Sembilan Belas🦊

Comincia dall'inizio
                                    

"Ba--baik."

Sesegera mungkin Fero pergi dari sana. Melompat pada canggah satu ke canggah lainnya. Tatapan Torano barusan cukup sukses membuat Fero merinding ketakutan. Tatapan Torano sungguh mengerikan. Bahkan Fero tak pernah melihat tatapan yang lebih mengerikan dari milik Torano barusan. Saking takutnya, Fero turun dari atas pohon dengan kaki gemetaran.

🦊🦊🦊

Fero sudah berbaring memutari tempat tidurnya 180 derajat, tapi Akira masih belum pulang juga. Padahal Matahari di sana sebentar lagi sudah digantikan oleh Bulan. Namun lelaki itu belum juga pulang.

Sampai sepuluh menit setelahnya pintu kamar terbuka dan sosok Akira muncul dari balik sana. Fero sontak duduk dan menghampiri kakaknya. Kemudian mulai menanyakan banyak hal pada Akira. Padahal Akira tampak lelah setelah berburu hampir setengah hari lamanya.

"Kak, kenapa lama? Kakak tidak apa-apa? Lalu, buruannya bagaimana?"

"Tanyanya satu-satu, Fero," peringat Akira.

Fero tertawa, kemudian mengulang pertanyaan pertama. Dan Akira langsung menjawabnya.

"Maaf kalau kakak lama. Masalahnya berburu tanpa senjata itu susah sekali."

"Kakak tidak apa-apa?" tanya bocah itu lagi.

Akira menggeleng. Mencoba untuk tersenyum, padahal tubuhnya benar-benar kelelahan. Susah sekali rasanya hanya sekedar untuk menarik senyuman. Namun, Fero yang menunggu jawabannya juga tak mungkin Akira abaikan.

"Seperti yang kau lihat."

"Satu lagi. Buruan Kakak bagaimana?"

"Soal binatang buruan. Awalnya aku mengincar satu rusa, tapi ternyata susah sekali menangkapnya karena larinya kencang sekali. Barara sialan itu tidak memperbolehkan menggunakan senjata apa-apa. Tapi, aku sadar kalau Barara tidak mengatakan berburu hewan apa. Itu artinya bebas memburu apa saja. Aku memilih burung untuk kuburu. Sebenarnya susah, tapi aku mendapat ide setelah tanganku menempel di pohon pinus yang kulitnya terbuka."

Akira ingat saat tadi ia sudah berlarian hanya untuk menemukan binatang buruan. Sialnya apa pun yang lewat, tak bisa ia raih dengan tangan. Belum lagi serangan tiba-tiba dari babi hutan.

Akira baru akan menyerah saat itu dan menumpukan tangannya pada pohoh pinus. Saat menarik tangannya kembali, getah pinus malah merekatkan tangan Akira lumayan kuat pada pohon. Begitulah Akira mendapatkan ide untuk menangkap binatang buruan. Anak itu mengambil getak pinus untuk kemudian meletakkannya di beberapa ranting pohon.

Saat burung hinggap di sana, ia bisa melihat kaki burung itu menempel pada getah pinus dan tidak bisa pergi ke mana-mana. Begitulah cara Akira mendapatkan hewan buruannya. Walau hanya berhasil menangkap tiga buah burung saja. Tak apa. Karena Barara tidak mengatakan berapa jumlah binatang yang harus Akira dapatkan. Kemudian, anak itu pulang.

Barara juga tak mempermasalahkan buruan apa yang Akira bawa pulang. Lelaki buta itu hanya tersenyum menyambut kedatangan Akira. Tak lupa lelaki itu mengejek Akira karena terlalu lama menjalankan hukuman mudah darinya. Padahal bagi Akira, hukuman itu benar-benar merepotkan.

Fero yang mendengar cerita Akira hanya tersenyum saja. Sesekali menanggapi dengan bertanya apa yang tidak ia pahami maksudnya. Sampai pembahasan itu berakhir dan Fero berniat menyuruh Akira beristirahat saja, tapi Akira justru menambah bahan obrolan dengan luka di pipi Fero yang menjadi topiknya. Luka yang tadi Torano ciptakan dengan kuku-kuku tajam miliknya.

"Wajahmu kenapa?" tanya Akira sambil menarik pelan wajah Fero agar semakin dekat dengannya.

"Tidak apa-apa, Kak. Lagipula akan hilang kalau sudah dibiarkan semalaman," jawab Fero. Lelaki itu tidak berbohong. Luka kecil seperti itu akan mudah sembuh kalau sudah dibiarkan semalaman.

"Siapa yang melakukannya? Aku pastikan orang itu mendapatkan balasan lebih."

"Maksud Kakak? Pipiku tadi tidak sengaja tergores ranting kayu. Ini bukan ulah siapa-siapa. Memangnya Kakak mau marah sama pohon?" Anak itu tertawa. Mencoba meyakinkan Akira kalau ia tak apa-apa. Mencoba mengatakan pada Akira, luka di pipinya bukan ulah manusia.

"Kau pikir aku bodoh, hah? Aku tahu luka itu karena kuku."

"Berarti Kakak memang bodoh. Jelas-jelas ini luka karena ranting pohon, kakak malah menganggapnya luka karena kuku." Lagi, Fero tertawa renyah. Tetap berusaha meyakinkan Akira kalau ini memang bukan ulah manusia. Alasannya Fero tak ingin Akira terlibat masalah karena dirinya. Apalagi itu dengan Torano yang Fero yakini lebih berbahaya dari Gunggan yang ia jumpai saat baru pertama kali memasuki daerah Utara.

Pada akhirnya Akira percaya kalau luka itu karena ranting kayu, bukan karena kuku. Kemudian anak itu menghentikan pembicaraan mereka. Mengatakan kalau ia lelah dan butuh istirahat segera. Fero menyingkir dari tengah tempat tidur dan membiarkan Akira terlelap di sampingnya.

Namun, belum sampai lima menit Akira memejamkan mata, panggilan dari Ayumi merusak tenangnya. Gadis itu terdengar mengetuk pintu kamar dan meneriaki nama Akira.

Akira mendengkus, kemudian membuka pintu dan mendapati wajah kesal Ayumi di sana.

"Apa?"

"Kau dipanggil ayah. Kenapa lama sekali membuka pintunya?" omel Ayumi. Padahal ia sudah memanggil nama Akira lebih dari tiga kali. Jelas tidak masuk akal kalau Akira tidak mendengarnya sama sekali.

"Kau lupa aku baru saja menyelesaikan hukuman? Aku lelah dan butuh istirahat."

"Tapi ayah memanggilmu. Cepat! sebelum ayah sendiri yang ke sini. Kau akan tahu seberapa mengerikannya ayah kalau sedang marah."

Akira mendengus satu kali, kemudian mengangguk untuk mengusir Ayumi. Gadis itu tidak tahu saja bagaimana Akira menahan amarah saat berbicaranya dengannya yang merupakan serigala. Akira tahu Ayumi tidak salah apa-apa, tapi Akira benar-benar tidak bisa menghilangkan rasa bencinya pada serigala seperti Ayumi yang tidak tahu apa-apa.

Detik berikutnya lelaki itu balik ke dalam dan mendapati Fero yang menatap penuh tanya ke arahnya. Maka Akira menjelaskan sebelum Fero menyuarakan pertanyaan.

"Tunggu di sini! Aku dipanggil Barara. Ini tidak akan lama."

Fero mengangguk saja. Karena sebenarnya ia mendengar pembicaraan Akira dan Ayumi dengan jelas. Soal tatapan bertanya yang ia pasang, itu tentang kenapa Barara memanggil Akira. Bukan tentang apa yang dua orang itu bicarakan barusan.

🦊🦊🦊

Nah loh, kira-kira tadi Torano tiba-tiba marah karena apa, ya?

Half BeastDove le storie prendono vita. Scoprilo ora