Duapuluh Dua🦊

En başından başla
                                    

Kali ini, perkiraan Torano tepat. Karena semua musuhnya kini menatap Torano dengan tatapan menyala. Kemudian menyerang bersama-sama.

"Lima di sebelah kanan biar aku yang menghadapinya," tawar Laguna. Sudah siap dengan perlindungan ekstra dari setengah rambutnya. Membalut tubuhnya dengan setengah rambut dan yang setengahnya lagi untuk menyerang musuh di depan mata.

Laguna sudah tampak bersemangat untuk melawan mereka, tapi sepertinya Torano menghiraukan perkataannya. Karena saat Laguna menargetkan satu mangsa, mangsa itu sudah lebih dulu tumbang dengan Torano yang menjadi penyebabnya.

Laguna ingin marah, tapi situasinya tidak memungkinkan Laguna untuk marah. Tatapan penuh kebencian dari musuh di hadapan membuat niat Laguna harus sirna begitu saja.

Walau Barara sudah memperingatkan muridnya bahwa musuh mereka berbahaya, tapi sepertinya itu sama sekali tak dirasakan oleh Torano. Lelaki itu jelas dengan mudah bisa menumbangkan lawan-lawannya. Cukup mengandalkan kuku-kuku tajamnya, Torano bisa dengan mudah melawan mereka. Menargetkan mangsa yang sudah Laguna targetkan juga.

Setiap kali Laguna menargetkan salah satu di antara mereka, pasti Torano langsung tiba di sana dan menghabisi orang itu lebih dulu dari Laguna.

Karena terlalu terburu-buru, satu sayatan pisau menggores lengan kiri Torano, tapi lelaki itu memilih abai dan menyerang lagi setelahnya.

Dalam waktu kurang dari sepuluh menit saja, semua musuh sudah terkapar tanpa ada campur tangan Laguna di sana. Semua sudah lebih dulu Torano serang dan membiarkan Laguna marah-marah.

"Menyebalkan. Aku juga mau menyerang mereka tahu!" pekik Laguna saat musuh sudah tumbang semua.

"Terlalu berbahaya."

Mendengar jawaban Torano, emosi Laguna semakin menjadi-jadi saja. "Kau ... meremehkanku?!"

"Tidak juga."

"Pokoknya setelah ini aku tidak mau lagi satu kelompok denganmu. Bisa-bisa kekuatanku tidak bertambah karena kau mengambil semua lawannya," omel Laguna.

"Aku sudah bilang ke Barara kalau aku tidak butuh teman, tapi dia tetap menyuruhku satu kelompok denganmu. Jadi, jangan salahkan aku."

Laguna memilih diam saja. Laguna tahu selama ini tidak ada yang pernah menang berdebat dengan Torano. Anak itu memang jarang bersuara, tapi kalau soal berdebat lain pula ceritanya. Torano akan selalu punya banyak kata untuk membalas lawan bicaranya sampai lawan bicaranya yang akan menyerah.

Torano berniat pergi dari sana untuk mencari kalau-kalau masih ada musuh yang akan menyerang mereka, tapi suara tepuk tangan dari arah kiri membuat Torano menoleh seketika. Ada seorang dengan setelan sama dengan yang sudah Torano lumpuhkan dengan tangannya. Itu artinya orang itu juga musuh. Cepat-cepat Torano berpindah ke depan Laguna. Sembari matanya menatap tajam ke arah orang yang masih bertepuk tangan di depannya.

"Itu ... untukku 'kan, Torano?" tanya Laguna. Anak itu sudah mulai kembali ceria karena musuh mereka ternyata masih belum habis semuanya. Berarti Laguna masih punya kesempatan untuk menunjukkan kebolehannya.

"Tidak. Orang ini berbeda," larang Torano.

Laguna memekik kencang. "Kau jangan seenaknya! Kau pikir aku ini apa, hah?! Aku juga mau menyerangnya. Kenapa kau tidak membiarkanku menyerang satu orang saja?!" amuk Laguna.

Torano melirik sebentar Laguna yang berada di belakangnya, kemudian kembali pada satu orang di hadapannya. Setelahnya lelaki itu menyingkir dari sana. Untuk kemudian berpindah pada salah satu canggah pohon yang berjejer tak beraturan di sekitar mereka. Kemudian lelaki itu bersandar pada batang utama pohon dan memejamkan matanya.

"Lakukanlah!" perintahnya.

Laguna tersenyum penuh kemenangan. Kini, matanya ia fokuskan pada satu musuh di hadapan. Ini sedikit menggiurkan. Lelaki yang Laguna tebak berumur hampir sama dengan Barara itu tampak sedang memangku tangan setelah lelah bertepuk tangan ria. Lelaki itu menatap Laguna dengan tatapan bertanya-tanya.

"Kau mau melawanku? Gadis kecil sepertimu? Hei, ayolah! Kau yang di atas sana, turun dan hadapi a---"

Belum selesai lelaki itu menyampaikan kata-katanya, Laguna sudah lebih dulu menyerang dengan memukul wajah lelaki itu menggunakan tangan kanan yang sudah lebih dulu ia balut dengan rambut kuningnya.

"Lawanmu itu aku, Sialan. Kau meremehkanku?"

Lelaki itu menyeka darah yang seketika meleleh dari sudut bibirnya. Dari tadi ia memperhatikan gerak-gerik Torano dan Laguna. Hanya Torano saja yang berhasil menumbangkan rekan-rekannya. Sementara gadis ini tidak satu pun berhasil menyentuh teman-temannya. Itulah mengapa lelaki itu meremehkan Laguna dan ingin berhadapan dengan Torano saja. Namun, sepertinya gadis ini tak kalah menarik.

"Baiklah. Kalau kau memang berniat---"

Laguna kembali mengayunkan tinjunya, kini tepat mengenai dagu lelaki itu. Membuat perkataannya terpotong begitu saja.

"Jangan banyak bicara."

Lelaki itu mengubah tatapan biasanya menjadi tatapan tajam. Ia menatap Laguna tanpa berkedip. Kemudian mulai menyerang dengan permulaan kaki kiri yang ia angkat setinggi kepala Laguna. Untunglah refleks gadis itu segera bekerja, tapi hasilnya percuma. Karena saat Laguna menghindari kaki kiri lelaki itu, justru pergerakan cepat lelaki itu membuat Laguna terpental setelah menerima pukulan berat darinya. Rambut Laguna yang menahan pun berakhir percuma. Pukulan lelaki itu terlalu berat untuk bisa rambutnya tahan.

"Selama pekerjaanku, aku tidak pernah kasihan pada musuhku. Bahkan kalau dia perempuan sekalipun."

Laguna mencoba bangkit setelah punggungnya menabrak salah satu pohon di sana. Namun, belum sempurna Laguna berdiri, lelaki itu kembali menyerang dengan memukul telak perut Laguna. Laguna terbatuk dan meringis setelahnya.

Lelaki itu membuktikan perkataanya, ia sama sekali tak kasihan pada Laguna. Lelaki itu tampak ingin melayangkan kakinya ke wajah Laguna sekali lagi. Laguna menggunakan rambutnya untuk menahan kaki lelaki itu, tapi dalam satu kali tarikan, rambut Laguna terputus dan membuat kaki itu bisa kembali bebas bergerak. Namun, rambut Laguna bukan rambut biasa yang akan pendek jika sudah terpotong. Rambut Laguna tetap bisa memanjang dan membalut seluruh tubuhnya. Itu akan membuat serangan tidak akan sampai melukai Laguna.

Akan tetapi, belum sampai kaki lelaki itu menerjang pertahanan rambut Laguna, Torano datang dari atas dan menendang kaki lelaki itu yang sedang menggantung di udara.

"Sudah cukup main-mainnya. Kau lupa kalau masih ada aku?"

Lelaki itu terkejut. Jujur saja, ia benar-benar lupa akan Torano yang sedari tadi memperhatikan mereka. Gara-gara Laguna yang membuatnya naik darah, lelaki itu jadi lupa kalau musuh yang harus ia hadapi bukan cuma satu, tapi ada dua.

"Bocah-bocah sialan!" makinya.

"Sepertinya aku salah. Kupikir kau berbeda dari mereka, tapi ternyata sama saja. Lemah, jadi ... matilah!"

Dalam sekejap mata, anak itu tahu-tahu sudah berdiri di belakang musuhnya. Dari tangan kirinya yang ia biarkan menjuntai di sisi tubuhnya, dengan kuku yang bisa memanjang sesuai perintahnya, ada darah yang menetes dari sana. Satu detik setelahnya, lelaki tadi roboh dengan leher mengeluarkan darah.

🦊🦊🦊

Tinggal Nujio dan Ayumi saja yang belum diperlihatkan. Kira-kira mereka dapat musuh seperti apa, ya?

Half BeastHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin