25 : Terkesima

18 4 0
                                    

Clara berlari mendekati Kenzo. Mereka hari ini sedang ada janji bertemu di sebuah taman. Yah, Clara hanya mengajak Kenzo sebatas bermain saja, tidak lebih. Sedangkan Kenzo. Rasanya ia sudah terkena hasutan dari Clara.

"Zo, anterin gue beli es krim itu," pinta Clara sambil menunjuk seorang pedagang es krim keliling.

"Nggak baik, mending yang ada di supermarket," tolak Kenzo.

Clara mendecak. "Ih, apa sih. Gue kan pengennya yang itu, ayo lah anterin!"

Kenzo mengangguk pelan karena terpaksa. Sejujurnya ia tidak suka dengan pedagang es krim keliling. Entah pendapat yang datang dari mana, Kenzo berpikir bahwa mereka jorok. Itu saja, padahal tidak semua pedagang keliling seperti apa yang Kenzo pikirkan.

Clara menarik tangan Kenzo dan berlari untuk segera sampai di pedagang itu. Entah desiran aneh apa yang Kenzo rasakan saat Clara tiba-tiba memegang tangannya. Aneh, tetapi tidak juga.

"Lo nggak mau?" tanya Clara.

Dengan cepat Kenzo menggeleng. "No!"

"Temennya bule, ya?" tanya pedagang es krim itu mengakrabkan diri.

Clara tertawa. "Ah, nggak, Pak. Dia mah pribumi."

Lagi-lagi, Kenzo terpana. Jarang sekali, bahkan bisa dibilang sangat jarang, Kenzo melihat tawa Clara yang garing itu. Dalam hidupnya, ia hanya menemui sosok Clara yang kejam dan tukang bicara. Tidak sebahagia yang ada di depannya sekarang.

Melihat Clara lahap memakan es krimnya, Kenzo hanya bisa menatap datar diiringi perasaan jijik. Mindset yang ada di pikiran Kenzo sudah tidak bisa ia lepaskan. Dalam pikirannya hanya ada satu kata, jorok.

"Makasih, Zo. Udah anterin pulang, padahal gue nggak minta," ucap Clara diikuti lambaian tangannya.

"Ya kali jalan sama anak orang nggak dibalikin," kekeh Kenzo seraya pergi perlahan dari rumah Clara.

Terkejut? Pasti! Clara terkejut dengan ucapan Kenzo. Apa maksud dari ucapan itu? Adakah makna terisrat dari kalimat itu?

__

Kenzo menatap ponselnya. Ada setikar lima panggilan tak terjawab dari Thania. Ada apa Thania menghubunginya sebanyak ini? Padahal Thania adalah anak yang tergolong cuek. Adakah sebuah kecurigaan?

Demi menetralisir rasa takut dan curgianya, Kenzo segera memencet nomor Thania dan menghubungkan kepada pemiliknya. Ah, semoga saja Thania hanya iseng dan menelepon Kenzo.

"Halo, kenapa telepon banyak banget?" tanya Kenzo setelah Thania mengangkat teleponnya.

"Ya kamu sih nggak ngangkat teleponnya, makanya aku telepon banyak," sahut Thania dari seberang.

"Hehe, maaf. Ada apa?" tanya Kenzo.

"Dari mana sih kamu?" Kenzo tercekat. Ia harus menjawab apa. "Biasanya kamu pegang ponsel setiap saat, dimanapun kamu berada."

Kenzo terdiam. Ia bingung! Tidak mungkin ia mengucapkan dan membeberkan kepada Thania jika ia baru saja bertemu dan menghabiskan harinya bersama Clara. Wah, jika ia keceplosan. Ini adalah sebuah bencana besar.

"Tidur tadi, akhir-akhir ini kecapekan," jawab Kenzo asal.

"Ooh, kecapekan gara-gara aku?"

Kenzo merutuki nasibnya. Mengapa ia mengucapkan kata kecapekan tadi? Masalah bisa melebar jika Kenzo tidak segera meluruskan kesalah pahaman ini. Kenzo menarik napasnya kemudian menjelaskan sesuatu kepada Thania.

"Nggak, kenapa juga aku kecapekan gara-gara kamu? Tugasku banyak banget terus di rumah juga kadang bantu-bantu orang tua," jelas Kenzo setenang mungkin

Problematika Perempuan [END] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora