Dalam waktu yang hampir bersamaan, Fero dan Torano turun dari pohon. Kemudian mendekat satu sama lain.

"Kau mendengarnya?" tanya Torano.

Fero mengangguk dan lebih menajamkan pendengarannya lagi. "Sebelah sana."

Fero menunjuk ke arah kiri, di mana suara seseorang meminta tolong terdengar. Dari suaranya Fero tahu kalau dia seorang perempuan. Dan lagi, mungkin perempuan itu masih kecil, bahkan lebih kecil dari Nujio.

Torano yang larinya lebih cepat mendapati seorang gadis kecil meringkuk di atas tanah. Tangan gadis itu sibuk mengusir ular yang mendekat ke arahnya. Gadis itu menangis sambil berteriak memanggil ibunya.

Torano melayangkan pisau kecil yang selalu ia selipkan di pinggang celana. Dan pisau itu tepat sasaran, yang mana langsung membuat ular itu menggeliat di tempatnya. Lalu, terdiam setelah puas kesakitan.

"Kau tidak apa-apa? Ada yang luka?" tanya Torano panik.

"Ka--kakiku ... huwaaaaa." Anak itu menangis lebih kencang lagi.

Torano bisa melihat bekas gigitan ular pada pergelangan kaki gadis itu. Tanpa pikir panjang, Torano menghisapnya dan meludahkannya. Lelaki itu mengulanginya berkali-kali. Saat Fero datang, Torano langsung menyuruh anak itu mencari dedaunan yang dulu pernah Barara tunjukkan bisa menawar racun. Sementara Torano sibuk menenangkan gadis itu.

"Tahanlah sebentar lagi," kata Torano sepelan mungkin.

Torano merobek lengan bajunya dan mengikat kaki kiri gadis itu. Tepatnya sedikit di atas bekas gigitan ular. Itu bertujuan agar racun ular tidak menyebar lebih jauh lagi ke organ penting seperti jantung.

Tak lama, Fero datang tergesa-gesa sambil menggosokkan dedaunan di tangannya. Setelah getah dedaunan di tangannya ke luar, Fero menggosokkan daun itu ke kaki Sang Gadis.

"Sudah tidak apa-apa. Jangan menangis lagi. Kau akan baik-baik saja," ujar Fero mencoba menenangkan.

Bukannya diam, gadis itu justru terisak lebih keras lagi. Itu membuat Torano jadi makin panik.

"Te--tenanglah!" mohon Torano.

Tanpa diduga-duga gadis itu menarik baju Torano dan memeluk kuat Torano setelahnya. Bisa Torano dengar bagaimana detak jantung gadis itu berdetak kencang. Namun, pelan-pelan gadis itu mulai tenang.

"Hei, kenapa memelukku?" tanya Torano. Tidak terdengar keberatan dan tidak pula suka saat gadis itu tiba-tiba memeluknya.

"Kak, dia baru saja tenang. Jangan tanyakan hal tidak penting seperti itu!" sanggah Fero.

"Tidak penting katamu? Dia memelukku loh. Seharusnya dia memelukmu 'kan? Karena posisimu paling dekat dengannya."

"Apa itu penting?" tanya Fero heran.

"Pu--pulang," lirih Si Gadis sambil menarik baju Torano.

Fero mengelus pucuk kepala gadis itu. "Rumahmu di mana?"

Gadis itu menunjuk ke arah kiri di mana rumahnya berada.

"Baiklah. Ayo kami antar pulang. Sini, biar kakak gendong." Fero sudah duduk membelakangi gadis itu. Berharap dia langsung naik ke punggung Fero tanpa bantahan apa-apa. Namun, yang terjadi selanjutnya, gadis itu justru diam dan memandangi Fero tanpa kata.

"Ada apa? Ayo naik. Kakimu sakit 'kan?"

"Kak, tolong gendong aku," pinta gadis itu pada Torano yang masih duduk di tempat semula.

Torano menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Tapi ke---"

"Kak Torano, turuti saja. Gadis ini bisa kita ba---"

Half BeastWhere stories live. Discover now