7. Berulah Kembali

32.7K 1.7K 5
                                    

"QILLA ZHEYENK LO KEMANA AJA?"

Aqilla memejamkan matanya merasa jengah serta menghela nafasnya panjang saat ia mendengar teriakan yang tak asing lagi di telinganya, teriakan Fanny sangat mengganggu waktu makannya.

Setelah selesai dengan hukumannya bersama dengan Clara yang tidak berjalan baik, karena tentu saja selama mengerjakan hukuman mereka selalu saja adu mulut dan itu berlangsung hingga hukuman mereka selesai, Aqilla langsung mengarahkan kakinya menuju ke kantin daripada memilih untuk masuk ke kelas, pikirnya nanggung. Kini tujuannya di kantin yang tidak lain dan tidak bukan yaitu untuk mengisi perut, entah terbuat dari apa perut Aqilla ini, tetapi anehnya tubuh gadis itu tetap body goals, tidak gendut meskipun porsi makannya lumayan banyak.

Kursi yang berada di sebelah kanan dan kiri Aqilla bergerak, hingga kini posisi Aqilla berada di tengah-tengah keduanya.

"Lo kemana aja sih? Bukannya masuk kelas malah enak-enakkan makan di kantin," cerocos Fanny.

"Kemaren kemana lo Qil? Kata Alfa lo pingsan? Iya kah?" Tanya Nasya beruntun.

Aqilla menatap kedua sahabatnya itu bergantian dengan tatapan malas, "Satu satu kek nanya nya, pusing gue denger suara kalian!" keluh Aqilla.

"Kemarin gue kesiangan terus di hukum, pingsan, ke uks, pulang. Dan hari ini gue di hukum lagi gara-gara ribut!" jelasnya tanpa mau panjang lebar.

"WHAT? LO PINGSAN?" jerit Fanny membuat Aqilla reflek mengedarkan tatapannya ke sekitar, aman! Untungnya hanya satu sampai dua murid yang menatap ke arahnya dan kedua temannya.

Fanny menangkup pipi Aqilla dengan kedua tangannya mengarahkan wajah Aqilla untuk ia tatap, "Terus sekarang gimana? Lo mendingan? Kok bisa pingsan?" cecar Fanny.

Aqilla berusaha melepaskan tangan Fanny yang bertengger di pipinya, "Gak usah lebay!" tukasnya yang membuat Fanny menatap sahabatnya itu mendelik.

"Gue khawatir tau!" balas Fanny.

"Gue denger dari Alfa kemarin lo katanya pulang duluan, tapi dia gak bilang kalo lo sakit. Gue kira ya karena lo bolos aja, belum lagi kemarin Fanny nelpon lo yang angkat malah Adhit, tapi waktu gue tanya lagi sama Alfa dia baru bilang kalo lo kemaren sempet pingsan," Tutur Nasya.

Aqilla tersenyum tipis, "Gue gak pa-pa kok, cuma kecapekan aja kemarin tuh."

"Btw lo tadi ribut sama siapa? Kok bisa?" Tanya Nasya.

"Clara!" Jawab Aqilla singkat.

Fanny dan Nasya sama-sama membulatkan matanya kaget.

"LAH NENEK LAMPIR ITU? SENIOR KITA?" Pekik Fanny yang kali ini mengundang hampir seluruh tatapan bertanya dari siswa/siswi sekitar mereka karena teriakan Fanny yang lumayan keras.

Aqilla memejamkan matanya, sungguh ia pusing mendengar teriakan cetar sahabatnya yang satu ini, "Bisa gak, gak usah teriak Fan?" geramnya.

Nasya menggeplak lengan Fanny dengan sedikit tenaga, "Berisik kampret!"

"Tadi dia labrak gue, masalahnya sih cuma karena kemarin dia liat gue di gendong sama Dev ke UKS," jelas Aqilla, "Dan dia bilang Dev itu pacarnya!" Lanjutnya seraya terkekeh.

Fanny dan Nasya pun ikut tertawa mendengarnya, "Halunya ketinggian si tante!" Ledek Nasya.

"Eh jadi kemaren lo di gendong Adhit ke UKS?" Tanya Fanny.

Aqilla mengangguk pelan seraya tersenyum kecil, "Respon kalian sama kayak gue pas dia bilang kalo Dev itu pacarnya, lucu gak sih anjir? Dan ya dari situ kita ribut."

"Ini nih Aqilla yang gue kenal, gak takut sama siapapun, gue bangga jadi sahabat lo, serasa dilindungin tau gak? Cini cini peyukk tayanggg!" ucap Fanny dengan dramatis seraya merentangkan tangannya.

Aqilla mengernyit jijik, ia menoyor kepala Fanny hingga membuat kepala sahabatnya itu sedikit mundur, "Lo ketularan si Nathan ya, Fan? Absurd banget, udah bener-bener gak ketulungan!"

"Lagi pula nggak ada sejarahnya ya gue takut sama manusia selain orang tua gue, selama gue masih bener yaudah gas aja baku hantam!" lanjut Aqilla dengan sombong.

"Emang sama Adhit lo nggak takut?" Fanny menatap sahabatnya itu dengan menaikkan sebelah alisnya seolah menantang.

Ekspresi Aqilla seketika berubah, "Ya nggak lah! Kecuali kalo gue salah, ya takut sih," gugupnya.

Nasya dan Fanny langsung menyemburkan tawanya saat itu juga ketika mendengar penuturan Aqilla, sedangkan Aqilla sendiri menatap kedua sahabatnya itu sebal.

"Udah lah mending kalian pesen makan sana, keburu bel masuk!" suruh Aqilla.

🌵🌵🌵

"Siang?" Sapa Pak Ridwan saat memasuki kelas XI Ipa 3.

"SIANG PAK!"

Pak Ridwan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas saat ia memasuki kelas tersebut, hingga matanya jatuh pada satu titik, Aqilla. Gadis itu kini sedang sibuk dengan ponselnya seraya misuh-misuh sendiri, seperti kebanyakan remaja lainnya Aqilla juga suka bermain game online dan Fanny selaku teman sebangku Aqilla hanya bisa menghela nafas panjang melihat tingkah sahabatnya yang satu ini, ia lelah untuk memberitahu pada sahabatnya itu bahwa sekarang pelajaran guru killer.

Aqilla ini murid yang cukup keras kepala, ia tidak pernah kapok dengan segala hukuman yang guru-guru berikan kepadanya.

"Aqilla Dwi Mahardika!" Panggil Pak Ridwan datar.

"Hadir pak!" Sahut Aqilla tanpa mendongakkan kepalanya dan tetap fokus pada layar ponselnya.

"Saya sedang tidak mengabsen!" ujar Pak Ridwan, tetapi ucapannya itu di acuhkan oleh Aqilla.

Dengan perasaan yang jengkel, Pak Ridwan kembali menghampiri meja Aqilla seperti saat itu dengan langkah besarnya. Lagi-lagi kelas ini begitu hening, karena akan melihat drama yang terjadi lagi karena ulah Aqilla.

"Eh itu udah mau menang! Gak sopan banget maen ambil-ambil aja!" Pekik Aqilla kesal seraya mendongak saat ponsel yang ia pakai untuk bermain game di rampas secara paksa.

Guru itu menatap Aqilla tajam, sedangkan yang ditatap langsung mengerucutkan bibirnya, "kenapa sih Pak? Saya salah apa?"

"Siapa yang kamu bilang gak sopan? Yang gak sopan itu kamu, Aqilla. Dan kamu masih tanya kenapa? Dimana otak kamu? Sekarang sudah masuk jam pelajaran dan kamu malah bermain ponsel?" Tanya Pak Ridwan dengan tegas dan masih menatap Aqilla tajam.

"Otak saya masih ada di tempat nya Pak, tepat nya di dalam kep--" ucapan Aqilla terhenti saat Pak Ridwan semakin tajam menatapnya, "Eheheh iya Pak maaf! jangan tatap saya begitu, nanti bapak suka sama saya, bisa repot saya pak, saya nggak bisa tanggung jawab hehe," jawab Aqilla cengengesan.

Fanny yang berada di samping Aqilla hanya meringis mendengar ucapan sahabatnya itu, lihat saja sekarang wajah lawan bicara Aqilla sudah merah menahan amarah.

"Kamu membuang waktu mengajar saya aqilla, SEKARANG KELUAR!" Bentak pak Ridwan, bahkan membuat Aqilla menutup matanya kaget.

"Bapak kejam banget! Hari ini saya baru masuk kelas loh, baru masuk di pelajaran bapak, dan bapak mau ngusir saya? Jahat banget!" ucap Aqilla mendramatisir, "Ini juga kedua kalinya bapak ngusir saya. Aku tuh nggak bisa diginiin pak!" lanjut Aqilla dramatis seraya membereskan alat tulisnya.

"Tau gini saya gak usah berangkat sekolah aja lah Pak, hemat bensin, hemat tenaga pula. Kalo Bapak mau tau nih ya," Aqilla sempat menatap Pak Ridwan di sela-sela membereskan alat tulisnya, "Saya tuh lagi sakit, Pak!"

Kemudian ia menggendong tas nya, "Kalo gitu saya pulang aja deh. Sampai berjumpa di pertemuan selanjutnya, Pak! Sehat-sehat ya?" Aqilla terkekeh, sedangkan pak Ridwan memijit pelipisnya, Ia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran siswinya yang satu ini.

Aqilla berlalu dari kelasnya seraya melambaikan tangan dan melemparkan ciuman jauh pada teman sekelasnya itu, seolah olah ia sedang melakukan fashion show.

"Sudah sudah, kita lanjutkan pelajarannya," ucap pak Ridwan kemudian.



Tbc.

Part ini gk ada David nyaa hihi.
Semoga suka ya♥️
Jngan lupa vote dan comment guys!!!!

With You (Completed)Where stories live. Discover now