26. Perpustakaan

13.8K 885 19
                                    

Hari ini merupakan hari dimana hukuman Aqilla untuk membersihkan perpustakaan berakhir.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu, Aqilla kini sedang melangkahkan kakinya menuju arah perpustakaan, tetapi ia tidak sendiri, melainkan bersama David yang mengekori nya dibelakang. Laki-laki itu mengatakan ingin mengawasi Aqilla, hanya mengatakan hal itu, selebihnya ia diam, bahkan saat Aqilla bertanya pun David tetapi diam.

Aqilla bingung mengenai perubahan kekasihnya itu, apa karena sekarang sedang berada di lingkungan sekolah? Jadi seolah-olah masih berpacaran secara backstreet dengannya? Tetapi sekolah kali ini sudah cukup sepi hanya ada beberapa siswa yang lewat. Lagi pula Aqilla hanya ingin David meladeni ia berbicara, bukan untuk bermanja-manjaan di area sekolah, hal wajar bukan?

Atau karena kejadian di kantin tadi?

Memang sejak saat itu kekasihnya ini hanya diam, bahkan saat masuk kelas ia tetap bungkam. Saat para sahabatnya bertanya, ia hanya menjawab sekenanya. David kenapa sih?

"Cepet beresin! Jangan lama, gue males nunggu!" Cetus David saat mereka berdua baru memasuki perpustakaan.

Aqilla mendelik, "Dih lagian siapa yang minta lo nunggu?" Sahutnya ketus.

David tidak menjawab ucapan Aqilla, ia memilih pergi meninggalkan kekasihnya itu dan duduk di meja perpustakaan yang berada di paling ujung.

Saat ini suasana perpustakaan tidak terlalu ramai karena sudah jam pulang, hanya ada satu dua murid yang masih memilih-milih buku, mungkin untuk tugas, entah.

"Ish susah banget sih," gerutu Aqilla.

Setelah selesai dengan beberapa rak bawah kini ia mencoba menggapai buku yang ada di rak paling atas, tapi karena tingginya yang tidak seberapa, ia kesulitan untuk meraih buku tersebut.

"Makanya tinggi tuh ke atas bukan ke samping!"

Aqilla membalikkan tubuhnya, netranya membelalak kaget, kini tubuh Aqilla begitu dekat dengan orang itu, hanya tersisa sedikit jarak.

"Eh Pak, terima kasih!" Ujar Aqilla gugup.

Pak Ridwan memberikan buku yang baru saja ia ambil, sehingga kini tubuhnya sedikit menjauh dari Aqilla yang membuat gadis itu bernafas lega.

"Masih ada yang mau di ambil buku bagian atas?"

Aqilla menatap Pak Ridwan salah tingkah, "Ah iya pak masih banyak yang belum di bersihkan."

"Yasudah saya ambilkan!"

Aqilla melebarkan matanya, "Ehhh gak usah pak! Saya bisa sendiri," Elaknya.

Pak Ridwan menaikkan sebelah alisnya, "Bisa sendiri? Yakin? Buktinya tadi kamu sampai loncat-loncat gitu," ledek Pak Ridwan terkekeh geli.

Aqilla menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Eheheh saya ngerepotin Bapak kalo begitu."

"Gak pa-pa!" Jawab Pak Ridwan dengan senyum tipis.

Setelahnya Pak Ridwan mengambil beberapa buku paling atas dan memberikan kepada siswinya itu.

"Terima kasih banyak Pak, maaf merepotkan?" Ujar Aqilla tak enak.

"Gak pa-pa, saya tidak keberatan kok."

Aqilla tersenyum kikuk, "Eum Bapak ada keperluan apa datang ke perpus?"

"Loh? Emang saya nggak boleh datang kesini?"

Aqilla lagi-lagi menggaruk tengkuknya salah tingkah, "Bukan gitu maksudnya Pak, barang kali ada yang dicari dan saya bisa bantu?" Guru tampan itu tertawa renyah mendengar suara Aqilla yang terlihat salah tingkah itu, biasanya siswinya ini selalu berbicara ketus padanya.

With You (Completed)Where stories live. Discover now