[38] Berulah

2.3K 251 6
                                    


Pagi ini terasa berbeda. Ava bangun, tidak melihat kehadiran Keenan. Padahal biasanya lelaki itu selalu tidur di sofa. Tapi kini sofa hanya menyisakan selimut habis pakai. Dicari ke semua tempat, lelaki itu tetap tidak ada. Pun pesan yang ditinggalkan.

Tapi karna waktu sekolah sudah mepet, Ava tidak mau ambil pusing segera berangkat ke sekolah.

<>

Kriiiing!

Bel pulang sekolah berbunyi.

Seperti biasa, Ava menunggu kelas sepi barulah dia menyimpuni bukunya untuk dimasuki ke dalam tas. Bangku samping Ava masih kosong. Alias Varrel belum masuk. Sudah tepat empat hari Varrel tidak menunjukkan batang hidungnya. Pesan dari Ava pun hanya terkirim tapi tidak dibaca.

Ya moga tu orang masih napas.

Setelah selesai, gadis itu melangkah keluar kelas. Dia menaiki tangga untuk sampai di kelas XII-IPA 1. Mungkin tadi pagi Keenan berangkat ke sekolah duluan, makanya sampai sekarang Ava tidak melihat kehadirannya.

Ditunggu ditunggu, tidak ada orang yang keluar. Hanya Rega lelaki terakhir yang keluar.

"Keenan gak ada," ujar Rega seakan bisa membaca isi kepala Ava.

Ava mengerutkan dahi menatap Rega penuh tanda tanya.

"Emang lo gak tahu hari ini Keenan gak masuk sekolah?"

Ava mengangkat alis amat terkejut. Dia menggeleng pelan.

"Y-yasudah, ma-makasih kak." Ava berbalik.

Namun sebelum Ava sempat melangkah lebih jauh, Rega mencubit seragam Ava. "Bentar."

Sontak Ava berbalik hingga kepalanya hampir menabrak dada Rega jiika saja dia tidak menahannya. Lantas mendongak, pandangan mereka beradu. Dia bisa melihat tatapan Rega yang melekat pada matanya.

"K-kak?" Ava berusaha menyadari posisi mereka yang sudah hampir satu menit seperti ini.

Rega langsung tersadar dan berusaha berdehem untuk menetralkan debaran jantungnya.

"Lo sebenarnya bukan pacar Keenan kan?"

Rentetan kata itu berhasil membuat Ava terpatung.

"Ma-maksud kakak?" Ava berusaha terlihat tidak mengerti.

Rega terkekeh. "Tujuh tahun gue jadi sahabat Keenan, gue tahu betul wataknya."

"K-kak Keenan udah cerita?"

"Belum. Tapi tinggal tunggu waktu aja dia ungkapin semua. Lagian, Keenan udah punya pacar beneran kok."

Ava hanya menatap punggung Rega yang menjauh kebingungan.

Tapi ah sudahlah, otaknya sudah lelah seharian menghitung rumus. Tidak ambil pusing, Ava melangkah pergi.

Tapi sepertinya hari ini dia harus sial. Pasalnya saat Ava berbelok di tikungan tangga, langkahnya harus terhenti karena tiga orang menghadangnya.

"Varrel lo rebut! Keenan juga lo rebut. APA GAK SEKALIAN SATU SEKOLAH LO NDUSEL?!" suara Aurel terdengar menggema karena sekolah sudah kosong.

Ava bergidik, melangkah mundur saat Aurel, Kyla dan Dea melangkah maju.

"Lo bisa sadar diri gak sih? Apa lo semiskin itu sampai gak punya kaca? Udah jelas-jelas muka dekil lo seratus persen gak cocok sama mereka! Masih aja ngebet!"

Kyla menyeringai puas melanjutkan lontaran Aurel. "Lagian lo itu cuman iri kan sama kita? Sampai pengen rebutin apa yang kita punya!"

"Tapi gak sadar diri semiskin itu," lanjut Dea.

PelukWhere stories live. Discover now