10. Deep talk

27.3K 1.4K 14
                                    

Rani yang baru saja keluar dari dalam kamar menggelengkan kepalanya pelan saat ia melihat keadaan ruang keluarga saat ini. David yang tertidur di atas sofa, di bawah sofa Reksi tertidur seraya memeluk Aqilla, dan Reksa disamping Aqilla yang tidur posisi terbalik, kaki Reksa berada sejajar dengan kepala Aqilla sedangkan kepalanya berada di kaki Aqilla, tak lupa sampah bekas snack dan minuman yang berserakan di depan televisi.

Saat ini jam dinding masih menunjukkan pukul 04.50 shubuh, sudah menjadi kebiasaan Rani untuk bangun pukul 04.30 dan melaksanakan shalat shubuh bersama suaminya lalu dilanjutkan membangunkan anak-anaknya.

Ke empat anak Adam yang tadinya masih menyelami alam mimpi itu langsung membuka matanya kaget saat mendengar suara yang begitu nyaring terdengar di telinga mereka, netra ke empatnya langsung fokus menatap Rani yang sedang berdiri di hadapan mereka dengan membawa panci dan spatula di tangannya, ternyata suara menggelegar yang membangungkan mereka itu berasal dari panci dan spatula yang beradu.

"Bun, lembut dikit dong kalo bangunin anaknya!" gumam Reksa yang masih setengah sadar, ia perlahan menutup matanya kembali.

"Tau nih Bunda, nggak halus banget cara banguninnya!" timpal Reksi yang saat ini sudah terduduk, sedangkan Aqilla masih mengucek matanya dan David yang sedang bersiap membereskan selimut yang ia dan Aqilla pakai semalam.

"Komen aja bisanya, emang bisa bangun sendiri? Yang ada nantinya kalian bangun-bangun jam 12 siang. Lagi pula kalo dibangunin satu-satu kelamaan, keburu waktu shubuh nya abis, ayo cepet bangun-bangun! Cuci muka, sikat gigi, kalo bisa mandi, langsung wudhu!" Omel Rani.

Ke empatnya langsung berdiri dan berjalan gontai meninggalkan Rani dengan helaan nafasnya menatap ketiga anaknya itu dan David. Lalu bagaimana nasib sampah-sampah yang berserakan ini? Terpaksa harus Rani lagi yang membereskannya.

🌵🌵🌵

Saat ini David dan Aqilla sedang berada di danau dekat taman kota untuk beristirahat.

Setelah selesai beres-beres dan shalat shubuh tadi, mereka berdua memutuskan untuk lari pagi, tapi sebelumnya mereka memilih pulang terlebih dahulu ke rumah David untuk mengganti pakaian milik laki-laki itu.

David dan Aqilla menatap air tenang di hadapannya seraya sesekali meminum air mineral yang dibeli oleh David beberapa menit lalu.

"Kamu kemarin kenapa bisa berantem sama Clara?" Tanya David memecah keheningan.

Aqilla mengalihkan pandangannya pada David, tatapannya berubah menjadi kesal, "Gara-gara kamu!" Tuduhnya.

Kening David mengerut bingung, "Kok aku?"

"Perkara dia liat kamu gendong aku waktu ke UKS, terus dia ngaku-ngaku jadi pacar kamu dan gak terima kalo kamu gendong aku ke UKS. Kok dia nggak kapok-kapok sih? padahal udah kamu tolak beberapa kali tapi masih aja gatel!" Ujar Aqilla dengan kesal.

David terkekeh lalu mengusap pucuk kepala Aqilla, "Raka juga gitu, dia udah kamu tolak tapi masih aja nempelin kamu!" sindirnya David membalas ucapan Aqilla.

Aqilla mendengus, "Ini gak ada hubungannya sama Raka! Lagian beda kasus Dev, Raka nggak nekat kayak si nenek lampir itu, bahkan Clara sampe berani narik-narik rambut aku kemaren, kamu juga liat sendiri kan?"

"Oh ya? Cuma karena itu? Aku nggak percaya, pasti kamu mancing emosinya kan?" Tanya David seraya terkekeh.

Aqilla menatap kekasihnya itu tajam, "Kamu ngebela dia? Dari awal dia yang mulai kok, dia yang halangin jalan aku, ngaku-ngaku pacar kamu, yang mulai duluan narik rambut aku! Lagian nih ya, meskipun aku mancing emosinya sampe dia berani narik rambut aku tapi segala tindak kekerasan itu nggak bisa dibilang bener! Kalo dia gak enak sama ucapan aku, apa susahnya tinggal bales pake cara yang lebih berkelas!" Jawab Aqilla sarkas.

With You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang