[44] Bego

2.1K 257 5
                                    

Triiing dut duut. Triiing dut duit...

Keenan mengerjapkan mata merasa tidurnya terusik akibat dering ponsel. Dengan berat hati dia mengangkat ponsel itu.

"Halo..." Keenan bicara dengan suara seraknya.

"Selamat malam kak, maaf mengganggu. Dengan kenalannya Adran kak?" seorang dengan suara bariton menyahut pelan.

"Hah? Adran?" Dahi Keenan mengerut. "Bukan."

"Eummm.... Nama panjangnya Adran Vion Ex..te..."

Seketika Keenan langsung mengerti. "Adran Vion Extzuz?"

"Nah... Iya itu."

"Itu teman saya." Keenan bisa mendengar seorang diseberang sana bernapas lega.

"Ini kami dari barista Bar Extoria, teman kakak masih belum sadar, belum bayar pula."

Keenan menghela mengerti. "Iya saya kesana."

Sambungan terputus, Keenan dengan berat hati menyibak selimut lalu bangkit. Memakai jaket, mengambil kunci mobil dan melangkah keluar. Sempat dilihatnya jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

<>

Setelah si barista menyebutkan nominalnya, Keenan memberikan tujuh lembar uang merah ke tangan sang penagih.

"Dimana teman saya?"

"Tadi, pergi ke sana." Barista menunjuk sebuah meja yang hanya diisi satu orang lelaki sudah teler, ditemani banyak gelas kosong.

Keenan menyibak kerumunan dan memukul pundak Vion.

"Lo ada masalah apa anjir sampai segininya?"

Vion seperti tidak sadar ada yang mendekatinya. Dia terus bergumam tidak jelas.

Keenan sangat kenal dengan watak sahabatnya ini. Terkadang Vion memang gemar datang ke sini. Namun hanya sebatas menghibur diri dengan musik. Tapi kalau sudah berlebihan menyiksa diri dengan alkohol sebanyak ini dia tahu ada yang tidak beres.

"Ayok pulang." Keenan menarik pundak Vion memperlihatkan wajah lelaki itu yang sudah memerah. Dia menaruh tangan Vion di pundaknya dan beranjak.

"Aura..."

Tiba-tiba pergerakan Keenan berhenti, kembali menatap Vion yang terus bergumam satu nama.

"Kenapa? Kalian lagi ada masalah?"

"Aura..." kepala Vion bergerak tak tentu arah. Bahkan mungkin dia tidak sadar telah menyebutkan nama itu.

Keenan kembali mengatupkan bibir. Ah dia hampir lupa lawan bicaranya ini kan sedang mabuk berat. Bagaimana bisa menjawab pertanyaannya. Dia kembali menyeret Vion menyibak kerumunan.

Sepanjang perjalanan, Vion tak henti-hentinya menyebutkan nama pacarnya itu. Bahkan pendengaran Keenan bosan dibuatnya.

"Aura..."

"Aura.... Lo kira gue bodoh?"

"Aura anjing kenapa lo selingkuh?"

Tubuh Keenan mematung.

Bukan karena ucapan Vion. Melainkan dirinya sedang melihat seorang gadis tak asing di matanya. Gadis berbaju merah, berambut panjang dengan tangisan yang membenam wajahnya. Dan seorang pria, yang sibuk menggerayai lehernya.

Keenan sampai lupa caranya bernapas. Dia terus mengerjapkan mata berusaha yang dia lihat itu tidak benar. Tapi percuma... pemandangan itu tidak pernah berubah.

PelukWhere stories live. Discover now