pura, tapi aku tidak pandai mengira-ngira. Kalau bocah ini hanya orang biasa, harusnya ia sudah tak sadarkan diri, tapi lihat! Bocah ini bahkan masih bisa berdiri. Kuat juga, ya?" Wira tertawa.

Ayumi pikir penjelasan lelaki itu hanya sampai di sana saja, tapi ternyata Wira malah kembali membuka suara.

"Lalu, lelaki ini datang sangat cepat dan tahu-tahu sudah ada di depan mata. Jelas sekali kalau kalian ini bukanlah orang biasa. Bocah-bocah di sini menarik, ya?"

"Oh iya, lupa. Kalian juga terlihat sangat berjaga-jaga dalam memanggil nama. Bahkan hanya memanggil 'hei' karena takut kami mengenali nama kalian bukan? Haah, terlalu berhati-hati sekali." Itu Lulu yang lagi-lagi menambahkan.

"Haish! Sudah ketahuan, ya ternyata? Mau bagaimana lagi," kata Torano. Secepat mungkin ia melayangkan tendangan kaki kiri ke wajah Wira, "itu balasan karena kau sudah menyentuh apa yang tidak seharusnya kau sentuh."

Wira tertawa di tempatnya, kemudian meludah ke arah kiri. Guna membuang darah dalam mulut karena tadi tak sengaja mengigit pipi bagian dalamnya.

"Kau macan, ya?" tebak Wira dengan tatapan mengintimidasi.

Torano tidak tahu darimana lelaki ini mengetahui identitasnya, tapi yang jelas Torano harus tetap tenang. Bisa saja itu hanya kebetulan. Bisa saja Wira hanya menebak saja dan kebetulan jawabanya memang benar.

"Kalau iya, memangnya kenapa?" tantang Torano dengan tatapan tajam yang tak luruh dari wajahnya.

Tiga orang lain, yakni Akira, Fero, dan Ayumi mulai mendekat dengan wajah yang tak lagi sok imut seperti tadi. Ketiganya memperlihatkan wajah yang sudah siap membunuh dua orang di hadapan. Tak ada rasa takut, tapi sedikit ada rasa was-was di mata ketiganya.

"Tiga lawan satu, oke?" tawar Nikie.

Akira dan Fero mengangguk saja dan Nujio yang mendengarnya langsung siaga. Beralih posisi lebih dekat ke arah Torano dan disusul Nikie setelahnya. Sementara Akira dan Fero pergi ke arah Ayumi dengan Lulu sebagai targetnya.

"Wah, kalau seperti ini jadi tiga serigala, ya!" Ayumi memasang wajah ceria yang awalnya sok khawatir pada Nujio yang mendapat tendangan tiba-tiba dari Wira.

Mendengar itu, Lulu tahu kalau yang dihadapannya semua adalah serigala. Dan satu di antaranya, lebih tepatnya gadis ini adalah target Kai yang tidak boleh ia bunuh. Dua lagi, bebas mau dia apakan.

Jujur, ini pengalaman pertama Lulu menghadapi half beast seperti tiga orang di hadapannya, tapi jangan salah. Walau tak pernah berhadapan dengan half beast seperti mereka, Lulu sering berhadapan dengan orang-orang berbahaya lainnya.

🦊🦊🦊

Pertarungan dijeda dulu, ya sampai tiga hari ke depan (itu pun kalau enggak ada halangan atau kelupaan)🤣

Half BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang