[7] Varrel

3.8K 447 22
                                    

Tiiing noong...

Bel istirahat kali ini berbeda dari biasanya. Tepat saat guru fisika mereka keluar, para siswi langsung mengerubungi bangku Varrel. Menghujaninya dengan beribu-ribu pertayaan.

"Gimana-gimana? Lo udah punya pacar?"

"Ini muka lo beneran muka manusia kan? Bukan titisan malaikat?"

"Curiga gue, lo pakai formalin ya?"

"Lo pakai pelet ya supaya kita bisa begini?"

"Bisa nih gue PDKT."

Ava hanya bisa menunduk sambil terus memainkan jari. Ada perasaan takut bangkunya didesak keramaian. 

"Beliin gue cireng di kantin! Buruan!" suruh Aurel yang tiba-tiba datang.

Ava hanya mengangguk segera keluar kelas, tidak mau mencari masalah di depan orang banyak.

Sedangkan bangku kosong Ava, dipakai Aurel untuk menempeli Varrel.

Ditengah-tengah kesibukannya melayani orang-orang, Varrel mengernyit melihat pergerakan Ava dengan Aurel. Dia gemas ingin menahan langkah Ava agar tidak semudah itu menerima suruhan. Tapi orang-orang terus mendesaknya membuat niatnya terkubur.












Beberapa waktu setelah itu, Ava kembali dengan pesanan Aurel. Dia duduk di kursinya setelah memberikan bungkusan di tangannya kepada Aurel. Suasana bangkunya kini sudah berangsur lenggang. Setidaknya dia bisa bernapas lega tidak ada lagi yang mendesak napasnya.

"Varrel. Nama lo siapa?" Lelaki itu kembali menjulurkan tangan setelah kegiatannya tadi tertunda. 

Lagi, Ava pura-pura tidak mendengar. Tangannya gesit mengambil sembarang buku untuk mengisi waktu break. Sebenarnya dia tidak ingin jual mahal seperti ini, namun dia merasa tidak pantas saja anak rendahan seperti dirinya mendapat teman yang goodlooking. Apalagi, dia tidak tahu lelaki ini baik atau tidak. Bisa jadi Varrel pengikutnya Aurel bukan?

Varrel yang pasrah dengan juluran tanganya hanya dicumbu angin, dia melayangkannya guna menyibak rambut dengan jemari. Entah kenapa melihat perempuan ini, membuat tantangan tersendiri baginya. Disaat semua orang berambisi untuk bisa dekat dengannya, tapi perempuan ini lain. Menengok ke arahnya saja tidak pernah, apalagi untuk sekedar menjawabnya. 

"Lo suka belajar, berarati lo murid ambis ya? Wah pasti lo anak pintar sih. Fix!" Varrel menyenderkan kepalanya di meja menatap buku kimia yang Ava baca.

Tidak ada jawaban dari Ava, maka Varrel tidak menyerah.

"Wah lo suka kimia? Sama, gue juga," lanjut Varrel antusias.

Gak nanya.

Varrel diam-diam melirik bab yang Ava baca. 

"Oh... lo belajar tentang tatanama senyawa? Itu sih kata orang memang sulit. Tapi kalau sudah tau rumus awalan kayak mono, di, tri, tetra, penta, heksa, hepta, okta, nona, deka jadi lebih mudah dipahami kok. Penamaannya diambil dari bahasa yunani kuno. Di tandai dengan pernyataan atom nonlogam, di akhiri dengan jumlah atom. Senyawa biner nonlogam merupakan senyawa yang tersusun atas molekul-molekul, selain Ion. Contohnya CO karbon monoksida, N2O5 dioksida dentaoksida, dan PCI5 fostor pentaklorida. Unsur angkanya ada nil, un, bi, tri, quad, pent, hex, sept, okt, dan enn. Yaitu nitrogen monoksida, dioksida dan alumunium klorida. Gimana? Paham gak sampai sini?"

Ava melongo, gemas ingin menanggapi Varrel yang ternyata memiliki ketertarikan pelajaran yang sama. Tapi tidak mungkin bukan? Dia mengeluarkan gagapnya yang pasti membuat Varrel akan ilfeel.

Tahan Ava... Tahan! Kamu gak boleh bicara!

Bel masuk kelas berbunyi, bertepatan dengan pak Amir—–Guru kimia masuk. Varrel menghela napas pelan seraya membenarkan posisi duduk. Oke, coba lagi lain waktu.

<>

YA ALLAH VOTE KOMENAN SUPPORTNYA NAPA GES 😭🤸

Instagram: writerrz_

PelukWhere stories live. Discover now