31 : Selesai.

34 5 2
                                    

Bisa dibilang, hubungan antara Kenzo dan Thania sudah selesai. Namun, sampai saat ini, mereka belum mengutarakan isi hati mereka terkait selesainya hubungan ini. Bagi Thania pribadi, ia sudah tidak menganggap Kenzo ada sebagai kekasihnya.

"Aku ... minta maaf," titah Kenzo pelan tanpa mengangkat kepalanya.

Thania bergeming. Dadanya sesak, seakan ada batu yang menghambat pernapasannya. Ia tidak menyahuti omongan Kenzo sedikit pun, ia masih terdiam.

"Maafin, ya," pinta Kenzo.

Ia mengaku salah. Hubungannya dengan Clara memang seharusnya tidak ada. Namun, semuanya sudah telanjur. Ia sudah mulau nyaman dengan kehadiran sosok Clara dalam hidupnya.

Thania mengangguk pelan, sangat pelan. Jika seseorang yang melihat tidak fokus, bisa jadi mereka tidak melihat anggukan Thania tersebut. Sebuah anggukan yang seakan tidak seharusnya ditujukan pada Kenzo.

"Makasih, ya," titah Thania pelan. "Makasih udah nimbrung di hidup gue, makasih karena udah bahagiain perasaan gue, sekali lagi makasih, Zo."

Kenzo semakin merasa bersalah setelah Thania mengucapkan beribu kata terima kasih kepadanya. Ah, mengapa ia terlalu bodoh? Bukankah otaknya masih bekerja saat Clara menyatakan perasaannya beberapa hari yang lalu?

Mengapa ia tidak mengingat perasaan Thania? Mengaoa ia terlalu egois. Argh! Sejuta penyesalan datang menghampirinya. Cukup sudah, yang sudah berlalu tidak bisa diulang kembali.

"Aku jug ...."

"Stop bilang aku-kamu, gue mulai jijik dengernya," sela Thania dengan nada sarkas.

Kenzo menghela napasnya. Semua ini patut ditujukan kepadanya. Bahkan, ia sudah menunggu karma yang akan Tuhan berikan spesial untuknya.

"Gue juga makasih dan tentunya minta maaf," ucap Kenzo.

Thania mengangguk. Ia beranjak dari tempat duduknya menuju kamarnya, seakan menyuruh Kenzo untuk pulang tanpa menyuruhnya langsung. Thania yang pendiam kini sudah kembali.

Kenzo berjalan mendekati pintu rumah Thania, menutupnya pelan, dan melajukan motornya pergi menjauhi rumah yang kini akan jarang ditemuinya lagi. Bisa jadi, ini kali terakhir Kenzo datang ke rumah Thania--sosok perempuan kuat.

Melihat motor Kenzo yang pergi, Thania refleks membanting boneka yang sedang dipegangnya. Mengapa pria itu bodoh sekali? Ia memang tidak berharap dikejar, ia hanya berharap kembali.

Thania kembali menangis. Napasnya tersengal-sengal karena tangisannya. Ia benci dengan Kenzo! Ia benci dengan sosok yang sudah melukai hatinya.

Terbesit di pikirannya akan sosok Clara. Ia bahkan menyumpahi Clara supaya mati. Namun, sedetik kemudian ia kembali menangis dan menyesali semuanya.

Menyesal karena telah menaruh rasa oada Kenzo. Menyesal karena telah berpacaran dengan Kenzo. Menyesal karena merasa dibohongi oleh banyak pihak.

Thania menyeka air matanya kasar. Mungkin, beberapa hari ini ia akan malas keluar kamar bahkan malas untuk berangkat ke sekolah. Ia tidak mau bertemu Kenzo dan Clara jika ia masuk sekolah.

"Kamu kuat, Thania."

Ada sebuah bisikan yang entah dari mana. Bulu kuduk Thania langsung berdiri dengan otomatis. Ia merinding, siapa sosok itu? Ia berlari dan masuk ke dalam selimutnya. Ia kembali menangis, tetapi dengan perasaan takut, bukan perasaan cinta.

___

"Nanti bareng gue, ya?" tawar Leyla pada Nayya yang baru saja sampai di sekolah.

Nayya otomatis menganggukkan kepalanya. Ia tidak pernah meminta hal ini kepada Leyla ataupun yang lainnya, mereka selalu menawarkan jasa kecil ini khusus untui Nayya.

Problematika Perempuan [END] जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें