18. Sakit

19.6K 1K 42
                                    

"Bang, bangunin adek kamu sana! Udah siang, kenapa belum turun?" Titah Rani entah pada kedua putranya.

Reksa dan Reksi kompak menoleh pada Bundanya itu, "Abangnya yang mana dulu Bun? Kita berdua kan abangnya Qilla," Tanya Reksi tanpa beban.

Rani menatap putranya itu tanpa ekspresi.

Kini mereka sedang duduk di meja makan untuk sarapan, semua sudah berkumpul, termasuk Ari, tetapi minus Aqilla yang hingga sekarang belum turun juga padahal jam dinding kini sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi.

"Yang mau aja!" Sahut Rani singkat.

"Dia aja!" Jawab Reksa Reksi kompak seraya saling tunjuk.

Rani berdecaak kala mendengar jawaban kompak kedua putranya itu, "Tinggal bangunin doang kok susah banget sih?" Kesalnya lalu pergi meninggalkan meja makan menuju lantai dua.

Saat di depan kamar putrinya, Rani sudah beberapa kali mencoba mengetuk pintu kamar Aqilla, namun tak kunjung ada jawaban dari dalam kamar gadis itu, hingga akhirnya Rani langsung membuka pintu yang untungnya tidak dikunci oleh Aqilla. Yang pertama kali ia lihat putrinya itu masih bergulung dibawah selimut menutupi tubuhnya hingga batas leher, Rani menggelengkan kepalanya pelan.

"Qilla sayang, bangun yuk sekolah?!"

"Eungh," lenguh Aqilla, namun ia tak kunjung membuka matanya.

"Loh badan kamu panas sayang? Kamu demam?" Panik Rani saat ia menyentuh kepala Aqilla yang suhunya lebih panas dari suhu normal.

Aqilla membuka matanya sedikit, ia menatap Bundanya itu sayu, "Pusing Bun!" Adunya.

"Aduh kok bisa sakit gini? Tunggu Bunda ambil obat sama kompresan dulu!" Ujar Rani seraya melangkah cepat keluar kamar putrinya itu untuk mengambil obat dan kompresan.

Saat Rani melewati meja makan, Ari mengerutkan keningnya ketika istrinya itu berjalan dengan tergesa-gesa, "Kenapa Bun?"

"Qilla demam, Yah!" jawab Rani tanpa menatap lawan bicaranya.

"Loh kok bisa?" Tanya Ari bingung dengan bercampur panik.

Rani langsung menatap suaminya itu kesal, "Ya bisalah, Qilla juga kan manusia!" ketusnya seraya berlalu dan kembali ke kamar putrinya.

🌵🌵🌵

"Makan dulu ya? Biar minum obat," saran Rani saat ia selesai memasangkan kompresan di kening Aqilla.

Aqilla menggeleng lemah, "Gak mau Bun, gak nafsu!"

Rani menghela nafas pelam, "Dikit aja, lima suap? Biar masuk nasi," bujuk Rani, hingga akhirnya Aqilla mengalah dan menerima suapan dari sang Bunda.

Dari arah pintu datang para lelaki, yang tak lain dan tak bukan adalah Ari, Reksa dan Reksi. Aqilla dan Rani menoleh menatap kedatangan ketiga laki-laki tersebut.

"Mau ke dokter?" Tanya Ari lembut seraya mengusap surai panjang milik Aqilla, sedangkan sang empunya menggeleng lemah.

"Besok juga Qilla sembuh kok Yah, Princess nya Ayah kan strong!" Jawab Aqilla sambil tersenyum menenangkan, Ari hanya tersenyum kecil mendengar ucapan putrinya itu meskipun dalam hati ia khawatir.

"Bener gak mau ke dokter aja?" Tawar Ari sekali lagi dan Aqilla mengangguk meyakinkan.

"Kalo gitu Ayah berangkat kerja dulu ya? Kamu mau Ayah beliin apa pulangnya?" Tawar ari.

Aqilla tersenyum, ia terlihat berpikir, "Apa aja deh Yah. Ayah pasti tau apa aja kesukaan Qilla!"

Ari terkekeh, ia mengacak-ngacak rambut putrinya itu gemas, "Iya, pulang kerja nanti Ayah beliin semuaaa kesukaan kamu. Cepet sembuh ya sayang, jangan susah minum obat!"

With You (Completed)Where stories live. Discover now