2 : Mulai Muncul

79 21 4
                                    

“Udah, Zo,” ucap Nayya dingin.

“Dingin banget sih, Sayang?”

“Lo manggil gue sayang sekali lagi, mati lo,” ancam Nayya sambil memicingkan matanya.

Kenzo mencebik. “Mana mungkin.”

Berkali-kali ponsel Nayya berdering, sepertinya terdapat beberapa panggilan telepon. Tetapi, Nayya sama sekali tidak mengangkat panggilan tersebut. Karena menurutnya lomba model ini lebih penting.

“Berisik banget sih,” keluh Kenzo sambil menyerahkan ponsel Nayya. Seakan menyuruh Nayya untuk menyalakan mode jangan ganggu pada ponselnya.

Nayya melirik sedikit pada notifikasi yang terdapat pada layar kunci, tersemat di sana panggilan-panggilan tak terjawab dari Clara dan Thania. Nayya tidak menghiraukan mereka berdua dan memencet tombol jangan ganggu pada ponselnya. Ia memutar tubuhnya kembali dan membahas model rambut bersama Kenzo.

“Digerai aja?” tanya Kenzo sedikit terkejut.

“Iya, gimana?”

No, dicepol aja,” ucap Kenzo.

Setelah berdebat, akhirnya mereka memutuskan model rambut yang akan mereka pakai. Nayya segera membuka ponselnya dan membalas satu persatu pesan yang diterimanya. Terlebih lagi Clara yang cerewet dan mengiriminya pesan yang berlebihan, atau bisa disebut spam.

Akhir-akhir ini Nayya sering pergi sendiri tanpa pamit kepada kedua sahabatnya. Memang untuk urusan sekolah, tapi Clara rasa ini terlalu kebangetan. Bahkan Nayya tidak bisa dihubungi dalam 2 x 24 jam. Hal itu membuat Thania dan Clara khawatir sekaligus geram.

“Itu Nayya, dia lagi sibuk kayanya, Ra. Biarin aja deh,” ucap Thania dan menyeret Clara pergi dari aktivitasnya menguntit.

Sedangkan Nayya yang tidak sadar apabila kedua sahabatnya mulai merenggang darinya hanya diam saja dan tetap berkutat pada layar tablet yang menampilkan beberapa pose yang wajib dipakai saat lomba nanti.

“Nanti pulang sama siapa?” tanya Kenzo.

“Zo!” bentak Nayya pada Kenzo yang mulai mengelantur. “Diem dulu, liat ini,” tambahnya.

Setelah dipasangkan oleh Bu Fania di lomba model tahun ini, Nayya dan Kenzo secara tidak langsung lebih sering bertemu daripada biasanya. Tentu saja mereka sama-sama menaruh hati selama berhari-hari ini bertemu.

Sebagai seorang perempuan, Nayya menjaga harga dirinya untuk tidak menyatakan perasaannya pada Kenzo. Menurutnya, lebih baik ia sakit hati daripada harga dirinya diinjak-injak dan dianggap remeh. Biarkan perasannya bertepuk sebelah tangan saja, itu lebih baik.

“Pulang bareng gue ya?” tawar Kenzo.

Nayya hanya mengangguk dan membuntuti Kenzo menuju tempat parkir sekolah. Hari ini, ia memang tidak membawa kendaraan sendiri dikarenakan ban motornya tadi kempes sebelum berangkat sekolah.

Thanks, Zo,” ucap Nayya setelah turun dari motor Kenzo.

Ia sengaja tetap berdiri sampai Kenzo pergi meninggalkan rumahnya. Tak lama kemudian, Kenzo pergi setelah Nayya melambaikan tangannya. Motor beserta pengendaranya tersebut sudah pergi menghilang di balik gerbang perumahan. Setelah Kenzo tidak nampak di area penglihatanyya, Nayya memasuki gerbang rumahnya dan berjalan menuju kamar.

“Nay, lo di rumah?” tanya Clara dalam sambungan telepon.

“Iya, kesini aja,” jawab Nayya dan mengganti bajunya sebelum kedua sahabatnya datang dan membuat rusuh di kamarnya.

Benar saja, tak sampai lima menit, Clara dan Thania datang dan langsung menyelonong masuk ke kamar Nayya. Mereka bertiga saling bertukar cerita walau kedua dari mereka memendam dendam pada salah satu dari mereka.

Problematika Perempuan [END] Where stories live. Discover now