27 : Kisah Thania

16 4 0
                                    

"Gue takut, Zo," lirih Clara. "Gue takut mereka bakal bully gue."

"Nggak kok, udah tenang aja," sahut Kenzo dari seberang.

"Gue salah, ya?"

Kenzo menggelengkan kepalanya walau Clara tidak bisa melihatnya. "Enggak. Udah ya, gue mau nugas."

Clara mematikan sambungan telepon itu. Apakah Tuhan akan mengutuknya menjadi batu karena ia telah merusak hubungan orang lain? Ia hanya ingin bahagia, itu saja, tidak lebih.

Clara hanya menginginkan sebuah kebahagiaan. Ia akan melakukan semuanya demi kebahagiaannya. Apapun itu. Sayangnya, ia tidak mengetahui mana yang harus dilakukannya dan mana yang tidak boleh dilakukannya.

Dalam otaknya hanya satu, kebahagiaan.

__

"Nggak apa-apa, Nay. Udah lupain," ucap Sia semakin geram dengan Nayya yang sedari tadi hanya memikirkan hubungan Kenzo dan Thania.

"Maksud lo emang baik, Nay. Tapi biarin mereka urus hidup mereka sendiri. Lo udah cukup membantu bagi Thania," tambah Seryl.

Nayya tersenyum palsu. "Okay. Dys, gue mau lo hapus ingatan gue, tapi spesifik, tentang hubungan mereka berdua, buat gue tahunya pas mereka pacaran doing, cepetan!" pinta Nayya sedikit memaksa.

Gladys tertawa terbahak-bahak. Baru kali ini ada sosok pasien yang meminta permintaan yang sangat banyak. Nayya kira, tawaan Gladys mengartikan bahwa Gladys tidak bisa. Tetapi nyatanya, Gladys tertawa karena menurutnya itu gampang.

"Gue ketawa bukan karena nggak bisa atau ngetawain permintaan lo, bukan. Gue ketawa karena semakin banyak permintaan lo, semakin mudah gue hapusnya, makanya gue seneng," jelas Gladys dan berdiri mendekati Nayya.

Saat kedua tangan Gladys hendak terulur ke atas kepala Nayya, sontak Nayya terkejut dan menghentikan pergerakan Gladys. Hal itu membuat Gladys sedikit terkejut karena pasiennya yang berulah.

"Apaan sih, Nay?" gerutu Gladys.

"Lo bakal hapus tentang mereka doang, 'kan? Bukan berarti lo hapus ingatan gue sejak gue tah---"

"Iya-iya, gue udah tau, cepet merem," sela Gladys kesal. Ia memejamkan matanya dan mengulurkan tangan ke atas kepala Nayya. Mulutnya tampak mengucapkan sesuatu, tetapi tidak terdengar sama sekali. Satu tiupan terhembus ke atas kepala Nayya dan ia mulai membuka matanya.

"Sudah," ucap Gladys dan sedikit menyenggol kepala Nayya, mengisyaratkan bahwa ritual ini sudah selesai.

"Makasih."

Leyla tampak menyeringai. Kini jatahnya mengusili Nayya sudah datang. Ia berdiri dan mendekati Nayya. "Lo inget gue, 'kan?"

Nayya mendecih. "Gue nggak pikun!"

"Lo inget Clara ngapain?" tanya Leyla lagi.

Lagi-lagi Nayya mendecih. "Kaga tau, udah sana."

Leyla tampak murung. Acaranya terpaksa gagal karena Nayya yang tidak bisa diusili. Ah, andai saja Nayya masih sepolos dulu. Mungkin acaranya ini akan berjalan lancer jaya.

Sia hanya tersenyum melihat Leyla yang murung karena Nayya. Ia sangat bersyukur Nayya meminta penghapusan ingatannya. Karena apa? Ia hanya bisa berharap yang terbaik untuk semuanya dan Nayya tidak ikut campur dengan masalah Kenzo.

__

Thania berjalan dengan semangat menuju gerbang depan. Sosok Kenzo sudah datang di depan sana, ia membuka gerbang rumahnya dan mempersilakan Kenzo untuk masuk.

Problematika Perempuan [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang