[34] Peduli

2.6K 300 12
                                    

Setelah memakai seragam sekolah, Ava pun keluar kamar. Melihat Keenan yang baru selesai mandi dengan bertelanjang dada, membuat dirinya terkejut. Apalagi tubuh pria itu sangat atletis. Cepat-cepat dia melangkah ingin enyah segera.

"Awas!"

Persis ucapan Keenan diujung kalimat, Ava menabrak sofa dan hampir terjerembab.

"Hati-hati makanya."

Ava meringis merutuki diri sendiri. Bisa-bisanya baru hari pertama tinggal di apartemen Keenan sudah memalukan! 

"Mau kemana lo?" Keenan bertanya.

"Ma-mau ke sekolah." Ava segera berdiri.

"Mau berangkat pake apa?" 

"Pa-pake kendaraan umum." 

"Mulai sekarang, lo berangkat bareng gue." 

<>

Diperjalanan keduanya sama-sama diam bergelut dengan pikiran masing-masing. Keenan yang fokus menyetir, dan Ava yang kerjaannya hanya mengamati pemandangan dari dalam kaca mobil.





"Kak stop!" Cicit Ava membuat tiba-tiba membuat Keenan menginjak rem mendadak.

"Apaansih?!"

"Gu-gue turun di sini aja, hehe," seringai Ava.

Keenan menatap keluar. Mobilnya berhenti di depan sebuah halte. 

"Kenapa?"

"G-gak papa." 

Ava juga tahu diri dirinya siapa. Kalau anak sekolah tahu dirinya semobil dengan Keenan, bisa berabe.

"Gue anterin sampai sekolah gak papa."

"G-gak usah makasih." Ava menyalimi tangan Keenan dan mencelos pergi.

Keenan masih terdiam setelah Ava menutup pintu mobil. Tangannya masih terpaku di udara. Apa indranya tidak salah? Barusan Ava dengan sopan menyalimi tangannya sebelum pergi? Bahkan Lidya pun tidak pernah melakukannya. 

Ah sudahlah! Keenan menarik napas dalam-dalam, lantas membuangnya. Mobil kembali berjalan meninggalkan Ava yang melihat kepergiannya dengan senyuman. Entahlah, dia tidak tahu perasaan apa ini. Yang pasti, dia senang kakaknya mulai peduli padanya.

<>

Pagi ini jamnya kelas Ava olahraga. Setelah semua murid telah mengganti bajunya dengan seragam olahraga, mereka berkumpul di lapangan. Pengambilan nilai praktek, pak Dafa akan mengambil nilai sepak bola. Tapi sebelum itu seluruh murid diberi waktu sepuluh menit untuk latihan. Siswa dan siswi, pisah lapangan. 

Ya seperti biasa, siapa yang mau dekat dengan Ava? Tidak ada.

Gadis itu sedari tadi berusaha ikut nimbrung, namun teman-temannya selalu menghindarinya. 

Brak.

Tiba-tiba Ava terjatuh karena kakinya mendadak lemas. Dia meringis. Perut yang awalnya baik-baik saja kenapa tiba-tiba sesakit ini? Dirinya merintih saat sakitnya kian bertambah. Dia memang sering merasakan sakit di hari pertama mentruasi, tapi biasanya tidak sesakit ini. 

"Kenapa lo?!" Tiba-tiba Aurel datang dengan kedua temannya di belakang. Biasalah, mereka tidak akan puas kalau belum nyampurin masalah orang lain.

Ava tidak menggubris. Bacotan Aurel tidak ada apa-apanya dibanding rasa sakitnya kini.

"Apaan sih, alay banget sok jatuh-jatuh segala!" Aurel menendang kaki Ava.

Orang-orang sekitar mana ada yang peduli. Pun dengan pak Dafa, entah tuh guru sekarang di mana.

PelukWhere stories live. Discover now