[55] Rahasia

2.4K 267 45
                                    

⚠️AWS BPR⚠️
<>


Mata Ava melotot. Seakan jantungnya ingin beledos saat itu juga. 

Rahel menghela napas pelan. "Iya aku tahu, pasti kamu bakalan ilfeel sama aku. Tapi, inilah aku. Dari kecil aku udah kayak gini. Ketertarikan ini gak bisa hilang, Va."

Ava tambah menegang saat tangannya digenggam Rahel. Apalagi Rahel mulai mengusapnya lembut. 

"Sejak pertama kali aku ketemu kamu, aku merasa kamu orang yang tepat untuk mengisi hatiku. Maka dari itu dengan mudahnya aku pindah sekolah demi bisa bertemu denganmu."

Mendadak Ava merasa mual. Ingin muntah saja mendengarnya. 

"Please, aku udah capek diolok Va. Tolong terima aku ya?" Rahel menatap Ava sayu.

Tangan gemetar Ava diam-diam berusaha menggenggamnya tasnya kuat-kuat. Dirasa sepatunya masih tertancap di kakinya, dia berancang-ancang untuk kabur. 

Satu... batin Ava.

Rahel memajukan kepalanya perlahan. "Jangan ilfeel sama aku ya? Aku udah berusaha hilangin ini, tapi tetap gak bisa."

Ava menelan salivanya. Sebenarnya dia kasihan, hanya saja rasa takutnya lebih tinggi. Alhasil, dia tetap menghitung dalam hati. 

Dua...

Kepala Rahel makin mendekat seakan ingin mencium Ava.

Tiga!

Ava tidak peduli. Dia mendorong bahu Rahel lalu berlari sekuat tenaga. Jika masih berada di dekat Rahel, sudah dipastikan dirinya akan muntah di tempat.

Kali ini dia tidak peduli apakah Rahel marah atau tidak. Bahkan jika memang Rahel juga sedang mengejarnya, dia akan terus berlari sekuat yang dia bisa.

Apa kalian pernah dikejar orang gila?

Author sih pernah.

Ya, perasaanya Ava persis seperti itu sekarang.

BRAK!

Ava terpaksa memberhentikan langkahnya saat menabrak seseorang. Dia merunduk karena napas yang tersengal hebat. 

"Ava?"

Ava mendongak. "Va-Varrel! Tolong gue, hosh... hosh.. Please!" Ava menggenggam erat tangan Varrel berharap tinggi pada lelaki itu. 

Varrel ikut khawatir. "Kenapa?"

"Ra-Rahel!" Ava kelabakan. Dia masih diselimuti rasa gelisah.

"Kenapa? Kenapa Rahel?"

"I-itu! Si si Rahel anu, anu! Rahel Ra-Rahel———"

"Kenapa sih?" Varrel menggenggam erat pundak Ava. 

"Akhhh! Kok gue jadi gagap gini sih kampret! Udah ah! AYO KITA LARI DULU!" Ava menarik paksa tangan Varrel agar ikut bersamanya.

Mereka berdua pun berlari menjauhi taman.


Sampai merasa jaraknya sudah jauh, Ava memberhentikan langkahnya di pinggir jalan yang sepi. Dia kehabisan energi untuk berlari.

Begitu pun dengan Varrel yang tak mengerti apa-apa. 

Keduanya tertunduk memegangi lutut dengan ngos-ngosan. 

"Kenapa sih, Va?" tanya Varrel setelah napasnya sudah kembali normal.

"Rahel lesbi."

"HAH?!" Varrel langsung menegakkan badanya.

PelukWhere stories live. Discover now