Awakening - Sixth Sense

By vikrama_nirwasita

38.4K 3.1K 202

Awakening : Sixth Sense "Mereka" yang lebih dikenal dengan sebutan hantu, setan, jin, roh, makhluk halus dan... More

1. Pertemuan Pertama
2. Mimpi yang Aneh
3. Kesurupan Massal
4. Warna Merah
5. Hilang Kesadaran
6. Salah Tingkah
7. Wanita yang Berdiri di Sudut Kelas
8. Sebuah Awal
9. Pelet
10. Konfrontasi
11. Menjalani Kehidupan Kampus
12. Menikmati Momen yang Langka
13. Pilihan
14. Genderuwo
15. Film India
16. Teman Baru
17. Tengah Malam
18. Memori yang Indah
19. Cubitan Manja
20. Dominasi
21. Bukan Siapa-Siapa
22. Perasaan Kacau
23. Melissa
24. Maaf
25. Playboy
26. Tapi Bohong
27. Mobil yang Bergoyang
28. Truth or Dare
29. Tertawa Terbahak-bahak
31. Pengakuan
32. Mimpi Buruk
33. Menikmati
34. Penyesalan
35. Kopi Darat
36. Terjatuh
37. Pulang
38. Makhluk yang Bersimbah Darah
39. Bungkusan Hitam
40. Pengalaman Putra
41. Firasat Buruk
42. Pulang ke Kost
43. Terkejut
44. Ancaman
45. Cerita Dibalik Rara
46. Kurang Tahan Lama
47. Hadiah
48. Rencana
49. Eksperimen
50. Titipan Eyang
51. Kecil
52. Penangkapan
53. Merek Baju
54. Drama
55. Pesan Singkat
56. Nadia
57. Hujan
58. Pesugihan
59. Hilang
60. Kolam
61. Kerjasama
62. Perang
63. Pengorbanan
64. Kisah Putra
65. Jatuhu
66. Awakening
67. Kabar Buruk
68. Raga Sukma
69. Perpisahan <END>

30. Pembuktian

436 40 2
By vikrama_nirwasita

Seketika suasana yang seharusnya romantis berubah menjadi heboh. Akibat dari teriakan histeris Steven yang tadinya sedang mengintip. Apakah kami keliatan segila itu, sampai-sampai Steven berpikir bahwa kami seperti orang kesurupan tadinya.

Semuanya tiba-tiba datang berlari menuju posisi kami, tetapi mereka hanya menemukan kami yang sedang mengobrol biasa dan tampak normal.

"Lah, lo bukannya kesurupan tadi, Ram?" tanya Steven bingung.

"Kesurupan pala lo peang! Orang kita cuma ketawa-tawa doang tadi," ucapku kesal.

"Ketawa-tawa doang apaan coba! Lo berdua udah kayak orang kesetanan ketawanya," protesnya.

"Parah lo, Ven. Bisa-bisanya ngerusak momen orang yang lagi berduaan," ucap Ivan.

Steven lalu membungkuk layaknya seorang pelayan, lalu dengan cengiran di raut wajahnya dia berkata, "Sorry bro and sista, maafkanlah hamba yang berdosa ini."

Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku, sedangkan yang lain hanya bisa tertawa melihat tingkah konyol Steven. Sepertinya semua kejadian malam ini berada di luar ekspektasiku. Mulai dari banyaknya makhluk halus yang mengelilingi kami, hingga momen bersama Adellia yang seharusnya romantis berubah menjadi penuh tawa.

Berhubung sudah larut malam, kami menyudahi aktivitas malam itu dan memutuskan untuk beristirahat. Soalnya besok pagi, kami sudah berencana untuk pergi jalan-jalan di sekitar lembang. Semoga saja besok kami bisa menikmatinya dengan lancar.

Perlahan suara aktivitas para penghuni villa mulai meredup dan perlahan-lahan menghilang. Sudah lama aku tidak merasakan sensasi nyaman seperti ini. Saking dinginnya, dimana aku harus tidur menggunakan selimut tanpa perlu menghidupkan AC. Hingga akhirnya, suasana yang sepi dan udara dingin berhasil membuat para penghuni villa tertidur dengan pulasnya.

<><><>

Fajar menyingsing diiringi oleh suara kicauan burung yang merdu menandakan tibanya sang pagi. Udara yang sejuk kian berubah menjadi dingin yang menusuk kulit. Tanpa selimut, mungkin aku sudah membeku di sepanjang malam.

"Bangun, woi! Udah terang, nih." Steven lalu menguap.

"Sekarang udah jam berapa, Ven?" tanyaku masih dengan kedua mata yang masih terpejam.

"Udah hampir jam delapan, nih. Siap-siap dulu yok," ajaknya.

"Lo duluan aja, Ven. Gua nyusul entar," ucapku lalu melanjutkan tidur.

"Ya udah," balasnya singkat sembari melangkah ke kamar mandi.

Tak tahu berapa lama aku telah tertidur. Hingga aku merasakan wajahku seperti sedang tersentuh oleh sesuatu. Saat aku perlahan membuka mata, aku melihat Steven sedang memegang sebuah lipstick.

Di belakangnya, sudah berkumpul semua orang terkecuali Ilham. Aku memperhatikan mereka yang sedang tertawa terbahak-bahak memandangku. Sesaat kemudian aku baru menyadari bahwa Steven telah mencoret wajahku dengan lipstick yang ada di genggamannya.

"Sialan lo, Ven! Iseng banget dah lo!" ucapku kesal.

"Hahahaha, siapa suruh lo tidur mulu kerjaannya," balasnya sembari tertawa puas.

"Jangan gerak dulu, Ram. Kita foto-foto dulu, nih." Jessica menjepret peristiwa itu sambil menahan tawa.

"Ahhh, jangan pake di foto segala dong!" ucapku sembari berusaha menghindar.

"Jangan kasih kabur. Bantu pegangin," ucap Melissa lalu menahan lenganku.

Seisi ruangan kamar kian dipenuhi oleh suara riuh tawa mereka semua. Aku hanya bisa berpasrah, karena badanku telah dikunci hingga tak bisa bergerak oleh Steven dan Ivan. Tak tahu sudah berapa banyak foto dan pose yang diambil oleh mereka. Sampai akhirnya mereka puas dengan hasilnya, barulah aku dilepaskan.

"Udah kek badut muka lo, Ram." Steven tertawa ngakak.

"Seneng dah lo! Kayak ga ada kerjaan yang lain aja lo pada!" dengusku kesal lalu berjalan menuju kamar mandi.

Steven malah makin riang dan semangat mengejekku. "Hahaha, badut kita ngambek nih."

Aku tak memperdulikan ucapannya dan langsung bergegas mandi. Beberapa saat kemudian, setelah selesai mandi, aku langsung pergi menuju ruang tamu. Di sana mereka sudah berkumpul dan bersiap untuk berangkat.

"Kita mau berangkat kemana nih?" tanyaku penasaran.

"Mau berangkat ke De Ranch, mau main kuda-kudaan katanya," jawab Steven dengan senyuman mesumnya.

"Lo sarapan dulu gih, Ram. Kita tungguin," ucap Riska.

Aku mengangguk. "Ya udah, deh."

Setelah selesai sarapan, kami langsung berangkat menuju lokasi yang dikatakan Steven. Kebetulan lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat kami. Jadi tak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya kami sampai di sana.

Dari kejauhan aku bisa melihat lokasinya seperti peternakan kuda, tetapi tempatnya dilengkapi oleh fasilitas dan dekorasi yang unik. Seperti beberapa wahana permainan dan cafe tempat bersantai, menurutku tempat ini memang cocok dijadikan tempat liburan.

Kami menghabiskan waktu berjam-jam bermain di sana. Mulai dari menaiki kuda, bermain wahana, dan berswafoto ria, hingga tak terasa waktu sudah sore. Bisa dikatakan aktivitasnya memang cukup melelahkan, karena kami melakukan kegiatan outdoor. Hingga akhirnya, setelah beristirahat di cafe dengan secukupnya. Kami langsung pergi menuju lokasi destinasi selanjutnya, yaitu Pasar Apung.

Di sana kami hanya menghabiskan waktu dengan mencicipi makanan kuliner sambil bersantai. Karena kebetulan musim liburan, lokasi di sana sangat ramai akan pengunjung. Saat membeli makanan, otomatis kami harus berdesak-desakan dengan pengunjung lainnya.

Hingga saat matahari tampak mulai terbenam, kami melanjutkan perjalanan menuju kawasan punclut. Di sana kami hanya nongkrong, mengambil foto dan makan saja. Tidak jauh berbeda dengan saat kami berada di pasar apung. Tak banyak yang bisa kuceritakan sebab kami hanya kebanyakan ngobrol dan menikmati suasana di sana.

Sementara itu, Melissa tak henti-hentinya selalu mengajakku untuk berfoto bersama. Begitu juga dengan Riska dan Adellia, mereka juga tak mau kalah. Mereka ikut-ikutan memaksaku untuk berfoto berduaan. Aku merasa seperti sebuah barang yang sedang diperebutkan. Tingkah mereka membuatku lesu hingga tak berdaya.

Berbeda dengan dua pasangan lainnya, mereka tampak sangat harmonis jika dibandingkan denganku. Mereka bisa bermanja-manjaan sambil menikmati liburan ini. Sedangkan Ilham tampak tak banyak berbicara, dia hanya mengikuti kami dengan santai. Sesekali dia mengajak Adellia berbicara dan menawarkan berfoto bersama.

Setelah beberapa jam kami nongkrong di sana, akhirnya kami memutuskan untuk pergi pulang. Di sepanjang perjalanan, kami tak terlalu banyak berbicara sebab sudah merasa kelelahan. Walaupun kami banyak mencicipi makanan di sana, rasanya semua energi kami sudah terkuras sampai habis.

Sesampainya di lokasi villa, semuanya langsung bergegas masuk dan melakukan aktivitas masing-masing. Sebagian langsung pergi mandi, sebagian lagi duduk dan bersantai ria di ruang tamu sambil menonton televisi. Begitu juga aku yang memilih untuk pergi mandi terlebih dahulu, sebab aku merasa tubuhku sudah sangat lengket akan keringat.

Setelah mandi, aku merasa sangat ngantuk. Energiku terasa terkuras, mungkin efek dari aktivitas berlebihan dan berada di tempat keramaian terlalu lama. Oleh karena itu aku langsung memutuskan untuk berbaring di kasur, hingga perlahan kesadaranku mulai memudar.

Tak tahu sudah berapa lama aku tertidur, hingga perlahan-lahan kesadaranku mulai pulih. Saat aku terbangun, aku melihat Steven yang sedang tertidur di sampingku. Aku langsung mengecek jam di ponselku, di sana tampak terpampang jelas tulisan berangka dua. Melihat Steven yang sudah tertidur pulas, aku berpikir bahwa anak-anak yang lain juga pastinya sudah tidur.

Aku ingin melanjutkan tidurku lagi, tapi sialnya aku tak merasa ngantuk sama sekali. Jadinya aku memutuskan untuk pergi ke ruang tamu saja untuk menonton televisi. Aku berpikir, lebih baik aku menonton untuk menghilangkan rasa bosan, ketimbang harus mendengar suara ngorok yang tak henti-hentinya dari Steven.

Saat keluar dari kamar, aku melihat televisi diruang tamu sedang hidup. Aku melihat ada orang yang sedang menonton sendirian di sana. Tapi aku tak bisa melihatnya dengan jelas, karena posisi duduknya yang membelakangiku. Saat mendekat, ternyata orang yang sedang duduk sendirian di sofa tengah itu adalah Ilham.

Karena sudah saling pandang, rasanya aneh jika aku pergi menghindarinya. Jadi tanpa berpikir panjang aku langsung duduk di sofa kiri yang berada di sebelahnya. Suasananya terasa sangat canggung, sebab kami tak berbicara sepatah katapun saat menonton televisi bersama. Hingga beberapa saat kemudian, tiba-tiba dia membuka pembicaraan denganku.

"Lo suka sama Adellia, ya?" tanyanya dengan raut wajah yang seakan meremehkanku.

Sebenarnya aku cukup terkejut dengan pertanyaannya yang blak-blakan. Tapi aku berusaha untuk tetap menjawabnya dengan tenang.

"Kalo iya, emangnya kenapa?" balasku datar.

"Gua cuma mau ingetin," ucapnya perlahan. "Mending lo ga usah berharap banyak."

"Maksud lo sebenarnya apa?" tanyaku sembari menatapnya tajam.

"Lo ga pantas buat Adel," jawabnya sinis.

"Terus siapa yang pantas? elo gitu?" balasku dengan nada sarkastik.

"Bisa jadi iya, bisa jadi nggak. Tapi yang pasti, elo gak akan pantas!" ucapnya seakan menghakimiku.

Emosiku seketika naik setelah mendengar ucapannya yang secara terang-terangan merendahkan diriku. Tapi aku masih tetap mencoba untuk menenangkan diriku sendiri. Aku berusaha meredam emosiku, karena aku sadar bahwa dia sedang memancingku.

"Sayangnya sih, Adellia gak suka sama lo! Haha," balasku sambil tertawa.

"Terus, emangnya dia suka sama lo?" ucapnya dengan nada mengejek.

"Kenyataannya dia lebih suka sama gua, ketimbang sama lo," balasku dengan percaya diri.

Dia tertawa terbahak-bahak lalu bertanya, "Hahahaha! Kok lo ga jadian sampe sekarang?"

Aku terdiam sejenak setelah mendengar ucapannya. Sebenarnya aku ingin membalas ucapannya, tapi aku tak bisa membantahnya.

"Kok lo diam doang?" tanya Ilham sembari memandangku remeh.

"Bukannya tadi lo pede banget ngomongnya? Kok tiba-tiba melempem," ejeknya

"Tunggu aja, nanti bakal gua buktiin ke lo," ucapku dengan serius.

"Oke, gua tunggu," ucapnya seakan menahan tawa. "Walau sebenarnya gua udah tau hasilnya bakal gimana.

Aku langsung beranjak dari sofa dan pergi menuju kamar. Saat di kamar, aku hanya sibuk berpikir bagaimana cara mengatakan perasaanku yang sebenarnya kepada Adellia. Di saat itu aku hanya ingin membungkam mulut Ilham dan membuatnya menelan ludahnya sendiri.

Bersambung ...

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 803 4
Ga jago bikin desk Ini cerita hasil pemikiran sendiri Don't plagiat!!!! Bahasa tidak baku dan baku! Maaf kalau ada typo.
11.6K 1.6K 36
Petrikor. Novel ini berkisah tentang seorang Gadis petualang bernama vega. Petrikor adalah Aroma khas hujan ketika bercumbu mesra dengan tanah kering...
171K 17.1K 35
{PART LENGKAP SAMPAI END} ◌⑅●♡⋆♡WATTPAD♡⋆♡●⑅◌ Alasya Hydra Alexsandri atau yang sering di panggil Asa harus kembali pindah sekolah karna orangtua nya...
13.9K 665 14
obsesi seorang laki-laki terhadap perempuan dan ia tidak akan pernah membiarkan orang lain menyentuh miliknya