02. Lima Belas🦊

Start from the beginning
                                    

"Kalau tidak mau temanmu kenapa-kenapa, lebih baik lepaskan Kak Akira. Kuku milikku lebih tajam dari pedangmu. Dan lagi cara menggunakannya mudah, kalau Kak Akira terluka sedikit saja, aku tidak bisa menjamin orang ini akan baik-baik saja saat refleksku bekerja tiba-tiba."

Abim diam-diam mengeluarkan pisau dalam saku celana, tapi pergerakanya langsung terbaca oleh Fero dan berakhir dengan lehernya yang terluka.

"Jangan coba-coba melakukan hal bodoh."

Di kuku Fero yang menancap pada leher Abim tampak darah segar yang mengalir dari sana. Membuat dua temannya membeku di tempat. Gerald yang menahan Akira jadi ragu untuk melepaskan atau tetap menahan pergerakan Akira.

"Baiklah! Serahkan Abim dan akan kuserahkan kakakmu," putus Gerald pada akhirnya.

"Serahkan dulu kakakku!" perintah Fero.

Gerald menurunkan pedangnya, untuk kemudian memasukkan kembali pedang ke sarung yang tersimpan di balik punggungnya. Lelaki itu mendorong pelan punggung Akira ke arah di mana Fero berada.

Baru saat Akira berada dalam radiusnya, Fero tersenyum girang ... dan dalam detik kedua, suara darah yang menciprat terdengar memekakkan telinga. Detik berikutnya Fero meraih tangan Akira dan berlari kencang setelahnya. Meninggalkan Abim dengan luka sayatan panjang di leher dan dua orang lain yang kini memekik kencang. Ragu antara mengejar Fero dan Akira atau membawa Abim keluar dari sana. Pergi mencari tabib dan berharap nyawa Abim masih bisa di selamatkan.

"Woi, Fero! Kenapa sampai membunuhnya?" tanya Akira, masih berlari kencang di samping Fero.

"Memangnya kenapa? Kakak mau dibunuh sama mereka?" ujar Fero balik bertanya.

"Ya kau hanya perlu melumpuhkannya saja 'kan?"

"Ada apa denganmu? Ini bukan pertama kalinya kita membunuh orang. Kurasa tidak ada yang salah dengan itu."

Iya, memang benar baik Fero maupun Akira sudah banyak membunuh musuhnya selama ada misi dari Barara. Hanya saja, bagi Akira saat dengan mudahnya lelaki bernama Gerald itu menyerahkan Akira begitu saja agar temannya tidak terluka, membuat Akira berpikir kalau Abim adalah orang yang penting bagi Gerald. Mereka berniat membalaskan dendam orang yang mereka sayangi kepada Torano yang melenyapkannya. Yang mereka inginkan membalas dendam, yang terjadi justru kembali kehilangan. Pasti itu sangat menyakitkan.

"Setelah ini bagaimana? Kau mau membunuh yang dua lagi?"

Fero mengangguk sebagai jawaban. Tentu saja membunuh musuh itu adalah satu hal yang harus dilakukan. Tidak ada ampun bagi orang yang memusuhi temannya.

"Yah! Mau bagaimana lagi. Mari kita lakukan!" putus Akira pada akhirnya. Karena kalau membiarkan mereka hidup, yang ada semua murid Barara dan Barara sendiri akan berada dalam bahaya. Salahkan Torano yang dulu hidup entah sekejam apa.

Akira melambatkan laju langkahnya saat menyadari tidak ada yang mengikuti mereka. Mungkin dua orang itu lebih mengkhawatirkan keselamatan Abim daripada harus mengejar mereka berdua.

Namun, ternyata keputusan Akira salah. Karena saat Fero juga memelankan langkah dan berniat membuka obrolan baru dengan Akira, Akira sudah lebih dulu mengerang saat lengan kanannya tiba-tiba terluka. Ada pisau yang melaju cepat mengenai lengannya dan berakhir tertancap di tanah tak jauh di depan Akira.

"Kalian pikir bisa lari semudah itu setelah membunuh rekan kami?" tanya seseorang yang datang dari arah belakang.

Akira memerintahkan Fero untuk segera pergi dari sana. Akan tetapi, di depan juga sudah ada Gerald dengan mata memerah. Entah karena marah atau karena air mata yang menggenang di pelupuknya. Yang mana pun itu, tetap pertanda bahaya.

"Tidak akan kuampuni," gumam Gerald dengan menatap Fero tajam.

Gerald berlari ke arah Fero, di tangan kanannya ada pedang yang siap dihunuskan ke tubuh Fero. Amarah yang lelaki itu tunjukkan benar-benar membuat Fero gemetaran. Makanya saat Gerald berlari cepat ke arahnya, Feru justru membeku di sana. Mencoba mencari canggah pohon yang paling dekat untuk bisa melompat ke sana. Akan tetapi, belum sempat Fero melompat, Akira sudah lebih dulu mengambil tindakan. Menghalangi Gerald dengan berdiri di depan tubuh Fero. Yang terjadi selanjutnya adalah perut Akira yang tertusuk dengan darah menetes ke tanah. Detik berikutnya Akira terbatuk dan darah menyembur dari mulutnya.

Detik pertama tubuh Akira luruh bersama pedang yang Gerald biarkan menancap di sana, Fero menatap nanar tubuh kakaknya. Untuk kemudian beralih pada Gerald yang mulai tertawa di tempatnya. Fero seketika berubah menjadi serigala, melompati tubuh Akira dan menyerang Gerald dengan amarah yang menyala-nyala.

Fero menerjang tubuh Gerald yang masih bertahan menggunakan satu pedang lagi. Serangan pertama, Fero yang terluka di bagian kaki depannya. Selanjutnya pedang Gerald terpental saat Fero menggit kuat tangan Gerald. Di saat itulah Fero bisa melihat Martin menerjang dari arah belakang.

Fero melompat ke belakang Gerald setelah lebih dulu menggigit bahunya. Gerald mengerang saat darah menyucur dari bahunya. Dan Martin di hadapan merubah arah langkah untuk mencapai tubuh Fero. Fero melompat ke batang pohon dan menunggu Martin dengan mulut menganga. Menunggu pedang Martin mengayun ke arahnya. Sebisa mungkin Fero menghindari pedang itu dan melahap kepala Martin. Membuat tubuh Martin luruh ke atas tanah. Dan saat musuh tidak lagi memiliki senjata, Fero mengoyak dagingnya. Fero tidak benar-benar memakannya, hanya mengoyaknya saja. Tanpa ampun dan tanpa mempedulikan teriakan kesakitan dari Martin.

Fero beralih pada Gerald yang merangkak menjauh dari sana. Melompat, Fero menerkam punggung Gerald dan mengoyaknya seperti Martin tadi. Fero bahkan tidak sadar saat Gerald tidak lagi bergerak, ia masih menggigiti daging Gerald ganas.

"Fero! Cukup!"

Dua kata itu yang membuat Fero tersadar kembali. Itu suara kakaknya yang Fero pikir sudah mati. Fero pikir tadi Akira terluka cukup parah sampai harus berakhir di sini. Akan tetapi, ternyata Fero salah. Akira masih terjaga walau dengan perutnya yang masih mengeluarkan darah.

Fero berubah ke bentuk manusia, berlari cepat ke arah Akira yang mencabut pedang dari perutnya dan mengerang setelahnya.

"Kakak! Lukamu." Fero menekan luka Akira guna menghentikan darah yang keluar dari sana.

"BARARA! Kalau kau tidak mau aku mati di sini, cepat turunlah dan bantu aku," ujar Akira.

Fero terkejut dan melihat ke segala arah. Mencari Barara yang tadi dipanggil Akira. Memangnya sejak kapan ada Barara di sekitar mereka?

Barara muncul dari atas. Mengambil alih tubuh Akira dan membawanya pergi dari sana. Fero berlari mengikuti langkah Barara yang terlalu cepat. Pergi ke dalam gua di mana Laguna, Nikie, dan Nujio beristirahat di sana.

"Laguna! Untuk sementara, tutup luka Akira dengan rambutmu. Aku harus mencari obat-obatan terlebih dahulu."

Semuanya tampak terkejut melihat Akira yang terluka dan tubuh Fero yang bersimbah darah.

"Ba--baik," kata Laguna dan membalut tubuh Akira dengan rambutnya sementara Barara kembali ke luar gua.

🦊🦊🦊

Barara emang ngeselin. Kalau katanya dia enggak bakal turun tangan, bagaimanapun keadaan muridnya, dia bakal tetap diam.

Half BeastWhere stories live. Discover now