26 : Berani?

21 4 0
                                    

"Than, besok mau nyoba kafe baru?" tawar Kenzo pada thania yang baru saja meneguk minumaknnya.

"Di mana?"

"Deket terminal, aku udah nyoba dan enak makanannya," jawab Kenzo sembari membalas pesan dari seseorang.

Thania mengangguk. "Tapi aku cuma bisa sebentar, mau mewakili lomba lagi, di lomba sebelah, hehe," ucap Thania sambil terkekeh.

"Iya, nggakpapa."

"Kesempatan."

Nayya yang berjalan menuju salah satu kios di kantin berhenti mendadak membuat Leyla geram. Nayya berhenti bukan karena tidak sengaja, ia terkejut dengan sosok yang ada di sampingnya saat ini.

"Ken!" murka Nayya.

Leyla ikut terkejut dengan perubahan Nayya yang drastis. Ia menarik tangan Nayya untuk pergi dari tempat ini. Tetapi, Nayya menarik tangannya kembali dan tetap kekeh memarahi sosok yang menurutnya bersalah.

"Lo, minta maaf sama dia!" ucap Nayya geram.

Kenzo mengerutkan keningnya. Apakah ana ini tadi membaca pikirannya? Atau ia memergoki Kenzo kemarin? Kenzo berdiri dan memegang kedua bahu Nayya berusaha menenangkan sosok sahabatnya ini.

"Apaan sih?" tanya Nayya sambil menghempaskan kedua tangan Kenzo yang bagaikan kuman baginya. "Lo minta maaf sama Thania!"

"Gue salah apa?" tanya Kenzo kebingungan.

Nayya mendecih kesal. "Lo lupa sama gue? Gue bisa baca pikiran lo dan lo seakan udah lupa dengan yang lo pikirin?! Lucu!"

Kenzo masih menatap bingung. Ia memang benar memikirkan sosok Clara di tengah duduknya bersama Thania. Cukup untuk kali ini, ia tidak bisa membongkar rahasia itu sekarang.

"Cepet minta maaf!" teriak Nayya.

Leyla menarik tangan Nayya pelan. Ia takut jika Nayya dibiarkan seperti ini akan semakin beringas. "Nay, udah, lo nggak malu dilihatin orang banyak?"

"Gue nggak malu, biar dia yang malu!" ucap Nayya sambil menunjuk muka Kenzo. "Minta maaf, anj*ng!"

Nayya membalikkan badannya dan pergi menuju meja awalnya bersama Leyla. Namun, ia berhenti lagi. "Kalau lo, Kenzo, nggak minta maaf sama Thania, gue nyesel temenan sama lo."

Leyla menarik tangan Nayya dan segera mendudukkan anak itu di salah satu kursi kantin. Ia menyodorkan minuman yang tadi Nayya pesan kepada pemiliknya guna mengurangi rasa dahaga Nayya setelah berteriak-teriak.

"Emangnya ada apa sih, Nay?" tanya Sia sambil mengelus punggung Nayya pelan.

"Dia mikir Clara." Nayya meletakkan kembali gelasnya di meja.

Tenatu saja ucapan Nayya membuat kelima temannya terkejut. Terlebih lagi raif yang baru saja datang. Ia menggebrak meja tersebut sambil menatap tajam ke arah Nayya. Ia seakan tidak percaya dengan yang Nayya katakan.

"Lo beneran?" tanya raif sambil merebut kursi yang hendak Leyla duduki.

Nayya mengangguk kesal. "Tanyain aja sama dia, males gue!"

__

"Maafin dia, mungkin lagi pms," ucap Kenzo sambil menggaruk tengkuknya yang tentu saja tidak gatal.

Jujur saja ia bingung harus berkata apa kepada Thania. Ia takut jika perkataannya menyakiti Thania. Wajah Thania tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya atas teriakan Nayya yang memarahi Kenzo.

Awalnya ia hendak menegur Nayya karena telah memarahi Kenzo tanpa sebab. Namun, akhirnya ia sadar dan memilih diam. Nayya memang bisa membaca pikiran, jadi Kenzo memang bersalah?

"Besok ku---"

"Jujur, Zo. Ada apa?" sela Thania sambil menatap Kenzo dalam.

Kenzo menunduk. Ia bingung harus menjawab apa. Ia salah tingkah, bukan berarti salah tingkah karena dirayu, tetapi ia salah tingkah karena diberi suatu pertanyaan yang menggoyahkan imannya.

"Zo, gue bukan pembaca pikiran kaya Nayya. Jadi gue nggak tahu lo sekarang mikir apa. Jadi, tolong jujur," ucap Thania sepelan dan sehalus mungkin. Ia takut jika Kenzo akan melonjak jika ia salah kata.

Kenzo terkejut dengan sapaan Thania kepadanya. Yang awalnya aku-kamu mengapa menjadi lo-gue? Apakah Thania benar-benar marah sekarang? Jika iya, ia harus bagaimana?

Kenzo masih terdiam. "Nggak ada apa-apa."

Thania mendecih. "Ya udah, kalau itu mau lo."

Thania berdiri dan meninggalkan Kenzo yang masih terdiam di tempat duduknya. Thania tidak berharap dikejar dan terjadi sebuah drama. Sudah cukup kali ini, untuk yang pertama, ia akan memaafkan Kenzo.

Bukan karena apa-apa, jujur saja ia masih sayang dengan Kenzo. Sulit untuk melepaskan sosok yang baik hati untuk orang lain. Orang lain itu ... siapa?

Thania mendekati meja Nayya kemudian mengulurkan tangannya ke hadapan Nayya. "Makasih, gue juga minta maaf atas dia."

Nayya mengangguk dan membalas uluran tangan thanioa. Sia tiba-tiba menyahut, "Dia kenapa?"

Thania mengendikkan bahunya, "Nggak mau jujur, gue duluan, ya." Thania berlalu menjauhi lingkungan kantin.

Nayya menggertakkan giginya. "Dasar orang nggak tahu diri! Sebenarnya otak dia di mana sih? Di dengkul? Atau nggak punya? Heran gue sama orang itu, gila dan bejad banget sih!" seru Nayya setelah Thania pergi dan menghilang dari pandangannya.

Kenzo berjalan mendekati Nayya. "Lo tadi nyindir siapa?"

Nayya berdiri. "Wah, lo kesinggung?!" tanya Nayya. "Menurut lo siapa?"

Kenzo menunjuk jejak Thania. Nayya otomatis tertawa sekeras mungkin. Ia meremehkan sosok Kenzo yang sekarang sudah berbeda. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan mendecak beberapa kali.

"Lo salah, Zo!" seru Nayya. "Yang gue sindir itu, sosok yang tadi lo pikirin!"

"Gue nggak mikir yang aneh-aneh, Nay. Gue cuma ada janji sama dia, udah gitu aja," sanggah Kenzo berusaha membela dirinya.

Nayya mengendikkan bahunya. Ia malas membahas masalah ini, problematika remaja paling sering ditemui, Nayya malas membahas itu. Biarlah itu urusan Kenzo dan Thania. Kini masalahnya hanyaterkait sosok itu-Clara.

"Intinya lo berubah, Zo," celetuk Nayya saat Kenzo sudah berlalu.

"Sabar, Nay, masih ada kita," hibur Gladys kemudian terkekeh.

Nayya mengulas senyumnya kemudian berlalu. Keenam teman Nayya hanya mengira Nayya akan masuk kelas dan memulai pelajarannya. Tetapi tidak, bukan ini rencana Nayya. Nayya hanya tidak mau merepotkan mereka. Ia bisa melakukannya sendiri.

"Clara! Di mana lo?!" teriak Nayya memenuhi penjuru kelas.

Clara tentu saja terkejut. Sosok Nayya yang biasanya diganggu kini berusaha mengganggu dirinya. Jika saja ia tidak mempunyai sebuah "hubungan" dengan Kenzo, mungkin ia sudah berani menghadang Nayya. Tetapi, tidak untuk sekarang.

Nayya menyeringai kemudian mendekati Clara yang duduk di kursi. Ia mengernyitkan dahinya, mengapa Clara menjadi sosok pecundang baginya? Kemana Clara yang dulu? Bukankan Clara selalu merusuh dan berani?

"Kenapa lo kaya putri malu? Mana lo yang dulu? Ada masalah, ya?" cecar Nayya kesal karena Clara tak kunjung menyahuti dirinya.

Clara hanya menggeleng pelan. "Nggak, ada apa?"

"Lo ada hubungan apa sam---"

"Nay, cukup, Nay," sela Frisya sambil menarik pelan tubuh Nayya dan berusaha meminimalisir emosi Nayya.

"Gue nggak mau ada yang kecewa di dunia ini, sekalipun itu mantan sahabat gue!" ucap Nayya penuh dengan kekesalan.

Ucapan ini sedikit menusuk bagi Clara dan Thania yang notabene mereka adalah sosok mantan sahabat yang diucapkan Nayya itu. Thania mengernyitkan dahinya. Jadi ... sosok itu adalah Clara?

***

Problematika Perempuan [END] Where stories live. Discover now