18 : Perempuan

17 5 0
                                    

Clara berhenti menghadang seseorang yang baru saja datang. Matanya menyipit dan memberikan aura kejam. Siapa korbannya kali ini? sudah bisa dipastika itu adalah ...

"Nay! Lo ngehasut Kenzo biar nggak deket sama Thania, ya?" tanya Clara menginterogasi Nayya yang baru saja menginjakkan kakinya di kelas.

Nayya mendecih. "Enggak sama sekali."

"Terus kenapa Kenzo nggak mau gue ajak jalan?" tanya Thania merajuk seperti anak kecil yang balonnya terbang.

"Tanya sama Kenzo, gue nggak hasut, nyuruh, atau apapun," jawab Nayya dan melewati Clara dan Thania. "Dan asal lo tahu, gue bantuin Kenzo biar bisa jadian sama Thania."

Sebuah kalimat menohok hati Thania, membuatnya ternganga. Apakah yang diucapkan Nayya benar? Apakah Nayya memang membantu Kenzo untuk mendapatkan dirinya? Jika benar ...

"Udah, dia cuma cari nama," ucap Clara mengalihkan pikiran Thania. "Lagipula mana mungkin dia bantuin mantannya, 'kan?"

Thania mengangguk-angguk, iya juga. Mengapa Nayya mau membantu Kenzo yang notabenenya adalah mantan kekasihnya. Sudah jelas tidak mungkin, apa yang diucapkan Clara lebih dapat dipercaya daripada ucapan Nayya.

Nayya mendecih ketika tahu apa yang mereka pikirkan. Dasar tukang hasut, batinnya kesal. Andai saja dirinya mempunyai kekuatan untuk mematikan lawan tanpa menyentuh mereka, hobinya adalah berandai.

"Nay, tadi Leyla titip buku ini ke gue, katanya ini punya lo, ya?" Frisya mengulurkan tangannya sembari memberikan sebuah buku bersampul kertas merah muda.

"Iya, makasih ya, Fris," ucap Nayya sambil berusaha mengambil buku itu, dikarenakan jarak bangkunya dengan Frisya sekitar dua bangku.

Clara dengan mata elangnya menangkap semua kejadian itu, dengan cekatan ia berdiri dan mengambil buku milik Nayya. Ia menyunggingkan senyumnya, kali ini Nayya akan takluk kepadanya.

"Ambil aja," ucap Clara sambil mengangkat buku itu melebihi tingginya.

Nayya terkekeh pelan. "Lo lupa kalau gue lebih tinggi dari lo?" tanya Nayya sambil berdiri dan mengambil buku itu dengan mudahnya.

Dengan malasnya Nayya kembali duduk di bangkunya dan tidak menghiraukan Clara yang mengomel di belakangnya, toh dia tidak bersalah. Semakin ke sini, hati Nayya semakin membatu, ia sudah malas meminta maaf kepada orang-orang yang berbuat salah kepadanya.

Tangan Clara mendekati rambut Nayya yang terkuncir di belakang. Pergerakannya lambat tetapi pasti. Rencananya sudah pasti akan berhasil kali ini, biarlah sudah Nayya kesakitan, toh dirinya bahagia.

Jangan salah, Nayya masih menggunakan kekuatan tambahannya dengan baik. Diam-diam menghanyutkan, selayaknya air. "Lo mau apa?" tanya Nayya sambil mencekal tangan Clara dan memuntirnya perlahan.

"Oh, sorry. Gue nggak main fisik soalnya, nggak kaya elo," ucap Nayya menyindir Clara. Tangannya mendorong badan Clara untuk menjauhinya. "Lo balik ke bangku dan belajar, pelajar tugasnya belajar bukan main adu jambak."

__

"Siapa coba yang nggak sebel kalo digituin?!" tanya Nayya berapi-api.

Sia mengelus punggung Nayya perlahan. "Udah, Nay. Kalau diladeni, mereka malah tambah cari perhatian."

"Kalo nggak diladenin semakin nglunjak, tau nggak?!"

Yah, Sia mengalah dan diam kali ini. Ia memang tidak merasakannya sendiri, ia hanya merasakan perasaan Nayya saja, tidak semua yang Nayya alami. Jika menyanggah pun, Nayya pasti akan punya bukti yang semakin kuat.

"Nih, es! Biar seger, ga cuma mikirin mereka," ucap Leyla sambil menempelkan gelas berisi es jeruk ke pipi kiri Nayya.

Nayya melonjak kaget. "Kaget, hoi!"

"Lo jadi nembak Thania besok?" tanya Nayya kepada Kenzo yang duduk di sebelahnya.

Kenzo yang masih mengunyah bakpau tiba-tiba tersedak ketika mendengar pertanyaan dari Nayya. "Apaan sih, Nay?"

"Katanya besok," jawab Nayya dan mengacuhkan Kenzo yang masih terbatuk-batuk kecil.

Kenzo menghela napasnya pelan. Semakin hari, semakin mendengar curhatan Nayya tentang Thania, perasaannya semakin luntur. Tetapi, rasa penasarannya masih kental untuk menjadi kekasih Thania.

Ia hanya ingin membuktikan apakah Thania di luar sekolah dan tanpa pengaruh Clara akan tetap bersikap seperti itu? Itulah pertanyaan yang membuatnya semakin penasaran untuk membuktikannya. Ditambah lagi, Thania juga cantik.

"Nggak boleh kaya gitu," celetuk Nayya seperti memarahi anak kecil yang sedang berbuat kesalahan.

"Salah lagi," keluh Kenzo sambil menyeruput minumannya.

Nayya tertawa ringan. Bahkan Kenzo yang bisa dibilang jarang mendengar tawa Nayya seringan itu sedikit terkejut. Ia kira Nayya sedang kesambet atau kerasukan makhluk lain, tetapi nyatanya ini benar-benar Nayya!

"Lo ketawa, Nay?"

"Kenapa? Sebuah hal buruk gitu?" sarkas Nayya tak suka.

Kenzo memutar bola matanya kesal. "Baru juga mau dipuji, udah marah, ya udah nggak jadi."

Nayya tidak menghiarukan ucapan Kenzo, ia fokus kepada semangkuk bakso yang terhidang di depannya lengkap dengan kerupuk. Semangkuk bakso ini lebih penting daripada omongan Kenzo yang jika diladeni semakin nyeleneh, seperti Clara.

"Nay, lo nggak pake mi kuning?" tanya Naisya sedikit terkejut dengan Nayya.

Nayya menggeleng. "Nggak pake, kenapa?"

"Pad---"

"Tuh, iya 'kan, Than? Dia itu menghalangi lo deket sama Kenzo. Buktinya dia deket-deket sama Kenzo," sela Clara yang tiba-tiba datang dan mengalihkan fokus mereka yang ada di meja ini.

Nayya menganga, entah karena apa, ia tidak bisa mendefiniskan hal ini. apakah Clara terkena gangguan jiwa? Argh! Makhluk jenis apa Clara ini? Nayya melirik ke arah Kenzo yang hanya duduk diam sambil mengunyah makanannya dan enggan menghadapi Clara.

"Lo yang keterlaluan sama Nayya!" bentak Leyla dan berdiri di hadapan Clara.

"Santai-santai, Mbak." Clara dan Thania mundur satu langkah. Gawat, rupanya teman-teman Nayya sekarang jauh lebih ganas.

"Kalo lo nggak cari masalah kita nggak ganas, Ra," ucap Nayya menjawab pikiran Clara.

Clara terdiam. Benar juga, ah sudahlah biarkan saja. dirinya sangat tidak suka jika ada orang lain bahagia. Di dunia ini yang patut berbahagia hanyalah orang-orang yang dikecewakan, seperti dirinya. Orang lain tidak perlu!

Nayya tercengang setelah mengerti isi pikiran Clara. Apakah dia pernah dikecewakan? Oleh siapa? Kedua orang tuanya kah?

"Ken, lo kalau niat yang jalanin dong, nggak cuma omong kosong doang," kritik Clara kepada Kenzo.

Kenzo yang awalnya diam saja tidak ikut campur menolehkan kepalanya. Mengapa namanya disebut? Ia berdehem. "Emang gue omong kosong, Than?"

Thania meringis, ia kebingungan harus menjawab apa. Di sampingnya tampak Clara yang meliriknya ganas dan di depannya jarak beberapa orang ada Kenzo yang disukainya sejak dulu.

"Enggak pernah," jawab Thania pelan.

Clara terkejut. "Nggak pernah jalanin, 'kan?" tanyanya sambil melotot.

Thania berdehem. "Nggak pernah omong kosong."

"Dia mahal," celetuk Clara sambil menunjuk Thania. "Awas aja lo kalau ganggu hubungan Kenzo sama Thania!"

"Dih, nggak pernah dan nggak akan pernah," sarkas Nayya hampir tersulut emosinya.

Kenzo melerai mereka berdua. Ia mempersilakan Clara untuk kembali melanjutkan perjalanannya entah kemana dan mempersilakan Nayya untuk melanjutkan acara makannya.

"Perempuan memang sulit, banyak problematika," batinnya.

***

Problematika Perempuan [END] Where stories live. Discover now