30 : Berakhir

17 4 0
                                    

Nayya mengedipkan matanya ke arah Leyla, seakan mengisyaratkan bahwa Nayya menyuruh Leyla untuj memotret sosok Clara dan Kenzo yang sedang duduk berdua. Sosok Nayya kini sudah mati rasa, ia masa bodo dengan Thania dan Clara yang akan membabi buta.

Leyla menganggukkan kepalanya ketika telah selesai melaksanakan tugasnya. Ia segera mengirimkan hasil potretannya kepada Nayya.

Nayya menyeringai sebentar. Suatu kejadian besar akan terjadi, tetapi tunggu, belum saatnya. Tujuannya hari ini hanya satu, mengadu domba antara Clara dan Thania.

___

"Tapi, gue nggak berani," keluh Nayya setelah mereka berpindah tempat karena takut ketahuan Clara atau Kenzo.

"Udah cepet, ketik aja," ucap Naisya.

Nayya menghela napasnya beberapa kali kemudian kedua ibu jarinya seakan menari di atas layar ponselnya. Ia mengetikkan sesuatu di kamar percakapannya dengan Naisya, kemudian menyalinnya di nomor Thania.

Sesi pertama ini, Nayya hanya berusaha menyapa Thania. Setelah Thania memberikan respon, Nayya akan mulai melaksanakan rencana busuknya. Ah, Nayya.

Nayya melemoar ponselnya ke arah Leyla. Ia seakan alergi dengan ponsel itu. Jujur saja, ia takut jika Thania hanya membaca pesannya tanoa membalasnya. Jika iya, bukankah itu sangat memalukan?

"Gue agak nyesel sih sekarang," ucao Nayya dengan ekspresi datar.

Gladys menepuk bahu Nayya pelan. "Sok-sokan banget lo, Nay."

Satu notifikasi muncul di layar ponsel Nayya bagian atas. Dengan segala keraguan dan ketakutan, Nayya memberanikan diri untuk mengambil ponsel itu. Ia sedikit berharap jika Thania membalas pesannya.

Yah, Thania benar-benar membalas pesan dari Nayya. Namun, logat yang digunakannya sudah sangat berbeda. Bahkan perbedaannya lebih dari 180 derajat.

"Dia jawab apa?" tanya Sia penasaran.

"Emm, "Apa" gitu doang," jawab Nayya sedikit kecewa.

Hatinya semakin mengeras, ia sudah tidak bisa membedakan mana yang bersalah dan mana yang tidak bersalah. Baginya, semua yang terlibat adalah orang yang bersalah. Dan orang yang bersalah itu harus dikenai konsekuensi.

Nayya memencet tombol kirim. Ia mengirimkan sebuah foto yang berisi Clara dan Kenzo dalam foto tersebut kepada Thania. Entah dorongan dari mana, ia tega melakukan hal ini.

Dibaca saja. Cukup lama, mungkin Thania kecewa dengan dua orang itu. Ah ralat, tiga orang dengan Nayya. Mungkin Thania telah merutuki nasibnya dan seakan mengirim azab ke tiga orang itu.

"Gue jahat, ya?" beo Nayya pelan sambil memandang kosong ke depan.

Meski kelima temannya itu tahu bahwa Nayya bersalah, mereka tidak tetap menyalahkan Nayya. Bukan karena Nayya anggota baru yang harus dielu-elukan. Namun, mereka hanya takut jika perasaan Nayya tergores oleh perkataan mereka.

"Mm, ditunggu aja, Nay. Mungkin dia sibuk," ucap Leyla mengalihkan pikiran Nayya. Ia berusaha keras supaya Nayya tidak berpikir bahwa dirinya bersalah.

Nayya meneguk minumannya sampai habis tak bersisa. Pikirannya kacau. Mengapa ia tega melakukan hal itu pada Thania? Mengapa tidak melabrak Clara saja?

Problematika Perempuan [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang