[18] Rahel

3.2K 295 18
                                    

"Oh, kelompok belajar yang lo maksud di sini?" tanya Ava pada Varrel saat mereka masuk ke dalam perpustakaan kota.

Entah karena apa, sejak saat itu Ava bisa berbicara lancar.

Tapi hanya di depan Varrel.

Tentu dengan berdebat berjam-jam apa hal yang berhasil membuat Ava seperti ini.

Tapi tetap, Ava masih belum tahu penyebabnya apa.

Varrel mengangguk. "Sekitar ada empat orang di-circle belajar gue. Tambah lo, jadi lima. Tapi duanya gak bisa hadir hari ini, jadi— Nah ini meja kita."

Varrel duduk di sebuah kursi dengan meja bundar yang telah di tempati seseorang perempuan dengan rambut panjang dikepang.

Ava ikut duduk di samping Varrel.

"Kenalin ini Rahel, temen deket gue di-circle belajar ini."

Perempuan yang disebutkan namanya mendongak menatap Ava, lantas tersenyum.

"Hai, Rahel," sapa perempuan itu sembari mengulurkan tangan.

"H-hai, Ava" Sedangkan gadis dengan rambut dikucir itu membalas uluran tangan Rahel ikut menyunggingkan senyum.

Seketika Rahel terdiam menatap wajah Ava. Tatapan yang sulit diartikan, membuat Ava bisa risih jika begini terus. Ditambah tangannya yang masih digenggam, INI KAPAN DILEPASNYA?

Varrel yang akhirnya memecah kegiatan mereka dengan kekehannya.

"Udah kali kenalannya."

Ava tersenyum kikuk melepas genggaman.

"Kamu cantik, kita temenan yuk!" celetuk Rahel cepat.

"Hah?"

"Eh gak jadi deh, belajar dulu." Rahel memotong kebingungan Ava.

"Jadi, hari ini jadwalnya apa?" Varrel membuka suara.

"Matematika," Rahel menjawab sembari menelaah kotak pensilnya untuk mencari keberadaaan pulpen kesayangannya.

"Sebentar," Varrel ingin berdiri namun ucapan Rahel menghalangnya.

"Mau kemana?"

"Cari materi, kayak biasa."

"Gak usah, udah gue cari duluan." Rahel menggeser buku tebal fasilitas perpustakaan ke tengah meja. Judul bukunya 'logaritma'.

"Aaaahhh..." Varrel menyugarkan kepala. "Materi logaritma ya hari ini."

Sepertinya Varrel langsung stres jika mendengar kata itu.

"Aku suka!" Ava spontan berkata dengan semangat yang menggebu.

"Kamu... suka?" Varrel menyatukan alis tidak percaya. Bisa-bisanya ada mahluk yang menykai deretan logaritma.

"Suka sama siapa?" tanya Rahel mendadak antusias. "Aku? Atau Varrel"

"Geblek, ya logaritmanya lah!" Varrel menoyor pipi Rahel pelan.

Rahel hanya tertawa. "Bercanda-bercanda!"

Keduanya terlihat seperti dua sejoli yang sudah akrab.

"Kalau ini mah, gue gak bisa belajar sendiri," celetuk Varrel. "Kakak pembimbing kapan datang?"

Rahel melihat jam. "Katanya sih ada urusan mendadak, jadi agak telat."

Varrel mengangguk paham.

"Aku bisa jelasin kalau lo gak paham," Ava berkata pada Varrel.

"Lo ngerti?"

Ava mengangguk semangat.

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang