[51] Pelet

2K 250 18
                                    

Sekuat tenaga Ava berlari  dengan keringat dingin yang terus bercucuran, buru-buru memencet tombol lift berkali-kali, namun lift tidak langsung merespon karena masih ada orang di dalam. Napasnya tambah bergemuruh. Dia menoleh ke belakang, Lauren berjalan ke arahnya sambil bersedekap, dan tersenyum smirk

"Kenapa lo? Takut? Sama gue?"

Ava menahan napasnya merasa waktunya tercekat. Hanya tiga langkah lagi Lauren akan sampai padanya.  

Ting!

Pintu lift terbuka, segera Ava berlari masuk tapi dirinya malah menabrak seseorang.

"Ava?" Keenan menatap heran gadis yang baru saja menabraknya. "Loh Lauren? Kok kamu bisa di sini?"

"I-iya, tadi aku ke sini mau jemput kamu untuk dinner sama keluarga aku, eh tahunya kamu belum pulang," jawab Lauren langsung merubah wajah psycopat-nya menjadi wajah gadis sedang tersenyum ramah. 

Ava bersembunyi di balik tubuh tinggi kakaknya.

"Eh, kenapa?" Keenan menatap Ava yang berada di balik lengannya.

"Kak Lauren gak baik." 

"Hah?" reflek Keenan menautkan alis tidak percaya, bisa-bisanya adiknya berkata seperti itu!

"J-jangan deketin kak Lauren lagi," parau Ava.

"Maksud lo?!" nada Keenan terdengar ketus.

"Dia punya niat jahat sama kakak."

"Bentar ya Ren." Keenan tersenyum sekilas pada Lauren, lalu mencengkram lengan Ava untuk mengikuti langkah jenjangnya menuju kamar. 

Sesampainya di kamar Keenan menutup pintu.

"Maksud lo apa bilang gitu?!" tanya Keenan tajam. 

Ava menelan salivanya susah payah melihat tatapan beringas dari sang kakak.

"JAWAB GUA!"

Ava menahan napas mulai ketakutan. "K-kak please, jangan gini, gue takut."

"Cepetan! Gue gak suka basa-basi!"

"Tolong dengerin Ava, kak Lauren itu jahat! Tadi gue denger kak Lauren telponan sama Ayahnya ngebahas kalau selama ini dia deketin Kakak bukan semata-mata karena cinta, tapi untuk ngerampas harta Kakak dan nyuri informasi tentang perusahaan Papa," jelas Ava.

"BULLSHIT! LO BILANG GINI KARENA IRI KAN SAMA GUE?"

Ava bergidik, apakah pengaruh pelet sekuat ini? 

"Jujur aja, lo kayak gini karena gak suka kan sama Lauren? Takut perhatian gue ke lo udah gak sama lagi kayak dulu lagi."

"KAK! SADAR! KAKAK SELAMA INI DI PELET SAMA LAUREN!" Ava mengguncang-guncang pundak Keenan dengan mata berkaca-kaca. 

Keenan menggeram menghempaskan tangan Ava keras. "MENDING LO PERGI DARI SINI!"

Lima kata itu berhasil membuat jantung Ava seperti tersayat pisau. Bulir air mata menitik. Bagaimana bisa? Kakaknya yang selama ini baik padanya, berubah tiga ratus enam puluh derajat dalam waktu tidak sampai sejam? 

"GUE BILANG LO PERGI DARI SINI! BERESIN SEMUA BARANG-BARANG LO, DAN KELUAR DARI APARTEMEN GUE! TERSERAH LO MAU TINGGAL DIMANA! MAU GELANDANGAN ATAU TERDAMPAR PUN GUE GAK PEDULI!"

Ava sangat terkejut. Belum pernah dia melihat kakaknya semarah ini. Di tengah usaha menahan tangisnya, gadis itu berusaha bertanya, "Jadi Kakak lebih milih Lauren, dibanding Ava?"

"Iya."

Hati Ava hancur, tangisannya pecah. 

"Pergi. Kenapa malah nangis?" timpal Keenan sambil menatap kosong ke arah lain.

"Hiks, k-kak, Ava adik kakak..."

"Gue gak peduli!"

"APA CUMAN GARA-GARA MASALAH KAYAK GINI AVA SAMPAI HARUS PERGI?"

"Iya!"

"Oke!" Ava berlari ke kamarnya, dan langsung mengemasi barang-barangnya. 

Masih dengan seragam sekolahnya, Ava keluar dari kamar sambil menggeret kopernya. Dilihatnya Keenan yang masih berada di tempat tadi.

Gadis itu melewati Keenan. Dalam hati berharap Keenan berubah pikiran dan akan menahannya. 

Tapi detik demi detik, lelaki itu hanya diam.

"Kalau ini emang mau Kakak, Ava akan pergi. Maaf selama ini Ava udah ngerepotin hidup Kakak. Makasih atas perhatian Kakak selama ini," kata Ava lembut, tersenyum pasrah menatap Keenan yang juga tengah menatap dirinya  dengan tatapan yang sulit di artikan.

Ava kembali seperti dulu. Tidak bisa membaca arti wajah Keenan. Apakah memang benar, jika saudara telah putus hubungan, maka raut wajahnya tidak bisa dimengerti lagi?

Ava melangkah keluar, dia sempat berpapasan dengan Lauren dan sempat mendengar bisikannya yang berkata, "Mau sampai kapan pun lo nyadarin Keenan, dia gak akan sadar. Kan kekuatan gue lebih kuat, dibanding lo, yang cuman tangan kosong."



<>

Instagram; writerrz_

PelukOù les histoires vivent. Découvrez maintenant