3 : Menjauh

64 19 8
                                    

Nayya menyandarkan kepalanya di bahu Kenzo. Tapi satu detik kemudian ia mengembalikan posisi kepalanya seperti semula. Perlahan, Kenzo mengelus puncak kepala Nayya, berusaha menenangkan seorang wanita yang sekarang berlabel kekasih.

“Nggak usah dip---“

“Gimana nggak dipikir, Zo. Mereka tuh berarti buat aku, tapi mereka berubah,” sanggah Nayya.

Kenzo membuang napasnya. Perempuan memang sangat sulit untuk dipahami. Tetapi, bukan berarti mereka tidak bisa dipahami, perlu tenaga besar untuk memahami maksud dan keinginan mereka.

“Seumpama lo jadi gue, lo bakal ngapain?” tanya Nayya.

“Kalo cowok sih biasanya nggak dimasukin ke hati, karena yang setia itu nggak bakal berubah dan sekalipun berubah mereka akan kembali dengan sendirinya,” jawab Kenzo bijak. Bahkan Nayya sempat kagum dengan susunan kalimat dari Kenzo beberapa saat sebelum ia benar-benar paham dengan apa yang Kenzo ucapkan.

“Jadi, mereka nggak setia?”

“Mungkin, tapi kalau mereka tetep sayang sama kamu, mereka bakal kembali kok,” ucap Kenzo berusaha memberi semangat pada Nayya.

Meskipun tidak puas dengan jawaban yang Kenzo berikan, Nayya berusaha tersenyum demi membalas jasa Kenzo yang sudah berpikir demi dirinya. Baginya, pentingkan muka, urusan hati biarlah belakangan.

Sesudah bercengkrama sebentar dengan Kenzo di teras rumah, Nayya kembali masuk ke kamar. Ia berusaha menjawab sendiri apa penyebab Clara dan Thania berubah. Pada dasarnya, sesuatu yang tidak dilakukannya sendiri rasanya masih kurang.

Nayya tampak mengetikkan sesuatu di ruang percakapannya dengan Clara, ia hanya mengajak Clara untuk berkumpul di rumahnya, begitu pula Thania. Tetapi, apa balasan mereka? Nayya bahkan tidak menyangka jika Clara akan menjawab ajakannya begitu sinis.

“Sebelumnya makasih, Nay. Tapi gue udah bahagia tanpa lo, ternyata lo hanya parasit bagi gue selama ini.” Itulah jawaban dari Clara untuk ajakan Nayya.

Tanpa disuruh pun, Nayya sudah mengeluarkan air matanya. Ia sudah tidak berani membalas pesan Clara lagi. Untung saja Thania tidak membalas ajakan Nayya, ia hanya membacanya saja. Lebih baik dibaca saja daripada dibalas tetapi kejam.

Baiklah, Nayya diam kali ini. Ia akan memendam semuanya sendiri. Biarkan claradan Thania berjalan sesuai kemauan mereka. Entah siapa yang patut didoktrin sebagai penyebab munculnya masalah di sini.

Entah berapa hari ini, Nayya selalu menyendiri. Bahkan, Kenzo pun kewalahan mengatasinya. Nayya yang pendiam bukanlah yang asli. Seharusnya, Nayya yang asli cerewet dan suka mengomel, lalu kemana ia?

“Nay, ayolah. Ini tinggal dua minggu lagi, masa lo diem aja gitu?” bujuk Kenzo pelan.

Nayya hanya menggeleng tanpa menyahuti ucapan Kenzo. Sebenarnya ia menjawab, tetapi dalam hati. Nayya hanya ingin menyendiri beberapa hari ini. Ini semua bukan karena Clara dan Thania, tapi memang aku ingin menyendiri, jawabnya dalam hati.

___

“Sumpah deh, gue sebel banget sama Nayya yang sekarang,” ucap Clara.

“Sama, gue juga. Semenjak dia pacaran sama Kenzo tuh,” sahut Thania ber-api-api.

Clara tersenyum menyeringai mendengar sahutan yang keluar dari mulut Thania. Akhirnya, yang ia tunggu pun datang yaitu, Thania mulai sejalan dengannya. Hanya perlu beberapa langkah lagi untuk menyingkirkan Nayya dari persahabatannya.

Problematika Perempuan [END] जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें