28 : Sosok Nayya

15 4 0
                                    

Clara berlari. Satu detik kemudian ia terjatuh karena tersandung sebuah batu yang tidak bersalah. Ia hanya mengejar sosok Kenzo yang lewat di pandangannya tadi. Ia berniat untuk mengobrol sesuatu dengan Kenzo.

Tetapi, takdir berkata lain, Clara tiba-tiba didatangi oleh semacam bayangan milik seseorang. Yah, seseorang itu adalah Thania. Entah apa yang Thania inginkan dari Clara. Dengan pikiran entah dari mana, Clara malah berniat untuk menjauhi Thania.

"Bentar, gue mau ngomong," ucap Thania mencegah pergerakan Clara.

Menurutnya, anak ini hanya cari perhatian terhadap orang-orang yang berlalu lalang di sekitar sini. "Lo mau kemana?"

Clara terdiam. Tujuannya sedari tadi hanya satu, yaitu mengajak Kenzo untuk mengobrol. Namun, jika ia mengucapkan tujuan awalnya, bukankah itu sebuah pertanda bahwa perang dunia ketiga akan dimulai?

"Nggak, gue tadi mau ke toilet," jawab Clara asal sambil menunjuk toilet yang ada di seberang.

Kebetulan, Kenzo juga berhenti dari jalannya karena mendengar suara obrolan yang tidak biasa. Ia berhenti semata-mata hanya untuk mendengar dan mencegah Thania bertindak lebih.

"Juju raja, di deket kelas juga ada toilet," ucap Thania sedikit terpancing emosinya. "Lo ngikutin siapa?"

Kenzo membalikkan tubuhnya dan mendekati mereka berdua. Jika ini dibiarkan, mungkin sebentar lagi akan ada pertarungan sengit antara Thania dan Clara. Ia menarik tangan Thania tanpa sebab dan ucapan.

"Ini juga, ngapain sih?" tanya Thania geram dan melepas paksa tangan Kenzo yang mencekalnya.

"Lo mau apain Clara?"

Thania mendecak. "Gelagat lo udah keliatan, Zo. Makasih udah ngisi hari gue, bye!"

Kenzo hanya diam, tidak memberikan perlawanan apalagi mengejar Thania. Menurutnya, Thania terlalu kekanak-kanakan dalam hal ini. Apa mungkin Thania baru pertama kali jatuh cinta? Tidak mungkin, 'kan?

Ia menoleh ke arah Clara yang masih menunduk dan memainkan jarinya. Hari ini, ia tidak membela siapapun, ia melangkahkan kakinya pergi menuju kelas dan membatalkan rencananya untuk mengambil buku di jok motornya.

___

"Nay, kayanya mereka berdua beneran ada problem, deh," celetuk Seryl.

Nayya menolehkan kepalanya ke arah Kenzo dan Thania yang sedang makan berdua di kantin. Dalam penglihatan Nayya yang normal, mereka berdua seperti tidak ada apa-apa. Apakah Seryl bisa melihat yang lainnya?

"Kalo dari gue, nggak tuh, mereka biasa aja," sahut Nayya sambil menyuapkan nasinya.

Seryl mendecak. "Lo nggak peka sih. Liat deh, dari gestur tubuhnya Kenzo aja udah beda."

"Kayanya bener deh ada masalah," timpal Sia menanggapi omongan Nayya dan Seryl.

Nayya tampak berpikir. Mengapa problematika ini teramat sulit, terlebih lagi Kenzo. Jika ia sudah tidak suka Thania, bukankah dengan mudahnya ia mengucapkan putus dan selama tinggal? Apakah ia egois sehingga mau keduanya?

Sia menepuk jidatnya tiba-tiba, kemudian ia membisikkan sesuatu kepada Seryl, "Dia kan udah diapus ingatannya, makanya dia kaga konek dari tadi."

Seryl memukul meja pelan. Ia menggeram tertahan. Betul juga apa yang dikatakan Sia. "Gue lupa."

Nayya berpamitan untuk membeli minuman di kios depan. Leyla mengikuti Nayya selayaknya penghadang dan selayaknya bodyguard. Tidak ada maksud lebih dari pengawalan ini, hanya saja, Leyla takut jika Nyya marah dan kantin bisa roboh akibat kelakuan Nayya.

Problematika Perempuan [END] Where stories live. Discover now