[19] Iri

3K 310 11
                                    

Tahun ajaran baru dimulai. Saatnya Ava memulai kelas 2 SMA. 

Meskipun dia tahu, tidak akan ada yang berubah, tidak akan ada yang menjadi lebih baik. 

"Yes! Kita sekelas!" ujar Varrel semangat melihat namanya dengan nama Ava masuk deretan XI IPA-2 dilembar mading sekolah.

"Beneran?" Ava ikut antusias.

"YES!" Reflek keduanya saling menepuk tangan.

Tapi sedetik kemudian, keduanya menunduk malu karena menjadi pusat perhatian anak-anak mading.

Jelas kedekatan mereka itu membuat banyak orang tidak suka. Bagaimana tidak? Kasta Ava saja bisa dibilang paling bawah. Tiba-tiba dekat dengan lelaki setampan Varrel? Kiamat dunia.

para pem-bully Ava pun jadi kian bertambah. 

Semakin ke sini, Ava merasa hidupnya semakin tidak tenang. Jalan sedikit, ada saja pencemoohnya.

Seminggu Ava terus diginikan. Setelah berpikir panjang, akhirnya Ava memutuskan sesuatu.

"Varrel," panggil Ava saat jam istirahat sekolah.

Varrel hanya berdehem fokus pada coretan bukunya.

"Kita jauhan ya?"

"Hah?" Varrel memberhentikan aktivitasnya, menatap Ava.

Ava menunduk. "Iya, gue capek kayak gini terus. Semakin ke sini, ada aja orang yang iri ke gue. Kayak.. tuh, Caroline, cewek sebelah yang gebet elu dari awal masuk sekolah."

Varrel langsung duduk tegak dengan wajah panik. "Apa-apa? Dia ngapain? Jahatin lo? Bully lo? A——"

"Enggak-enggak Rel... Dia gak separah Aurel memang, tapi sikapnya yang gak suka sama gue lebih nonjol aja dari yang lain."

"Tapi lo aman kan?"

Ava mengangguk ragu-ragu.

"Yaudah." Varrel kembali menidurkan kepalanya di meja.

"Tapi tetap ya? Kita kayak dulu sebelum ketemu aja, gak kenal satu sama lain." Ava masih bersikeras pada pendiriannya.

Varrel menghela napas jengah. "Manfaatnya apa?"

"Ya supaya gue bisa lebih tenang."

"Gue deket, atau jauh sama lo, gak akan merubah apapun Ava. Mereka tuh cuman iri, gak lebih."

"Lagian, gue kayak gini malah supaya lo tenang. Gue gak mau lo sedih kayak dulu," sambung lelaki itu.

Seperti ada desiran yang mengganjal di hati Ava mendengar perkataan Varrel. "Emang lo bisa buat gue gak kayak dulu?"

"Gue akan coba."

"Dengan?"

"Satu cara."

"Apa?"

"Suatu saat lo akan tahu cara apa itu."

"Kenapa gak sekarang aja ngasih tahunya?"

"Supaya lebih seru aja cerita ini."

Ava terkekeh.

"Tapi... Kenapa lo sampai berusaha segininya buat gue? Padahal gue bukan siapa-siapa lo," tanya Ava sendu.

"Ada banyak alasan. Mau gue sebutin yang mana?"

"Satu aja deh, rimpung amat lo."

"Simpel... karena gue gak bisa lihat orang tersakiti."

<>

Ah, ya. Selain Caroline, ada satu orang lagi yang cemburu terhadap kedekatan Ava dengan Varrel.

PelukWhere stories live. Discover now