[R : PH] 30 - SEE U

3.4K 210 46
                                    

mencet vote ngga harus pake tutor kok!

****

"Tentang Pak Saddam.."

"Coba kamu ubah panggilannya ke vidio call ya, saya mau lihat. Karena nggak enak, disini ada anak-anak saya."

Di sana, Anton, menganggukkan kepala meski Dika tak tau. Saat panggilan tersebut beralih menjadi video call, Dika segera mengangkat nya.

"Pengusaha terkenal berinisial S, terekam cctv, sedang menarik tangan anak kecil pada sepuluh tahun yang lalu dan aneh nya pemirsa, video cctv ini baru beredar pada akun media sosial milik seseorang."  ucap pembawa acara pada berita di tv Anton, sungguh Dika tak mengerti lagi.

Segara mungkin, pria paruh baya itu menghampiri anak dan istrinya. Dika mendekatkan wajah pada telinga sang istri lalu berbisik. "Bun, ayo pulang sekarang. Ada sesuatu yang harus diselesaikan."

Meta mengangguk. "Amanda, Bunda sama Ayah pulang dulu ya. Ada kepentingan."

"Iya Bun.." Amanda mengangguk.

Saddam menarik tangan putra sematawayangnya itu. "Apa sih, Yah?"

"Kamu tau kalo Alan hilang kan? Dan tadi, anak buah Ayah bilang kalo Saddam.. terlibat, rekaman cctv itu dulu hilang dan sekarang. Tiba-tiba muncul lagi, Ayah mohon sama kamu, tetep jaga Amanda, perlakuin dia sesuai posisi dia dalam hidup kamu, ingat pesan Ayah ya? Jika Papa nya Amanda nanti terbukti bersalah, kamu jangan pernah benci atau melibatkan Amanda, dia nggak salah, oke?"

Raga menghela napas panjang. "Iya, Raga tau," ucap Raga dengan menganggukkan kepala.

"Ayah minta satu hal lagi, sementara waktu. Kamu sita handphone Amanda dan.. jangan biarin dia nonton tv dulu, Ayah nggak mau, putri Ayah nanti sedih. Kamu tau? Ayah menjodohkan kamu dengan Amanda, bukan hanya agar mendidik kamu jadi lebih punya tanggung jawab. Tapi Ayah juga sayang sama Amanda layak nya putri Ayah sendiri, Ayah pamit dulu. Inget pesan Ayah." Dika menepuk pundak putra nya itu, dan melangkah untuk segera menyusul sang istri.

Amanda menutup pintu saat kembali setelah mengantarkan kedua mertuanya itu sampai depan. Langkah kakinya mendekati Raga. "Kenapa?"

"Nggak, oh ya. Mana hape lo?" tanya Raga. Amanda sempat mengerutkan kening, tapi perempuan itu segera merogoh kantong celananya dan memberikan kepada Raga.

"Nih."

Raga menerimanya, dan memasukkan benda pipih itu kedalam laci meja dan menguncinya. "Loh kok?"

"Sut, gue cuma mau lo nggak main hape terus-terusan. Nanti mata lo sakit, emang mau?"

"Aneh lo, masa iya tiba-tiba nyita gitu aja. Sok perhatian lagi," cibir Amanda.

Raga terkekeh, tangan kekarnya meraih pinggang Amanda. Hingga istri nya itu duduk bersebelahan dengannya. "Sini, emang salah. Kalo gue baik sama istri sendiri? Nggak kan?"

RAGA : PERFECT HUSBANDOnde histórias criam vida. Descubra agora