Awakening - Sixth Sense

By vikrama_nirwasita

38.4K 3.1K 202

Awakening : Sixth Sense "Mereka" yang lebih dikenal dengan sebutan hantu, setan, jin, roh, makhluk halus dan... More

1. Pertemuan Pertama
2. Mimpi yang Aneh
3. Kesurupan Massal
4. Warna Merah
5. Hilang Kesadaran
6. Salah Tingkah
7. Wanita yang Berdiri di Sudut Kelas
8. Sebuah Awal
9. Pelet
10. Konfrontasi
11. Menjalani Kehidupan Kampus
12. Menikmati Momen yang Langka
13. Pilihan
14. Genderuwo
15. Film India
16. Teman Baru
17. Tengah Malam
18. Memori yang Indah
19. Cubitan Manja
20. Dominasi
21. Bukan Siapa-Siapa
22. Perasaan Kacau
23. Melissa
24. Maaf
25. Playboy
26. Tapi Bohong
27. Mobil yang Bergoyang
28. Truth or Dare
29. Tertawa Terbahak-bahak
30. Pembuktian
31. Pengakuan
32. Mimpi Buruk
33. Menikmati
34. Penyesalan
36. Terjatuh
37. Pulang
38. Makhluk yang Bersimbah Darah
39. Bungkusan Hitam
40. Pengalaman Putra
41. Firasat Buruk
42. Pulang ke Kost
43. Terkejut
44. Ancaman
45. Cerita Dibalik Rara
46. Kurang Tahan Lama
47. Hadiah
48. Rencana
49. Eksperimen
50. Titipan Eyang
51. Kecil
52. Penangkapan
53. Merek Baju
54. Drama
55. Pesan Singkat
56. Nadia
57. Hujan
58. Pesugihan
59. Hilang
60. Kolam
61. Kerjasama
62. Perang
63. Pengorbanan
64. Kisah Putra
65. Jatuhu
66. Awakening
67. Kabar Buruk
68. Raga Sukma
69. Perpisahan <END>

35. Kopi Darat

428 41 1
By vikrama_nirwasita

Tak terasa, tiga hari sudah berlalu, semenjak kepergian Adel kembali ke Surabaya. Hari ini adalah hari di mana aku akan mengikuti kopi darat alias kopdar. Sebelumnya, kami sudah janjian akan bertemu pada jam tiga sore di suatu cafe yang jaraknya lumayan jauh dari posisi kosku. Kemarin aku berkomunikasi dengan salah satu penghuni kos yang telah mudik untuk meminjam sepeda motornya.

Sebenarnya dari kemarin aku berencana untuk pulang ke rumah orangtuaku. Tapi aku menundanya, sebab aku ingin mengikuti kopdar terlebih dahulu. Saat aku sudah bersiap-siap untuk berangkat, tiba-tiba Steven muncul keluar dari kamarnya.

"Wih, mau kemana lo?" tanya Steven.

"Mau nongkrong di cafe doang," jawabku singkat.

"Nongkrong? Sejak kapan lo punya temen nongkrong?" tanyanya kebingungan.

"Banyak tanya lo, gua mau pergi dulu, nih."

"Alah, paling lo mau nyari cewe di sana kan, hehehe," balas Steven sambil tersenyum nyengir.

"Sotoy lo! Jangan lupa, besok kita baliknya bareng," ucapku lalu keluar dari pintu kos.

Setelah percakapan singkat dengan Steven, aku langsung pergi menuju lokasi yang telah disepakati. Perjalanan ke lokasi memakan waktu sekitar setengah jam. Sesampainya di sana, aku melihat kondisi cafe yang tidak terlalu ramai akan pengunjung.

Hanya terisi lima meja dari belasan meja yang ada. Saat kuperhatikan satu-persatu, sepertinya orang yang paling mencolok adalah orang yang duduk di posisi sudut belakang.

Orang itu mengenakan setelan yang cukup mencolok, sebab mulai dari atasan sampai bawahan yang digunakannya, semuanya serba hitam, dengan aksesoris gothic di sekujur tubuhnya. Dari wajahnya, dia terlihat seperti orang yang berumur kisaran dua sampai tiga puluh tahunan. Jika dilihat secara keseluruhan, dia masih tampak muda.

Aku mengatakan dia sangat mencolok, sebab saat aku mengaktifkan mata ketigaku. Aku melihat aura berwarna kuning yang menyelimuti keseluruhan tubuhnya. Bisa dibilang, energi yang dikeluarkannya cukup besar dan mendominasi.

Di sana dia tampak sedang berbicara dengan seorang pria yang tampak seumuran dengannya. Tanpa berpikir panjang, aku langsung pergi mendekati mereka berdua, karena aku merasa, hanya pria itu yang paling sesuai dengan kriteria paranormal di tempat itu.

"Permisi, ini Mas Putra ya?" tanyaku dengan sopan.

Dia menoleh dan memandangku dengan seksama lalu tersenyum kecil.

"Iya, kalo masnya? Maaf sebelumnya, soalnya saya ga hapal nama pesertanya," balasnya dengan ramah.

Aku menjulurkan tanganku ke arahnya lalu berkata, "Nama saya Rama, mas."

Dia tersenyum seraya membalas uluran tanganku. "Salam kenal, silakan duduk mas."

"Oh iya, kalo mas?" tanyaku kepada pria satunya lagi.

Sembari tersenyum dia menjawab, "Robby, mas. Salam kenal, ya."

Sambil menunggu peserta yang lain datang, kami hanya berbincang-bincang santai. Tetapi aku lebih banyak diam saja. Aku hanya mengamati dan mendengarkan pembicaraan mereka berdua.

Dari pembicaraan mereka berdua, Robby lebih banyak menceritakan masalah asmara yang dialaminya. Mulai dari dia melakukan pendekatan alias PDKT. Lalu perjuangan yang dilakukannya agar bisa menjalin hubungan dengan wanita yang disukainya. Hingga sampai pada kisah perselingkuhan yang dilakukan kekasihnya.

Dari apa yang kutangkap, dia menceritakan hubungannya yang sudah berjalan sekitar tiga tahun. Sejak dari awal hubungannya, semua berjalan lancar tanpa ada permasalahan, tetapi pacarnya tiba-tiba mulai berubah sejak bertemu dengan teman akrabnya sendiri. Kejadiannya saat Robby dan teman akrabnya sedang bermain futsal, dan kebetulan pacarnya ada di sana untuk menunggunya saat itu.

Beberapa minggu kemudian, sikap pacarnya mulai berubah. Dari yang dulunya manja dan butuh perhatian, berubah menjadi cuek dan kasar. Robby merasa pacarnya seperti menjadi orang yang berbeda.

Awalnya dia memaklumi dan mencoba untuk sabar menghadapi sikap buruk dari pacarnya. Tapi lama-kelamaan dia tidak tahan lagi dan mengungkapkan semua kekesalannya. Tetapi pacarnya tidak terima dengan apa yang dikatakan Robby, jadi mereka pun mengalami pertengkaran besar.

Hingga pada akhirnya mereka putus, karena selalu bertengkar setiap kali berkomunikasi. Walau sebenarnya Robby masih ingin mempertahankan hubungannya, tetapi pacarnya bersikeras untuk memutuskan hubungan mereka.

Tak lama setelah putus, Robby tak sengaja melihat pacarnya sudah bergandengan tangan dengan teman akrabnya sendiri. Melihat itu, Robby mulai merasa ada yang aneh dan mengganjal di hatinya.

Dia mulai merasa perubahan drastis dari pacarnya sangat tidak logis. Dia mulai berpikir bahwa pacarnya itu telah dipelet oleh teman akrabnya sendiri. Oleh sebab itu dia mulai mencari paranormal yang bisa menolongnya. Hingga akhirnya sekarang dia bertemu dengan Putra.

"Kira-kira ada solusi gak, mas?" tanyanya kepada Putra.

"Hmmm, coba tunjukin foto mantan kamu," jawab Putra pelan.

Dengan cekatan dia membuka ponselnya lalu menjulurkannya ke Putra. "Ini fotonya mas."

Dalam beberapa saat, Putra hanya memandangi foto yang ditunjukkan oleh Robby dengan serius. Beberapa saat kemudian, dia pun perlahan mulai membuka suara.

"Mantan kamu diguna-guna," ucap Putra pelan.

"Sama temen saya itu ya mas?" tanya Robby dengan cepat dan gugup.

"Bisa jadi, soalnya yang saya lihat, memang ada yang udah lama nempel sama mantan kamu. Tapi saya belum bisa pastiin siapa yang ngirim," jawab Putra.

"Bisa minta tolong buat sembuhin mantan saya gak mas? Kalo bisa sampe kita balikan lagi," ucap Robby dengan penuh harap.

"Boleh, bakal saya usahakan," ucap Putra dengan santai.

"Makasih mas, kalo boleh tau prosesnya bagaimana dan butuh waktu berapa lama ya, mas?" tanya Robby dengan wajah yang gembira.

"Nanti saya kabarin lagi, mas. Setelah kopdar ini kelar, kita komunikasinya secara privat aja," jawab Putra sambil tersenyum kecil.

"Oke siap mas, makasih banyak udah mau bantuin saya," ucap Robby dengan raut wajah yang ceria.

"Sama-sama, mas." Pandangan mata Putra kian melirik ke arahku.

Aku merasa lirikannya penuh dengan suatu arti. Entah kenapa aku merasa apa yang ditunjukkannya sekarang, bukanlah sifat sebenarnya. Sebab aku merasa cara berbicaranya berbeda dengan ekspektasiku setelah melihatnya secara ghoib.

Sebab selama mereka sibuk berkomunikasi, aku telah mengaktifkan mata ketigaku dan memperhatikannya dengan seksama. Aku merasakan ada entitas yang sedang bersembunyi di dekatnya. Walaupun mereka sedang tidak terlihat, aku bisa merasakan hawa keberadaan mereka. Dan dari hawa keberadaan mereka, aku merasakan suatu energi yang terasa kasar dan liar. Layaknya hawa yang biasanya muncul pada binatang buas pada umumnya.

Hingga pada akhirnya, semua peserta sudah datang dan berkumpul di cafe. Satu persatu peserta mulai membuka pembicaraan dan membahas masalah yang mereka alami. Mulai dari masalah asmara, karir, supranatural hingga masalah politik sampai gosip artis pun menjadi bahan yang diperbincangkan.

Jika kupikir-pikir, sebenarnya sekarang kami tidak ada bedanya dengan bapak-bapak yang sedang diskusi di warung kopi alias warkop.

Sementara itu, aku hanya diam dan sesekali menjawab pertanyaan basa-basi dari peserta lainnya. Sejujurnya aku masih merasa canggung berada di sana, sebab selain aku tak pandai berbicara, aku juga tak mengenal siapa-siapa.

Sudah berjam-jam waktu telah berlalu, satu persatu peserta kopdar mulai berpamitan pulang. Hingga pada akhirnya hanya menyisakan lima orang saja di sana, termasuk aku sendiri.

Dari semua peserta, hanya aku yang paling sedikit berbicara dan lebih banyak mendengarkan saja. Hingga beberapa saat kemudian, Putra tiba-tiba bertanya kepadaku.

"Masnya udah kebuka, ya?" tanya Putra dengan ambigu.

"Maksudnya, mas?" tanyaku bingung.

"Yang ini, mas." Dia lalu mengarahkan jari telunjuknya ke posisi di antara kedua alisnya.

Aku terkejut seketika, lalu perlahan menjawabnya dengan canggung sambil menggaruk-garuk rambutku, "Hehehe, iya mas."

"Tapi kok bisa tau, mas?" tanyaku bingung.

"Dari tadi masnya nengokin saya selama berjam-jam, aneh aja kalo saya masih ga sadar, haha," ucapnya sambil tertawa kecil.

Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum dan tawa yang canggung. Ternyata dia sudah sadar akan diriku yang mencoba menerawangnya.

Sementara itu, peserta lain kini mulai melihatku dengan tatapan yang berbeda. Sepertinya mereka tak menyangka diriku bisa melihat hal-hal gaib. Mungkin karena penampilan dan gaya berbicaraku yang biasa saja dan tak menonjol sama sekali.

"Masnya ada yang mau ditanyakan, kah?" tanya Putra sambil tersenyum.

Seluruh mata yang tertuju padaku membuatku merasa gugup. Perlahan aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Sebenarnya saya mau nanya tentang keilmuan sih, mas."

"Keilmuan yang gimana maksudnya, mas?" tanya Putra dengan raut wajah penasaran.

"Yang berhubungan dengan tenaga dalam dan semacamnya mas. Kira-kira masnya bisa bantu jelasin gak?" jawabku.

"Hmmm ... sebenarnya saya bisa, tapi saya gak begitu ahli di bagian sana," jawab Putra dengan ragu.

"Bisa coba praktekin gak, mas?" tanyaku penasaran.

"Sekarang? Praktekinnya ke siapa?" tanyanya dengan bingung.

Tanpa basa-basi aku langsung memanggil Lala di batinku.

"Ke dia mas," jawabku pelan sambil menengok ke arah Lala yang sudah berdiri di belakangku.

Beberapa saat, Putra memandang ke arah Lala dengan seksama. Dia tampak mulai mengernyitkan dahinya lalu memandangku dengan heran.

"Masnya bisa kenal dia darimana, nih?" tanya Putra dengan serius.

"Dari mimpi mas," jawabku spontan.

Putra diam sejenak lalu mengajukan pertanyaan. "Ada perjanjian sama dia?"

"Ga ada, mas. Dia yang mau ngikut sendiri," balasku. "Emangnya kenapa, mas?"

"Hmmm ... dia bukan makhluk astral tingkat biasa mas. Powernya lumayan kuat juga," ucap Putra perlahan.

Aku tak menyangka dia malah tertarik membahas tentang Lala. Selain itu, aku juga tak terlalu paham akan tingkatan kekuatan makhluk astral. Sebab aku masih golongan pemula yang baru belajar dan tak terlalu tahu banyak akan hal gaib. Jadi, aku lebih banyak mendengar penjelasannya saja.

Putra menatap Lala lalu berkata, "Saya coba dulu ya, mas."

"Oke silakan, mas."

Perlahan aku memperhatikan Putra yang mulai mengepalkan tangan kanannya. Dengan serius, dia mulai mengatur pernafasannya. Aku melihat ada energi berwarna kuning yang perlahan-lahan membesar seakan membentuk api yang membara di kepalan tangannya.

Beberapa saat kemudian, layaknya sedang meninju, dia mengarahkan kepalan tangannya kepada Lala. Sedangkan di sisi lain, Lala menangkis energi yang dikeluarkan Putra dengan salah satu telapak tangannya.

Jika kuperhatikan, ternyata serangan itu berhasil membuat Lala mundur satu langkah ke belakang. Selain itu, aku juga melihat serangan dari Putra memberikan efek seperti ledakan.

Dari situ aku mulai memahami, ternyata begitulah efek dari serangan dengan energi tenaga dalam. Melihat serangan Putra, membuatku semakin tertarik dan ingin untuk mempelajari ilmu tenaga dalam.

"Gimana? Udah liat dengan jelas?" tanya Putra dengan tersenyum.

"Udah mas, bisa ngaja—"

Sebelum aku sempat berbicara, tiba-tiba muncul teriakan dan suara cekikikan yang menggema di telingaku.

Di saat aku menoleh, ternyata disekitarku sudah bermunculan banyak makhluk astral dengan berbagai wujud yang menyeramkan. Banyak dari mereka yang merangkak dilangit-langit layaknya spiderman. Mereka yang muncul secara tiba-tiba berhasil membuat suasana yang santai langsung berubah menjadi suasana yang mencekam.

Lalu tanpa basa-basi mereka langsung berusaha menerjang posisi kami. Tetapi belum saja kesampaian menyentuh kami, mereka seketika terpental jauh seraya berteriak kesakitan. Saat kuperhatikan lebih seksama, ternyata ada pagaran ghoib berwarna emas yang telah mengelilingi area kami.

"Haduh, padahal lagi pengen santai, tapi ada aja yang mau nyari masalah," ucap Putra sambil menghela nafasnya.

Bersambung ...

Continue Reading

You'll Also Like

7.6K 1.3K 33
Kata orang, anak yang berbakti adalah anak yang menuruti perkataan dan perintah orang tua. Kata orang, anak adalah investasi. Kata orang, anak harus...
741K 122K 62
Sebagai seseorang dengan kekuatan supernatural, Ametys tentunya sudah terbiasa dengan beberapa hal mistis yang terjadi. Namun, tidak disangkanya jika...
13.9K 665 14
obsesi seorang laki-laki terhadap perempuan dan ia tidak akan pernah membiarkan orang lain menyentuh miliknya
21.3K 2.9K 48
Genre : Fiksi remaja, Thriller, Romance. ________ Semenjak adanya teror mawar hitam, membuat Zera seperti orang tak waras yang kadang berteriak tidak...