[26] Aneh

2.6K 274 2
                                    

"Eh, kenapa?" Ava bertanya cemas.

"Gak papa, cuman gue boleh minta tolong gak?"

"Apa?"

"Tolong jangan pernah ngasih tahu ke bunda kalau lo pernah lihat gue main basket."

Ava langsung memperlihatkan wajah tidak terima.

"Iiih, kenapa? Padahal lo jago banget tau.... Gue yakin bunda lo bangg--" Seketika Ava menutup mulutnya saat mendapati tatapan tajam dari Varrel.



"Jadi, siapa yang mau minta maaf duluan?" Vion bersedekap dada melihat Ava dan Varrel dari kejauhan.

"Lo," ujar Bira dengan wajah datarnya.

"Lo aja."

"Gak."

"Lo lah. Lo kan lebih tua."

"Terus?"

"Lebih bijaksana, lebih dewasa, lebih-lebih deh!" bujuk Vion dengan senyuman yang mengembang.

"Gak terayu."

Vion menghela napas berat. Mau ditaruh di mana harga dirinya kalau berani meminta maaf dengan adik kelas? Ewh, rasanya itu bukan dirinya. Dirinya kan tampan, tegas, famous,--

''Ah lu aja lah! Kan lo yang ngide basket!" putus Vion.

Bira terlanjur melihat jam tangannya. Waktunya tidak banyak, dia masih ada urusan setelah ini. "Iyalah!"

Ava yang sedang asyik mengobrol dengan Varrel seketika berhenti saat sebuah tangan terulur padanya.

"Maaf," ucap Bira.

Seketika Ava langsung gugup. Dia menggaruk pipinya salah tingkah menengok pada Varrel.

Varrel hanya mendelik menahan senyumnya.

"I-iya." Ava mengangguk kikuk membalas uluran tangan Bira yang tengah tersenyum kepadanya. Ava menatap kaget. Bisa-bisanya lelaki ini senyum padanya.

"Map," Vion berkata acuh. Bahkan untuk menengok saja dia enggan.

"Heh!" Varrel mengeluarkan tatapan sengitnya.

Vion memutar bola mata malas.

"Maap." Kali ini dia manambah kosa katanya. Ya meski hanya sebiji.

"Yang bener!" tegas Varrel.

"Udah bener! Kurang apa lagi!"

"Ulurin tangan... ngomong yang lembut!" titah Varrel.

Ava menyenggol bahu Varel merasa tak nyaman. "Ini terlalu berlebihan!" bisiknya

"Sssst diem!" Varrel tidak memedulikan. "Cepet!" suruhnya sekali lagi pada Vion.

Vion mendengus. "Hamdeh... Yodah nih." Dia membungkuk dan mengulurkan tangannya. Berkata selembut mungkin persis seperti emak-emak penjual jamu.

"Maaaf yaa Avaaa..."

"I-iya kak, g-gak papa hehe," Ava menyeringai sembari sama-sama menjabat tangan Vion.

"Puas?" tanya Vion pada Varrel.

"Puas!"

"Dasar rempong!" ucapnya dan berjalan menjauh dengan temannya.

Varrel mengambil seragam sekolah dari tasnya." Yaudah, gue mau ganti baj--"

"Anjayani! Basket lu not bad." Rusuh Iqbal yang tiba-tiba datang dan langsung merangkul leher Varrel.

PelukWhere stories live. Discover now