Jan lupa vote and komen. Follow author juga yauuu
.
.
Di taman. Kenath berdiri menatap pohon besar dengan daunnya yang berguguran. Tatapannya menrawang kedepan. Memikirkan kekasihnya yang entah sedang apa. Kenath tersenyum tipis saat berbagai memori kebersamaan mereka tereka ulang dalam pikirannya. Memikirkan saat wajah itu tersenyum untuknya. Kenath tersenyum kecil.
Kenath terus melirik arlojinya, waktu perlombaan telah selesai satu jam yang lalu. Namun orang yang di tunggunya tak kunjung datang. Kenath berdiri dan berjalan menuju aula tempat pengumuman siswa yang ter eliminasi.
Dalam aula besar. Kursi berjejer rapi serta suasana yang gelap. Seorang gadis terduduk dengan mata terpejam. Tidak ada satupun orang lagi selain dirinya.
Kenath menghela nafas lega. Ternyata orang yang di tunggunya sedang tidur. Kenath menghampiri Mila.
"Mil?" Panggilnya namun tak ada respon. "Mila?" Panggilnya lagi. "Ck" kenath berdecak kesal
Di tatapnya wajah kelelahan gadis itu. Mungkin karena belajar terlalu keras untuk hari ini.
Tanpa babibu Kenath menggendong gadis itu ala bridal style dan membawanya keluar dari aula. Bagaimanapun juga Kenath harus menepati janjinya kepada Bara untuk menjaga pacarnya.
.
.
Mila mengerjapkan matanya. Secara perlahan membuka matanya dan mendapati kamarnya yang gelap. Mencari jam waker dan menekan lampu untuk melihat jam sekarang.
05:00
Mila menghela nafas berat. Sudah berapa lama dirinya tertidur?.
Mila duduk dan melihat sekitar. Perasaan tadi dia sedang olimpiade dan dia tidak ter eliminasi. Mila bangun dan merenggangkan otot otot tangannya.
Mila berdiri dan menuju kamar mandi. Setelah bebenah Mila keluar dari kamar hotelnya.
"Woiii! Sini gabung!"
Mila melirik ke kiri dan kanan mencari sumber suara yang berteriak. Dan tatapannya bertemu dengan segerombolan orang yang sedang berkumpul. Di lihatnya demua orang itu menatap dirinya.
"Sini! Gabung!"
Mila menunjuk dirinya sendiri.
"Iya lo! Sini"
Mila menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan melangkah perlahan menuju mereka.
"Duduk sini"
Mila duduk tepat di sebelah mereka.
"Nama lo siapa?"
"Gue Mila. Lo?"
"Gue Geral"
"Dari mana?" Tanya Pria tinggi dan putih di sebelahnya.
"Gue jakarta"
"Gue jawa barat"
Keduanya bersalaman.
"Nilai lo paling tinggi tadi kan?" Tanya seorang cewek yang berada di depannya.
Mila tersenyum tipis.
"Oh ya? Wow keren" pria di sebelahnya tersenyum lebar.
"Olimpiade cowok yang nilai tinggi siapa?" Tanya Olivia cewek di depannya.
"Namanya Kenath. Songong banget anjir di panggil gak nyaut nyaut" kesal Geral.
Tap tap tap
Suara langkah kaki mendekati tempat mereka. Seluruh atensi menatap ke arah pria dengan kedua tangan dalam saku. Tatapannya dingin dan datar. Seluruh gadis mengaga tak percaya.
"Malaikat dari mana ini?" Lirih olivia tersenyum manis. Semua gadis terpana dengan wajah tampan itu kecuali Mila yang meringis melihat kelakuan para teman barunya itu.
Kenath melirik Mila dan tersenyum kecil melihat tingkah gadis itu yang menatap jijik teman temannya.
"Ikut gue" ujarnya dan berlalu pergi. Mila berdiri dan mengikuti langkah Kenath.
"Kemana?" Tanya Mila. Kenath melirik sekilas.
"Cari makan, lo gak laper?" Tanyanya. Mila mengangguk kecil.
"Tapi lo yang bayar ya? Dompet gue ketinggalan" ujar Mila tersenyum memohon.
Kenath mengangguk kecil. Keduanya keluar dari hotel besar itu dan mencari taksi. Kenath menyebutkan tujuannya dan taksi berlalu meninggalkan tempat itu.
"Lo kangen gak?" Tanya Kenath lirih tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca mobil.
"Kangen?" Tany Mila. Kenath mengalihkan pandangannya menghadap Mila.
"Hm"
"Kangen sama?"
"Bara" jawab Kenath seadanya. Mila menyandarkan kepalnya.
"Kangen bangettt malah"
Kenath menghadap kedepan. "Gue juga kangen sama Maya".
Perkataan Kenath membuat Mila terdiam. Mila meneguk ludahnya kasar.
"Emh. Bentar lagi kok. Lima hari lagi kita balik" jelas Mila dan memejamkan matanya. Kenath mengangguk kecil.
Keduanya sampai pada restoran yang sangat Ramai. Dan keduanya melangkah masuk.
"Btw. Lo udah ijin Sama Bu Widia?" Tanya Mila. Kenath menggeleng.
"Ngapain izin" jelasnya. Mila melotot tak percaya.
"gilak! Anjir akhlak lo!"
Kenath menatap Mila. "Why?" Jawabnya santai.
"Kalo di hukum. Gue salahin lo!!"
"Iya terserah lo"
**
Deandra teruduk di depan seorang gadis. Dean tersenyum manis.
"Semua sesuai rencana kan?" Tanya Dean. Di depanya ada Tiwi yang tersenyum miring.
"Hm sesuai rencana"
Tiwi menyerahkan satu kotak kepada pembantu barunya.
"Kasih ke Maya. Dan jangan bilang dari gue. Bilang aja dari depan rumah. Kalo lo jujur gue pecat lo"
"Baik non"
Tiwi mengambil ponselnya. Dan mencari satu kontak nama.
"Udah. Setengah jam lagi lo kesini"
"Oke. Gue bersihin sisa darah dulu"
"Hm"
Tiwi tersenyum miring.
"Gue gak akan biarin lo bahagia Maya"
Setengah jam kemudian Dean datang.
"Lo samperin keatas aja" ujar Tiwi. Dean tersenyum.
"Lo udah liat hasilnya?" Tanyanya. Tiwi menggeleng.
"Ogah gue!" Bantahnya.
Dean terkekeh dan berlari menyusuri tangga.
Tok tok tok
Cklek.
Maya keluar dengan wajah pucat pasi nya.
"Kamu kenapa?" Tanya Dean pura pura khwatir. Maya menangis.
"Aku takut"
Setelah menjelaskan tentang hal itu Maya menatap Dean dalam.
"Di foto itu ada kamu. Aku takut kamu di apa apain sama yang ngirim"
Dean memeluk Maya. "Gapapa, aku gapapa. Kamu tidur ya? Aku temenin"
Maya mengangguk dalam pelukan Dean dan perlahan kesadarannya menghilang.
Flashback of
"Kita tunggu sampai Kenath balik dan permainan kedua akan dimulai"
Dean tersenyum miring.
"Okey"
Vote and komen guysss