24. Restu Aqilla

14.4K 930 24
                                    

"Kalian semua bersihkan seluruh lingkungan sekolah!"

"Woy lah gak bisa gitu! Sekolah ini tuh luas, gila aja harus bersihin satu sekolah!"

"Lo protes? mau di tambah lagi hukumannya?"

"Tap--"

"Oke, bersihkan perpustakaan satu minggu setiap pulang sekolah! Khusus untuk lo yang protes!"

"APA-APAAN?"

"Mau ditambah lagi?"

"Dasar ketua osis gak ada akhlak!"

Aqilla pergi meninggalkan area halaman depan sekolah sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal, disusul oleh siswa siswi lain yang terlambat sama seperti dirinya, sepertinya kebiasaan yang satu ini sudah mandarah daging bagi Aqilla, apalagi kalau bukan terlambat.

Kali ini tujuan mereka semua adalah lapangan sekolah, karena disitu merupakan lokasi yang paling banyak di penuhi sampah, bukan di tengah lapangan melainkan di sisi lapangan sekitar koridor.

Saat semua murid yang terlambat mulai memunguti sampah yang berserakan, hanya satu murid yang memilih selonjoran santai di pinggir lapangan, Aqilla menopangkan kedua tangannya ke belakang sambil menatap siswa siswi yang sedang berpencar untuk memunguti sampah, ia terlihat seperti mandor.

"WOY QIL! SINI IKUT BERSIHIN! BUKAN MALAH SELONJORAN KAYAK DI PANTAI!" Teriak salah satu siswa dari kejauhan.

"GUE NGGK DENGER!" Balas Aqilla ikut berteriak.

"Aqilla? Bisa tolong bantu saya?"

Aqilla mendongak saat ia mendengar suara orang yang memanggilnya dari arah belakang, netranya menangkap guru matematikanya alias Pak Ridwan sedang membawa setumpuk buku di depan dadanya. Melihat itu, Aqilla langsung bangkit dari duduknya dan menyodorkan tangan pada gurunya itu, bermaksud meminta sebagian buku untuk ia bawa.

"Saya bantu Pak!"

"Kamu kenapa ada diluar saat jam pelajaran?" Tanya Pak Ridwan saat ia dan Aqilla mulai melangkah menuju ruang guru.

Aqilla tersenyum malu, "Terlambat, Pak!"

Pak Ridwan ikut terkekeh kecil, "Kebiasaan!"

Aqilla yang mendengar guru galaknya itu terkekeh, menatap punggung Pak Ridwan dengan ekspresi yang cukup terkejut, "Ketawa bapak merdu banget," gumamnya.

Kali ini Pak Ridwan tertawa lebih keras dari yang sebelumnya, sedangkan Aqilla kini mengerutkan keningnya, "Kok ketawa, Pak? Jadi ngeri saya!" Komentar Aqilla.

Tawa yang sebelumnya terpancar di wajah pak Ridwan perlahan hilang, "Kok ngeri? Tadi kamu bilang merdu."

Di belakang Aqilla mengangguk pelan, "Iya, soalnya saya baru pertama kali denger Bapak ketawa, biasanya muka Bapak kan lempeng, jadi aneh aja gitu."

Pak Ridwan lagi-lagi terkekeh pelan, "Saya juga manusia Aqilla, ya wajar kalo saya ketawa!"

Kini mereka berdua sudah berada di depan meja Pak Ridwan, dengan pelan Aqilla menurunkan buku yang ia bawa.

"Terima kasih ya Aqilla?"

Aqilla mengangguk, "Sama-sama Pak! Kalo gitu saya duluan, permisi."

Pak Ridwan tersenyum menatap punggung Aqilla yang semakin menjauh.

Sedangkan di sisi lain, saat Aqilla akan keluar dari ruang guru, netranya tak sengaja menangkap sesuatu yang menempel di dekat pintu keluar ruang guru, itu bel! Seketika otaknya muncul ide cemerlang, dengan gerakan secepat kilat Aqilla memencet bel tersebut yang tentunya menimbulkan bunyi yang sangat nyaring menggema di seluruh penjuru sekolah.

With You (Completed)Where stories live. Discover now