PROLOG

13.3K 760 142
                                    

Btw kalian tau cerita ini dari mana?

<>

Gadis kecil itu tengah menangis tersedu-sedu di tangga depan rumahnya. Layaknya seperti ketakutan, dia duduk dengan tangan yang menyumpal telinga dan mata terpejam.

Suara pecahan kaca dan bentakkan dua orang dewasa dari dalam rumah terus memekakkan telinga walau si gadis sudah menutupnya kencang. Teriakkan kedua orang tuanya makin membuat gadis sembab itu merunduk berkali-kali.

Umur gadis itu masih enam tahun. Jika sedang tidak menangis, pasti wajah imutnya membuat orang yang melihatnya akan gemas. Dia memiliki bola mata hitam dengan bulu mata yang lentik, pipi tembam, serta rambut panjang dikucir dua yang indah. Tapi siapa sangka, bocah lugu yang tidak tahu apa-apa harus merasakan perihnya kehidupan berada dikeluarga yang tidak harmonis, kedua orang tuanya yang selalu berkelahi sepanjang hari. Bisa dibilang, dia anak broken home.

Di saat napasnya masih sesak karena isak tangis ketakutannya, tiba-tiba sebuah bola menggelinding di depan kakinya. Lalu seorang bocah lelaki melangkah cepat mengikuti bola itu dan mengambilnya. Tapi gerakannya terhenti melihat gadis sebayanya sedang merunduk menumpahkan air mata. Seketika dahinya mengerut panik.

"E-eh, kamu kenapa?" tanya bocah lelaki itu polos, ikut duduk disamping si gadis.

Gadis itu membelak. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan orang asing ini. Diantara bingung harus melakukan apa.

Karena tidak kunjung ada jawaban, lelaki itu memandang wajah gadis sayu. "Jangan nangiiis..." Ucapnya sambil mengelap air mata sang gadis.

"Kata bunda... kalau nangis terus, kita bisa berubah jadi ikan!"

"Kamu benelaan?!" Gadis itu berseru panik dengan logatnya yang cadel. Dia langsung melepaskan telunjuk dari telinganya.

Lelaki itu langsung mengangguk cepat. "Suer! Kalo aku nangis, pasti bunda selalu bilang, 'Nanti kamu bakal jadi ikan lho.' Hiii, serem, gamau ah!"

Gadis itu segera menghapus air matanya. Hanya ada suara isakan saja yang tersisa.

Setelahnya lelaki itu menyimpulkan senyum. "Nah gitu kan cantik. Tapi kalau mau lebih cantik lagi, kamu harus senyum!"

Pintar sekali bocah tujuh tahun itu memuji demi membahagiakan seorang gadis bukan?

Sepersekian detik, gadis itu ikut menampilkan senyum manisnya. Tapi setelah itu dia langsung menggeleng -gelengkan kepalanya berusaha tersadar.

"Kamu siapa? Kok bisa ada di sini!" ucap gadis itu mendadak ketus. Badannya dia geserkan menjauh dari lelaki yang tidak dikenalnya.

Sepertinya si gadis hanya waspada, karena dia jarang bersosialisasi terhadap orang asing.

Lelaki yang memiliki poni dengan pipi tembam itu, teringat sesuatu. "Oh iya, aku tetangga baru kamu. Tadi aku lagi main bola, terus gak sengaja bolanya kelempar sampai sini. Pas aku ambil, makanya ketemu kamu."

"Ooh, tetangga balu itu yah" gumam gadis sambil memanjangkan leher melihat rumah yang berada tepat disamping rumahnya.

"Itu... ditangan kamu apa?"

Lelaki itu mengikuti arah tunjuk si gadis. "Oh, Ini namanya bola."

Gadis itu mengangguk paham. Dia lebih sering dikurung dalam rumah, jadi jarang untuk bisa mengeksplor banyak hal.

"Kamu... punya teman?" lelaki itu bertanya.

Gadis mengatupkan bibir lalu menggeleng. "Kata mama, aku gak akan bisa punya teman."

PelukWhere stories live. Discover now