Fake Love (17+) ✔

By ShiaMoer

213K 13.6K 3.4K

NC17+ *** Katakanlah Jungkook berbohong bahwa dia tak jatuh dalam pesona Jihyo. Jungkook takut mengakuinya ka... More

Cast
Prolog
[1] Wedding
[2] High School
[3] Chocolate
[4] Cooking
[5] One Night
[6] Swimming
[7] New Student
[8] Flirty Girl
[9] ill
[10] Club
[11] Back Home
[12] Jerk
[13] Stop It
[14] Think Again
[15] Practice
[16] We Will Support You
[17] Plan
[18] Cockroaches
[19] Noona
[20] Problem
[21] Cold
[22] Busan
[23] Hospital
[24] Because Park Jihyo
[25] Snow White And The Seven Dwarfs
[26] I Like It
[27] King Size
[28] My Lady
[29] Confused
[30] I Want You
[31] 5 Years Later
[32] Where Are You
[33] I Refused
[34] Meet Again
[35] Love U
[36] Jeon Company
[38] Problem SinV
[39] Still A Problem
[40] Problem SinV 2
[41] Problem SinV 3
[42] Romantic Jungkook For Jihyo
[43] Critical
[44] Fake Love END
Epilog
COMPLEX
Pic Junghyo

[37] Missing U

4.3K 291 56
By ShiaMoer

Sebelumnya, kemarin aku baru up oneshoot junghyo di 12345 (Like A Fool) silahkan di cek yang belum baca ^_^

***
.
.
.
3 Minggu kemudian...

Jeon Jungkook : Di hadapan Allah, imam, dan para saksi, serta hadirin sekalian, saya Jeon Jungkook, menyatakan dengan tulus hati kepadamu Park Jihyo, bahwa saya memilih engkau menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadamu seumur hidup, dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, dalam keadaan sehat maupun sakit. Saya berjanji untuk mencintai dan menghormati engkau sampai maut memisahkan kita. Demikianlah janji saya di hadapan Allah dan kitab suci ini.

Park Jihyo : Di hadapan Allah, imam, dan para saksi, serta hadirin sekalian, saya Park Jihyo, menyatakan dengan tulus hati kepadamu Jeon Jungkook, bahwa saya memilih engkau menjadi suami saya. Saya berjanji setia kepadamu seumur hidup, dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, dalam keadaan sehat maupun sakit. Saya berjanji untuk mencintai dan menghormati engkau sampai maut memisahkan kita. Demikianlah janji saya di hadapan Allah dan kitab suci ini.

Pengucapan janji itu begitu lancar keluar dari mulut kedua pasangan yang akan segera resmi ini. Para hadirin yang berada di gereja itu mulai terharu saat keduanya mulai memasangkan cincin.

Saat sang pria di perbolehkan membuka selubung pernikahan itu, tak membuang kesempatan Jungkook langsung mencium bibir wanita di depannya yang sudah sah menjadi istri sah nya.

Para hadirin malah bertepuk tangan begitu meriah dengan keagresifan Jungkook itu. Jihyo mencoba menandingi permainan bibir pria itu. Namun, memang dasarnya ia tak pandai bermain seperti ini.

Dahyun dan Eunbi bertepuk riang melihat sahabatnya telah resmi menjadi istri sah seorang Jeon Jungkook.

Begitupun Taehyung dan Jimin yang ikut duduk menyaksikan kedua orang itu mengucapkan janji sehidup semati mereka. Somin yang duduk di sebelah kedua sahabat itu tertawa dalam hati. Ia sudah yakin, adiknya itu tak akan menolak jika sudah Jihyo menjadi calon istri pria itu.

***
Perlaksanaan pernikahan itu berjalan begitu lancar. Semua tamu undangan yang datang bertepuk meriah dan ikut merasakan kegembiraan yang dirakan kedua pengantin. Tapi yang tentunya yang lebih bahagia disini adalah kedua pengantin itu. Jungkook begitu bahagia karena ia telah dapat merasakan Jihyo menjadi seutuhnya miliknya. Wanita itu berhasil membuatnya bertekuk lutut setelah kejadian yang dulunya mereka alami. Walau banyak tantangan yang selalu berhasil membuat hati mereka sakit, akhirnya tantangan itu bisa juga mereka lewati tanpa mereka tahu alurnya. Jungkook yang dulunya sudah mulai menyerah mencari Jihyo kemana pun, tanpa ia tahu wanita itu akhirnya kembali pulang dalam dekapannya. Jihyo kembali karena hatinya, jelas. Hatinya ingin pulang pada pemiliknya, ia sudah tak tahan berdiam diri membiarkan hatinya tersakiti melihat pemilik hatinya terus-terusan terpuruk. Dan pada akhirnya ia pulang pada pemilik hatinya.

Tapi itu semua bukanlah akhir dalam perjalanan cinta mereka. Masih banyak rintangan yang mesti mereka lewati. Rintangan itu sudah menunggu, yang pastinya akan lebih sulit dari yang dulu-dulu. Seperti sekarang ini, rintangan kecemburuan.

Jungkook memandang cemburu melihat Jihyo yang malah asik tersenyum dengan pria lain yang tak ia kenal. Ia sendiri sudah hampir beberapa menit di mobil ini, menunggu wanita itu masuk ke dalam mobil ini. Beberapa kali pula ia sudah mengkalkson mobil itu agar wanita itu mempercepat geraknya masuk ke dalam mobilnya. Tapi yang ada malah, Jihyo hanya mengangkat tangannya menyuruhnya menunggu dari jarak jauh disana lalu kembali sibuk dengan pria itu.

TIN TIN TIN!!

Jungkook sudah tak sabar lagi. Ia terus-terusan memainkan klakson itu, tak peduli dengan tatapan mahasiswa yang memandang dirinya aneh dari luar sana. Yang ia inginkan sekarang wanitanya cepat datang kesini.

Di kejauhan sana Jihyo sudah meringis bersalah. "Maaf Mingyu."

Mingyu mengangguk. Lalu mengangkat kepalanya melihat suami Jihyo yang di dalam mobil itu malah menatapnya tajam. Membuatnya sedikit merinding, buru-buru ia kembali sok sibuk pada berkas yang di pegang Jihyo itu.

"Jadi, kau bisa membawa ini semua" Jihyo menyerahkan semua berkas-berkas yang termasuk tugas kelompok mereka.

"Ha? Aku? Kau yakin?" Mingyu menunjuk dirinya.

Jihyo mengangguk. "Ambilah. Kurasa besok aku tidak datang"

Mingyu mengambil berkas-berkas itu. "Kenapa?"

"Aku punya alasan" Jihyo tersenyum tipis.

"Aku duluan ya"

Mingyu akhirnya mengangguk, membiarkan tubuh mungil itu berjalan molek masuk ke dalam mobil mewah disana yang sedari tadi menunggu. Walau ia sangat penasaran apa alasan Jihyo tak masuk besok.

Di dalam mobil itu, selesai Jihyo memasang sealt beatnya. Jungkook mendengus kasar menarik perhatian Jihyo.

"Lama sekali!"

Jihyo menghela kecil. "Aku harus memberikan tugas kelompokku itu pada Mingyu, Jungkook."

"Tapi kenapa kau harus memberikannya senyuman?"

Jihyo menarik ujung bibirnya. "Kau cemburu ya" coleknya pada hidung pria itu.

"Tentu saja. Aku suamimu sekarang. Aku cemburu melihat kau dengan pria lain" Jungkook beralih mencubit pelan pipi Jihyo.

"Ooh... aku mengerti suamiku" Jihyo malah menggoda pria itu sambil ikut mencubit kedua pipi Jungkook.

"Jangan marah lagi ya~ nanti kau bisa semakin tampan. Aku tidak suka itu, nanti semua wanita melirikmu" Jihyo terkikik masih memainkan pipi itu.

Jungkook sekarang sudah menarik ujung bibirnya. Ia memajukan tubuhnya dan mengecup bibir merah ranum itu. "Aku tidak marah, jika kau memberiku jatah malam ini"

Jihyo terkekeh pelan. "Aku tahu itu sudah kewajibanku"

***
Jihyo melirik ponselnya yang sudah lama kembali aktif. Sebuah pesan masuk membuatnya menghela nafas kasar. Dosen di depan sana sudah tak ia pedulikan lagi. Sekarang hatinya benar-benar sedih dan tentunya kesepian.

Ini sudah tepat 1 minggu Jungkook meninggalkanya. Pria itu terlalu sibuk dengan kerjanya di luar negeri. Ia begitu sangat merindukan pria itu. Setiap pagi, tak ada lagi belaian halus rambutnya, pelukan hangat itu, kecupan manis, sentuhan pria itu, dan tentunya segala yang ada pada pria itu. Ia benar-benar merindukan semuanya. Jika saja kuliahnya tidak menghalanginya, ia sudah ikut menemani suaminya itu kemanapun. Hanya saja, karena ia juga harus menuntut ilmu, semuanya menjadi terhalang. Belum lagi Jungkook baru memberikannya pesan bahwa pria itu belum bisa pulang minggu ini, karena pekerjaan disana belum selesai. Dan mungkin katanya sekitar 1 minggu lagi. Padahal ia tadi sudah semangat sekali ingin menjemput suaminya itu di bandara. Namun, sedetiknya ia harus patah semangat karena pesan singkat ini. Ia merasa dirinya sekarang sudah hidup seperti saat masa high schoolnya, sendirian tanpa teman.

Jari-jari Jihyo mulai bermain di atas keypad itu.

"Bogoshipoyo :'("

Send.

Emot itu pas sekali dengan suasana hati Jihyo. Sekali lagi, ia menghela nafas kasar. Hatinya sekarang benar-benar kesepian. Pria itu memang rajin menghubunginya, tapi mendengar suara pria itu saja tak cukup untuknya. Ia ingin menyentuh pria itu, memeluknya erat dan mengatakan 'aku sangat merindukanmu suamiku'.

Seminggu lagi, ia harus menunggu suaminya pulang. Sedangkan seminggu lagi mereka akan mengadakan campfire di hutan sebagai praktek mereka. Ntahlah kenapa harus ada campfire yang sama sekali tak berhubungan di jurusannya. Ia jadi takut, ia dan Jungkook tak bisa bertemu. Rasa rindunya semakin besar.

Jihyo kembali mengangkat kepalanya mencoba fokus pada dosen di depan sana. Walau pikirannya sekarang tertuju pada suaminya. Apa yang dilakukan suaminya disana sekarang?.

***
Jungkook mendesah pelan. Ia melihat seluruh isi apartemennya sepi. Biasanya istrinya jika sudah mendengar pintu apartemen ini terbuka, akan berlari lalu menghambur ke pelukannya. Tapi, kali ini berbeda. Jihyo sedang campfire di hutan dari kampusnya. Mustahil memeluknya, melihat wajah wanita itu saja ia tak bisa. Ini sudah 2 minggu lebih mereka tidak bertemu. Rindu jelas! Bahkan ia sangat sangat sangat merindukan wanita itu. Kenapa waktu kali ini tak berpihak pada mereka. Waktu tidak pas sekali.

Jungkook berjalan meninggalkan kopernya begitu saja. Ia lelah habis pulang dari negeri orang lain, karena kesibukannya bekerja ini. Biasanya Jihyo akan cepat menyiapkannya air hangat untuk mandinya lalu memijitnya, tapi sekali lagi wanita itu sedang tak disini. Ia pun menghempaskan tubuhnya di sofa itu, lalu meronggoh sakunya mengambil ponselnya. Menghubungi istrinya tentunya.

Ponsel Jihyo aktif, hanya saja tak di angkat. Sebentar Jungkook menjauhkan ponsel itu dari telinganya memandangi layar itu. Sedang apa istrinya itu sehingga di malam seperti ini pun tak bisa mengangkat panggilannya.

Pria bergigi kelinci itu mulai kesal dan tetap mencoba terus menghubungi nomor Jihyo. Namun, hasilnya tetap sama. Nihil. Jihyo tak kunjung mengangkat panggilannya. Ia pun mencampakkan ponselnya di sofa seberang sana begitu saja. Kemudian menarik dasi yang sedari tadi terasa seperti mencekik lehernya.

Lama diam Jungkook memikirkan sedang apa yang dilakukan Jihyo, ponselnya bergetar membuatnya bangkit cepat mengambil ponselnya, berharap itu dari istrinya. Tapi, ternyata salah. Panggilan itu dari Jimin. Dengan malas ia mengangkat panggilan itu.

"Ada ap—"

"Jungkook! Cepat datang kesini. Jihyo pingsan!!"

Jungkook sontak berdiri terkejut bukan main. "A—Apa?!"

"Aku akan mengirimkan alamat rumah sakitnya"

Panggilan itu terputus. Nyawa Jungkook seperti sudah menyalang saja. Tak percaya dengan panggilan tadi. Barusan ia memikirkan Jihyo sedang campfire bersama teman sekampusnya, tapi tiba-tiba kabar buruk datang menyatakan bahwa Jihyo pingsan dan itu dilarikan ke rumah sakit. Ada apa ini semua? Kenapa ini menjadi membingungkan untuknya? Dimana sebenarnya keberadaan wanita itu tadi. Wanita itu berhasil membuat jantungnya mencelos.

Getaran ponsel di tangan Jungkook menyadarinya. Setelah mendapat alamat rumah sakit itu, Jungkook langsung menyambar kunci mobilnya dan berlari seperti kesetanan menuju parkiran bawah tanah itu.

***
Jimin berjalan pelan mendekati Jungkook dan duduk di sebelah pria itu.

"Semuanya akan baik-baik saja, dia hanya kelelahan saja"

Jungkook mengangkat kepalanya, matanya yang memerah menatap Jimin sengit. "Kenapa kau tidak memberitahuku cepat!"

Jimin menghela sebentar. "Aku harus membawanya dulu, baru aku bisa menghubungimu"

Jungkook mengacak rambut kasar. Setelah mendengar pernyataan dokter bahwa Jihyo dinyatakan telah hamil 2 minggu, ia terkejut setengah mati. Apa Jihyo berusaha menyembunyikan ini? Tapi mendengar pengakuan Eunbi yang mengatakan Jihyo juga tak tahu apa-apa membuatnya menjadi sangat bersalah. Ia merasa bodoh karena meninggalkan Jihyo begitu saja disaat wanita itu membutuhkannya. Sekarang, ia tak tahu harus apa. Jika saja waktu bisa berputar, ia tak akan pergi ke luar negeri itu, membiarkan Taehyung atau Jimin yang menghandle-nya. Namun, sayang semuanya sudah terjadi. Sekarang, ia hanya bisa meratapi menunggu wanita itu tersadar sepenuhnya. Bahkan ia sendiri takut untuk melihat wajah pucat itu terbaring lemah di tempat tidur itu.

"Kau yakin tak ingin masuk?" Taehyung menengurnya.

Jungkook menyandarkan punggungnya di dinding itu, menggeleng pelan. "Aku belum siap"

"Tapi dia membutuhkanmu. Dia pasti ingin melihatmu Jungkook" kini Eunbi menyahut.

Jungkook kembali mengacak rambutnya. Ia juga ingin melihat Jihyo. Tapi ia sendiri merasa takut. Dirinya benar-benar sudah menjadi suami tak berguna. Bisa-bisanya ia sendiri tak tahu istrinya sedang mengandung. Seharusnya ia menyadari saat Jihyo mengirimkannya pesan bahwa wanita itu sangat merindukannya di tambah emot sedih. Kenapa malah ia hanya terkekeh membacanya mengira Jihyo mulai manja seperti anak kecil.

Ketiga sahabat pria itu masih diam memperhatikan Jungkook yang mulai menyiapkan mental pria itu. Barulah sekali tarikan nafas panjang, Jungkook akhirnya berdiri dan melangkah mantap masuk ke dalam ruangan istrinya itu.

Jungkook mematung untuk sesaat memperhatikan wajah pucat yang masih cantik itu terbaring lemah. Hatinya benar-benar mengilu melihat Jihyo seperti ini. Tak sadar, air matanya kembali jatuh seperti tadi saat ia mengendara dengan gilanya. Perlahan kakinya pun mulai melangkah mendekati tempat tidur itu.

Mengenggam tangan lemah itu lembut. Kemudian mengelusnya. Jungkook membungkuk mendaratkan kecupan hangat di kening itu.

"Wake up sweety..." lirih Jungkook.

Jihyo tak juga kunjung membuka matanya. Hal ini membuat Jungkook semakin terisak. Ia kembali lagi seperti anak kecil yang kehilangan permen. Ini juga semua karena Jihyo. Wanita itu selalu saja bisa membuatnya menangis apapun itu, dan selalu saja bisa menghiburnya sampai tenang. Tapi sekarang, wanita itu memang sudah membuatnya menangis, tapi siapa yang menenangkannya sekarang? Hanya Jeon Jihyo yang bisa membuatnya berhenti menangis.

"Aku merindukanmu sweety. Buka matamu..."

Setetes air mata Jungkook berhasil jatuh mengenai mata sebelah wanita itu. Jari-jari Jungkook bergerak menghapus setetes air matanya itu. Lalu beralih mengelus lembut pipi itu. Seraya berdoa agar Jihyo segera membuka matanya. Ia benar-benar merindukan istrinya ini. Ia janji setelah ini, ia tak akan meninggalkan Jihyo sedikitpun. Itu janjinya. Akan ia jaga istrinya ini, kalau bisa ia akan mengikuti Jihyo kemana pun wanita itu pergi. Yang terpenting tangan hangat ini selalu ada di genggamannya.

Matahari sudah terbit tinggi. Jungkook rela tak bekerja demi menjaga istrinya. Ia tak akan pergi, sebelum Jihyo membuka mata lebar lalu tersenyum menyapanya dengan manis. Ponselnya yang sudah berisik itu, ia biarkan saja begitu saja bahkan mensilent-nya. Ia tahu itu semua adalah panggilan sekretarisnya. Biarkan saja dulu, ia tak ingin ada yang mengusiknya saat ini.

Siapa yang tahu, Jihyo dari semalam sudah sadar saat di malam harinya. Ia tak bisa berhenti tersenyum melihat suaminya itu tertidur di sebelahnya dengan posisi duduk kepala menelungkup dan genggaman tangan yang tak lepas di tangannya. Ingin membangunkan, tapi niatnya terhenti. Berpikir, Jungkook pasti sangat lelah. Apalagi melihat pakaian pria itu masih memakai jas, ia yakin pria itu setelah pulang dari luar negeri langsung berlari ke rumah sakit ini demi dirinya, melupakan kelelahan pria itu. Dan sekarang ia berusaha mengintip melihat suaminya sedang memperhatikan wajahnya dengan wajah yang Jihyo tebak Jungkook menangis semalaman karena mata bengkak itu. Ingin ia tertawa, karena sikap Jungkook tak pernah berubah dari dulu untuknya. Selalu sering menangis.

Jungkook yang sedari tadi diam memperhatikan wajah Jihyo itu mulai merasakan keanehan. Bulu mata itu berkedip beberapa kali, bibir tipis itu sedikit tertarik. Setelah ia diam meperhatikan wajah itu, barulah ia sadar Jihyo berusaha tak bangun. Ini malah membuat otaknya menyusun sebuah rencana. Yang seharusnya ia bahagia Jihyo sadar, tapi sekarang malah ia ingin mengerjai istrinya itu.

Jihyo mulai merasakan bibirnya menyentuh benda kenyal lainnya. Dalam hati ia mendengus pelan. Otak suaminya itu memanglah tak jauh-jauh dari otak mesum. Disaat sakit ini pun, Jungkook masih sempat menciuminya.

"Aku tahu kau sudah sadar sweety" bisik Jungkook pelan di depan bibir itu.

Jihyo pada akhirnya membuka kedua matanya dan tertawa kecil. Lalu berusaha bangun, tapi Jungkook langsung menahannya dan menidurkannya kembali.

"Tidak. Tidur saja"

Jihyo mengerucut kesal. Ia kembali mencoba duduk. "Sebentar saja"

Jungkook akhirnya membantu wanita itu duduk dengan pelan dan senantiasa kedua tangannya memegang tubuh itu.

Jihyo tersenyum kemudian melebarkan pelukannya. "Aku merindukanmu" rengeknya manja.

Jungkook terkekeh dan masuk ke dalam pelukan itu. "Aku juga, bahkan sangat sangat sangat merindukanmu sweety"

Jihyo mengulum senyumnya merasakan pria itu beralih menciumi wajahnya setelah mereka melepaskan pelukan itu.

"Jangan membuatku khawatir lagi. Hubungi aku jika kau memang benar-benar merindukanku" Jungkook beralih menangkup wajah Jihyo.

Jihyo memayunkan bibirnya. "Kau susah di hubungi."

Jungkook meringis dengan kebenaran itu. "Maaf. Aku janji tak akan mengulanginya lagi"

Jihyo mengangguk pelan. Jungkook kembali memajukan wajahnya dan melumat bibir pucat itu. Rasanya masih manis untuk Jungkook, walau bibir itu terasa kering. Ia berusaha membasahkan bibir itu. Jihyo tersenyum di sela-sela ciuman itu.

Beberapa detik kemudian Jungkook menjauhkan wajahnya, ia tak ingin Jihyo kehabisan nafas karena ciumannya ini. Wanita itu sedang lemah, tidak saatnya sekarang.

"Congrats sweety. Kau akan menjadi ibu"

"Ha?" Jihyo membesarkan kedua matanya.

Jungkook mengecup sebentar bibir itu lagi. "Kau hamil"

Jihyo terdiam dengan wajah terkejutnya. Ia tak menyakini ucapan Jungkook itu. Rasa bahagianya jelas tak bisa lagi di ukur. Ia kembali memeluk leher pria itu.

"A—aku sangat bahagia" Jihyo mulai terisak pelan.

"Aku juga sweety"

***
"Kau tidak akan mengerti Jungkook! Kau tak akan mengerti!!"

"Lalu bagaimana agar aku mengerti?"

"Diam saja! Kau memang tak bisa di andalkan!!"

Jungkook mengacak rambutnya frustasi. Ia akhirnya diam membiarkan Jihyo yang sudah masuk ke dalam kamar mereka kemudian membantingnya kasar. Bingung, itulah yang dialaminya sekarang. Kepalanya beralih pada sebuah puzzle yang sudah berjatuhan ntah kemana. Wanita itu baru saja tadi mencampakkan sususan puzzle-puzzle itu begitu saja ke lantai karena kesal dengan dirinya. Jihyo tadi meminta untuk membantu menyusul puzzle itu, dan ia pun menurut, namun hanya karena kesalahan kecil menaruh puzzle yang salah Jihyo langsung mengamuk seperti medusa. Ia sendiri tak mengerti, ini hanya lah kesalahan kecil yang biasa orang lakukan. Tapi kenapa Jihyo bisa semarah itu, bahkan sampai mengamuk padanya.

Akhirnya Jungkook berdiri melangkah mengetuk beberapa kali pintu itu.

"Sweety buka pintunya"

"Tidak mau! Kau bodoh!"

Teriakan itu membuat Jungkook meringis. Ia menggarut kepalanya mulai merasa gila. Bagaimana bisa caranya membujuk Jihyo kembali membaik padanya. Ini sudah sering terjadi. Dan itu begitu susah membuat Jihyo kembali tersenyum padanya.

"Iya aku tahu aku bodoh. Sekarang buka pintunya" Jungkook kembali mengetuk.

"Tidak mau!!"

"Kenapa? Maafkan aku sweety, aku bodoh, aku salah, aku memang tak pandai. Jadi buka pintunya ya?"

Jungkook terpaksa menjelekkan dirinya demi istrinya yang sedang hamil 5 bulan ini.

Ceklek...

Jungkook sumringah Jihyo membuka pintu untuknya. Namun, senyumnya meluruh melihat Jihyo kini berlinang air mata.

"Astaga sweety. Kau kenapa?" Jungkook menangkup wajah Jihyo menghapus air mata itu.

"Hiks... aku ingin menyelesaikan puzzle itu secepatnya hiks... tapi kenapa tak selesai-selesai dari tadi hiks..."

Jungkook mulai kebingungan sendiri dengan sikap kekanakan istrinya ini. Biasanya Jihyo lah yang lebih dewasa dengannya. Sekarang mereka terbalik. Jihyo senang sekali sekarang menangis tiba-tiba, kemudian memarahinya. Begitu selanjutnya lagi.

"I—iya... kita harus menyelesaikannya sekarang. Ayo sweety" Jungkook menarik lembut tangan itu kembali duduk di sofa tadi.

Jungkook buru-buru mengutip potongan-potongan puzzle itu lalu meletakkan kambali di meja itu. Nafas Jihyo sudah sesengukan karena menangis itu, ia menghapus bekas air matanya dengan punggung tangannya.

"Sudah jangan menangis lagi, kita pasti akan menyelesaikannya"

Jungkook di buat bodoh karena permainan anak-anak ini. Karena permainan mengesalkan ini, ia sendiri jadi memaki dirinya yang bodoh di depan Jihyo. Belum lagi wanita hamil itu malah menangis karena tak bisa menyelesaikan potongan puzzle ini.

Jihyo mulai menyusun potongan puzzle itu. Jungkook sendiri malah bingung, jika ia memasang puzzle lain, Jihyo akan kembali mengamuk dan menangis. Baru saja wanita hamil itu mengambil potongan puzzle lainnya, ia terhenti seketika.

"Aku mengantuk Jungkook" rengeknya.

Jungkook bernafas lega. Setidaknya mereka tak harus diam duduk menyelesaikan permainan bodoh ini.

"Ayo kita tidur sweety" Jungkook membantu Jihyo berjalan, menuntun wanita itu ke dalam kamarnya lalu menidurkan tubuh yang mulai berisi itu di king size itu.

Baru saja Jungkook menidurkan tubuhnya di sebelah wanita itu, wanita itu sudah duluan masuk ke dalam pelukannya. Jungkook tak bisa menahan senyumnya. Semenjak kehamilan Jihyo ini, wanita itu memang semakin manja padanya. Walau terkadang sering marah padanya hanya karena kesalahan kecil saja, tapi pada akhirnya wanita ini akan menangis dan meminta maaf padanya.

"Maaf" gumam Jihyo sudah memejamkan matanya.

Jungkook tersenyum kecil, mengecup pelan kening itu. "Aku mengerti sweety. Tidurlah"

Hanya beberapa menit saja, Jihyo sudah terbang ke alam mimpi, di tambah lagi membuatnya mengantuk karena elusan lembut di punggungnya. Jungkook sebentar melirik jam di dinding itu. Sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Ia memang tak bekerja karena kemajaan Jihyo kembali kumat. Wanita hamil ini pun juga sudah menyelesaikan masa kuliah itu 4 bulan yang lalu.

"Aku mencintaimu" Jungkook berbisik pelan di telinga itu.

***
TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

177K 6.7K 18
Kisah cinta terlarang yang menyebabkan Suzy harus menghadapi kenyataan cinta seorang namja yang menjadi sumber kegundahan logika dan simpati Suzy.
8.8M 51.7K 127
Clarissa membuka matanya, "Hmm?" ia terkejut ketika melihat tangannya dirantai "Apa ini? Lepaskan!" ia mencoba meronta ronta tetapi tidak bisa.Kemu...
3.6M 45.2K 23
Bibir Christian sudah berada pada leherku. Aku mendongak. Aku tahu yang memerankan christian grey ini adalah si brengsek justin, tapi aku tidak pedul...
244K 21.1K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...