02. Delapan Belas🦊

ابدأ من البداية
                                    

Kaki Afrian yang menari-nari di dekat kepalanya terus Fero perhatikan dengan seksama. Sampai saat kedua kaki Afrian melewati tubuhnya untuk menyerang Akira, Fero langsung mengeluarkan kuku-kuku panjangnya. Menyayat kedua pergelangan kaki Afrian cukup dalam. Membuat tubuh Afrian ambruk saat itu juga yang disertai dengan erangan.

Fero bertaruh kalau saat ini kaki Afrian tidak akan bisa lagi untuk berdiri. Sudah pernah Fero katakan 'kan kalau kukunya lebih tajam daripada pisau? Dengan begitu, menyatat dua buah kaki tentu sangat mudah baginya.

"Arrrrggghhhh! Sakit!" pekik Afrian yang sudah terbaring di tanah. Berbeda dengan Fero yang kini sudah berdiri dari posisinya.

Pedang Afrian terlempar tak jauh dari tubuhnya yang ambruk. Fero menendangnya cukup jauh sampai Afrian tak bisa lagi menjangkaunya. Lelaki itu juga sepertinya tidak peduli dengan pedangnya yang sudah tidak berada dalam radiusnya. Lelaki itu asyik mengerang dengan kedua kakinya yang terus mengeluarkan darah.

"Ba--bagaimana bisa? A--aku sudah melumpuhkanmu tadi. Tidak ... bu--kan itu yang aneh, dengan apa kau ... melukai kakiku?" tanya Afrian terbata.

Fero memamerkan kuku panjangnya kepada Afrian. Lalu lelaki itu mengembalikannya lagi seperti semula.

"Dengan ini," kata Fero setelahnya dan ia bisa melihat Afrian terkejut di tempatnya. Dia pikir Fero itu manusia biasa? Itulah kesalahan besar Afrian saat pertama kali pertarungan ini berlangsung. Afrian terlalu percaya kalau Fero hanya bocah biasa yang lumayan kuat, padahal Fero lebih dari itu.

Napas Akira tampak terengah di tempatnya. Setidaknya dengan ambruknya Afrian, dia bisa sedikit beristirahat. Berhubung luka diperutnya juga perlu dibalut lagi dengan benar agar tak semakin parah.

Sementara di hadapannya, Fero menatap Akira dengan mata berkaca. Dan Akira diam-diam menghitung sampai tiga dalam hatinya.

'Satu.'

'Dua.'

'Tiga.'

Tepat di hitungan ketiganya, Akira bisa melihat bagaimana Fero membuka mulut lebar-lebar di sana. Menangis kuat dengan mata yang ia tutup dengan sebelah lengannya. Persis seperti apa yang ada dalam pikiran Akira sebelumnya. Walau sudah sebelas tahun, anak itu benar-benar masih bocah. Masih sering menangis kalau Akira tidak baik-baik saja. Dan sekarang, Fero kambuh lagi.

"Tidak apa-apa. Kemarilah!" Akira membuka tangannya lebar-lebar. Menanti tubuh Fero menghambur ke sana.

Fero menarik ingusnya sekali, lalu melompat ke pelukan Akira yang mana disambut dengan ringisan oleh Akira. Alasannya karena Fero tidak sengaja menekan luka di perutnya.

Namun, detik berikutnya Akira terkejut mendapati punggung Fero yang basah. Awalnya Akira hanya mengira itu hanya keringat saja, tapi saat Akira menjauhkan tangannya dari punggung Fero, ia bisa melihat noda merah memenuhi telapak tangannya.

"Fero! Kau ... terluka?" tanya Akira panik. Anak itu membalikkan tubuh Fero seketika.

"Tidak parah. Hanya tergores saja."

"Kapan?" tanya Akira lagi.

"Saat tadi aku berdiri di tengah kalian berdua dan membelakangi Ka---"

"Jadi ... itu gara-gara aku?" tanya Akira lagi mulai gemetaran di tempatnya.

"Sudah kubilang tidak apa-apa."

Akira baru akan bersuara lagi, tapi pekikan Barara di seberang sana langsung membuat pikiran Akira terbagi.

"AKIRA! HENTIKAN AYUMI, GADIS INI BERBAHAYA!"

🦊🦊🦊

Ayumi tidak tahu kenapa sedari tadi ia hanya fokus pada Torano saja yang kini bertarung di sebelah kiri, Akira dan Fero di sebelah kanan---paling dekat dengan posisinya saat ini, dan Barara yang berada di tengah-tengah melawan Margareth. Lalu, saat ia mengalihkan perhatiannya pada ayahnya, ia terkejut mendapati banyak luka di tubuh Barara, bahkan Margareth juga terluka tak kalah banyaknya. Anehnya mereka berdua masih berdiri dan menyerang satu sama lain. Seolah mengatakan pertarungan ini hanya akan berakhir saat salah satu di antara mereka mati.

Half Beastحيث تعيش القصص. اكتشف الآن