Fake Love (17+) ✔

By ShiaMoer

213K 13.6K 3.4K

NC17+ *** Katakanlah Jungkook berbohong bahwa dia tak jatuh dalam pesona Jihyo. Jungkook takut mengakuinya ka... More

Cast
Prolog
[1] Wedding
[2] High School
[3] Chocolate
[4] Cooking
[5] One Night
[6] Swimming
[7] New Student
[8] Flirty Girl
[9] ill
[10] Club
[11] Back Home
[12] Jerk
[13] Stop It
[14] Think Again
[15] Practice
[16] We Will Support You
[17] Plan
[18] Cockroaches
[19] Noona
[20] Problem
[21] Cold
[22] Busan
[23] Hospital
[24] Because Park Jihyo
[25] Snow White And The Seven Dwarfs
[26] I Like It
[27] King Size
[28] My Lady
[29] Confused
[30] I Want You
[31] 5 Years Later
[32] Where Are You
[34] Meet Again
[35] Love U
[36] Jeon Company
[37] Missing U
[38] Problem SinV
[39] Still A Problem
[40] Problem SinV 2
[41] Problem SinV 3
[42] Romantic Jungkook For Jihyo
[43] Critical
[44] Fake Love END
Epilog
COMPLEX
Pic Junghyo

[33] I Refused

3.2K 265 68
By ShiaMoer

Pagi kembali menyambut. Eunbi berjalan membuka kamar bernuansa putih itu. Berjalan mendekati ranjang itu.

"Jihyo ireona! Kau ada kelas pagi!"

Eunbi menyibak selimut itu. Jihyo malah mengerang malas bergerak membelakangi Eunbi.

"YA! Bangun Park Jihyo pemalas"

"Iya Hwang Eunbi" gumam Jihyo masih memejamkan matanya.

"Aku harus pergi sekarang"

Mendengar hal itu berhasil membuka mata Jihyo melihat wanita mancung itu. "Kemana?"

Eunbi tersenyum. "Kencan"

Jihyo membulatkan mulutnya lalu akhirnya bangkit dari duduknya. Lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh kamarnya dengan kening berkerut.

"Dimana celanaku?"

Eunbi memutar bola matanya malas. "Kau hilang ingatan? Sejak kapan kau memakai celana saat tidur. Kau bahkan lebih sering telanjang"

Wanita mancung itu berjalan keluar dari kamar Jihyo. Jihyo malah terkekeh mengingat kebiasaan barunya. Baru menyadari sejak beberapa tahun ini ia sekarang lebih suka hanya memakai kaus tipis tanpa bra dan hanya panty saja, bahkan terkadang suka telanjang. Jihyo sudah mempelajari banyak bahwa tidur tanpa ada pakaian lebih bagus. Jihyo pun mencoba awalnya, dan sekarang malah ketagihan.

Tak ingin berpikir banyak yang membuatnya nanti terlambat, segera ia mandi.

***
"Park Jihyo"

Jihyo menoleh kearah suara itu. Mengerutkan dahinya melihat Kim Mingyu teman sejurusannya berjalan mendekatinya.

"Aku tidak tahu ini kebetulan atau tidak, yang pasti aku sangat meminta tolong padamu. Tolong bawakan tasku, aku harus kembali ke rumah lagi mengambil buku bisnis managemen ku yang ketinggalan" Mingyu menatap Jihyo penuh harap.

Jihyo jelas menggeleng. Ia menolak bukan karena ia malas ataupun tak mau. Ia menolak membawa tas Mingyu itu karena takut semua orang yang mengenalinya memandang dirinya penuh tanda tanya besar. Park Jihyo siswa terpintar tengah membawa tas ransel Mingyu, apakah mereka sedang berkencan?. Pertanyaan itu akan timbul di setiap orang melihatnya.

"Tolonglah Park Jihyo" Mingyu kembali memohon.

Jihyo menjadi tak enak. Dan pada akhirnya ia mengangguk dan mengambil ahli tas itu. Mingyu langsung tersenyum senang. "Terimakasih banyak Jihyo. Aku akan membelimu soda selesai ini"

Mingyu pergi berlari begitu saja, Jihyo mendengus lalu tersenyum. Untuk apa hanya soda saja, ia sendiri pun bisa membelinya. Tapi, tak masalah sekedar membantu Mingyu tak apa-apa kan.

Jihyo pun kembali melanjutkan langkahnya menaiki anak-anak tangga itu menuju kelasnya. Tak sengaja pandangannya tertuju pada Kim Yerim dan kedua sahabat wanita itu yang selalu setia kemanapun Kim Yerim pergi. Terkadang Jihyo bingung melihat ketiga wanita itu, kenapa masih saja ada di penglihatannya. Kenapa tidak enyah saja? Sayangnya, takdir berkata lain. Ketiga wanita licik itu bahkan sekarang satu kuliah dengannya bahkan satu jurusan. Mengesalkan memang, tapi ia tak bisa buat apa. Kim Yerim dan kedua sahabatnya itu punya uang banyak yang bisa bebas dimanapun berkuliah, sedangkan dia? Hanya mengandalkan beasiswa saja. Matanya pun hampir bosan melihat wajah ketiga wanita centil itu selama 5 tahun ini. Tapi, ia harus bersabar beberapa bulan lagi ia akan mengakhiri masa kuliah ini. Tinggal sedikit lagi, hanya sabar saja yang perlu.

"Ehemm... wanita miskin lewat"

Jihyo enggan membalas hinaan Kim Yerim itu. Ia berlalu begitu saja seakan tak menganggap ketiga wanita menyebalkan itu. Hal ini malah membuat ketiga wanita itu menggeram tak suka.

"Sombong sekali dia!" kesal Jennie melirik Jihyo tak suka.

"Benar sekali! Sementang dia sekarang tambah cantik! Huh! Aku iri dengan tubuhnya"

Yerim dan Jennie serentak menoleh pada Eunha. Wanita itu malah memandang Jihyo penuh keirian.

"Hei Eunha, apa yang kau pikirkan?! Tubuhku tetaplah lebih cantik darinya!" Yerim berseru tak suka.

Eunha menutup mulutnya lalu menyengir lebar. "Tubuhmu memang cantik, tapi... sekarang dia lebih sexy" lirik Eunha lagi pada Jihyo.

Yerim menggeram dan Jennie memelototin Eunha.

***
Kelas pagi itu dimulai. Seperti biasa Jihyo selalu fokus mendengar dosen itu menerangkan. Disaat semua mahasiswa itu yang malah mengantuk dan mulai bosan, Jihyo justru begitu setia memandang kedepan. Maklum juga lah, ia tak bisa berputar ke kanan ke kiri, karena kursi yang selalu ia pilih selalu nomor urutan kedua, yang jelas menarik perhatian dari depan. Tangan kanan Jihyo tak berhenti mencatat hal penting dari penjelasan dosen itu yang dari lisan.

Sampai hingga 3 jam berlalu, kelas pagi itu selesai. Segera mahasiswa itu berhamburan keluar kelas. Jihyo pun bangkit dari duduknya, memeriksa ponselnya yang sedari tadi bergetar.

Sebuah pesan dari Eunbi.

'Sudah selesai belum? Jika sudah, pergilah ke butik, kita perlu membeli veil weddingmu. Aku tunggu'

(Veil : semacam kain penutup kepala atau wajah untuk pernikahan pengantin wanita (selubung))

Jihyo mengulum senyumnya. Segera ia bangkit dari duduknya dan meninggalkan kelas itu. Setiap Eunbi menyangkutkan pernikahannya, jantungnya selalu berdetak begitu kencang, seakan dalam waktu dekat ini ia akan menikah. Padahal belum tentu kepastian calon suaminya menerimanya. Ntahlah, ia merasa tidak sabar saja.

Hanya beberapa menit menaiki bus menuju butik itu. Terlihat Eunbi sudah menunggu, segera Jihyo mendekati wanita itu.

"Sudah lama?" tegurnya.

Eunbi menggeleng. "Tidak, aku juga baru sampai. Yasudah kita langsung saja"

Kedua wanita itu pun mulai mencari selubung yang sesuai pada Jihyo.

***
Jungkook melirik sekilas layar ponselnya yang sedari tadi terus menyala menandakan sebuah panggilan. Pria itu terlihat tidak peduli dan enggan mengangkat panggilan dari kakak kandungannya itu. Setelah membaca pesan singkat itu yang menyuruhnya segera pergi ke sebuah butik untuk mengukur setelan weddingnya, tentu saja ia tak mau. Biarkan saja Somin berkoar-koar tidak jelas. Ia malas untuk berdebat kembali pada Somin. Cukup perdebatan kecil mereka semalam yang membuat Jungkook lengah. Apalagi Somin sampai membahas sesuatu yang sensitif untuknya.

Pintu itu terbuka, membuat Jungkook terpaksa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas pentingnya. Tampilah wanita cantik yang tampak masih muda dengan senyuman yang selalu ia keluarkan jika melihat Jungkook.

"Tuan, seseorang ingin bertemu dengan anda"

Jungkook menarik alisnya satu. "Siapa?"

"Seorang wanita muda. Dia mengatakan sebagai calon istri anda"

Terdengar jelas nada wanita yang menjabat sebagai sekretaris Jungkook itu malas. Jungkook tahu, sekretarisnya itu tertarik pada dirinya. Melihat cara tatapan wanita itu dan senyuman yang selalu wanita itu lemparkan pada dirinya. Bahkan juga sering sekali sekretarisnya itu mencoba mendekatinya. Tapi , sayangnya ia sama sekali tak tertarik dengan wanita yang terlihat masih muda itu.

"Suruh dia pergi. Katakan aku sibuk" Jungkook kembali tertuju pada berkasnya.

Wanita bertage name Chou Tzuyu terlihat tersenyum senang dan mengangguk cepat. Pintu itu kembali tertutup. Jungkook mendengus. Ia tahu siapa lagi pelaku dalam hal ini. Pasti Somin yang menyuruh wanita itu datang mengunjungi dirinya. Somin benar-benar tak bermain dengan ucapannya.

***
Somin berseru riang. Ia melangkah dan tersenyum ramah pada setiap orang melewatinya dan menyapanya. Langkah kakinya memasuki lift itu diikuti dua pria yang bergaya seperti perempuan itu masuk ke dalam.

Ting!

Lift itu kembali berdenting terbuka. Somin melangkah keluar dari lift itu dan masih di ikuti ketiga pria tadi di belakangnya. Wanita itu memasuki ruangan yang sudah tak asing di matanya. Beberapa karyawan disana membungkuk padanya dan hanya di balas senyuman, dan ia masih melanjutkan langkahnya.

Sampai langkahnya berhenti sebentar mendengar keributan. Perlahan ia pun ia mendekati arah keributan itu.

"Saya tidak mau tahu! Saya ingin bertemu dengan Jungkook!"

"Tidak bisa begitu. Tuan Jeon Jungkook, tidak ingin di ganggu. Dia mengatakan dia sedang sibuk. Anda tidak boleh menganggunya!"

"Kim Yerim?"

Somin mendekat memandang wanita pendek itu sinis. "Sedang apa kau disini?"

Jangan salahkan Somin sinis dengan Yerim. Karena ia tahu semuanya perilaku buruk wanita itu, dari sahabat adiknya. Dan ia benar-benar tak suka dengan Yerim.

Yerim dan sekretaris Jungkook itu berhenti berdebat, serentak menoleh kearah Somin.

Yerim buru-buru memasang wajah kasihannya. "Unnie, tolong aku. Wanita ini tidak mengijinkan aku masuk menemui Jungkook" rengeknya.

Chou Tzuyu menggeleng beberapa kali. "Tidak Nyonya. Tuan Jeon Jungkook, sudah mengatakan pada saya untuk menyuruh wanita ini pergi. Tapi dia tidak mau"

Somin beralih pada Yerim kembali. Wanita itu kini menggeleng keras.

"Wanita ini juga mengaku sebagai calon istri Tuan Jeon Jungkook" lanjut Chou Tzuyu.

Yerim sudah melotot tajam pada Chou Tzuyu, tapi Tzuyu terlihat tak peduli walau sekarang dalam hatinya terlihat senang karena menang dari wanita pendek itu.

Somin memandang Yerim. Semakin tak suka dengan wanita itu yang seenaknya mengaku sebagai calon istri Jungkook.

"Panggil security jika dia tidak mau pergi juga"

Somin melenggang pergi begitu saja setelah berhasil membuat Yerim tersentak tak percaya dengan apa yang di ucapkan Somin itu. Chou Tzuyu terkikik senang.

"Silahkan angkat kaki anda dari sini, jika tak ingin diseret security" Chou Tzuyu mengayunkan satu tangannya kedepan seakan menyuruh wanita itu pergi.

Yerim menatap tajam Chou Tzuyu, "Sialan! Awas saja kau ya!"

Yerim pun akhirnya pergi. Chou Tzuyu tersenyum penuh kemenangan. Setidaknya wanita itu sudah pergi, tak ada lagi yang menghambatnya untuk berdekatan dengan Jeon Jungkook.

***
"Selamat pagi Tuan Jeon Jungkook" Somin berdiri tersenyum pada adik laki-lakinya itu.

Jungkook mendengus malas melihat Somin itu. Ia memilih diam fokus kembali pada pekerjaannya.

"Jungkook-ah... lihat aku membawa siapa"

Jungkook hanya berdehem malas, tak juga mengangkat kepalanya sekedar melihat kearah Somin. Wanita itu terlihat tak putus asa. Ia mendekat menyuruh pria yang sedari tadi mengikutinya masuk ke dalam ruangan Jungkook itu.

"Cepat ukur dia. Dia calon pengantin pria-nya"

Jungkook sontak mengangkat kepalanya mendengar hal itu. Matanya membesar melihat ketiga pria ala perempuan berjalan mendekat padanya.

"YA! Noona!" Jungkook menatap tajam wanita itu.

Somin malah terkekeh senang. Dan membiarkan Jungkook mencoba kabur dari ketiga pria itu. Tapi tetap tak bisa, ketiga pria itu lebih banyak dari Jungkook yang seorang.

"Noona! Apa yang kau lakukan?!" Jungkook berteriak saat ketiga pria itu mulai menyentuh tubuhnya. Jelas ia geli, apalagi melihat tatapan genit ketiga pria bergaya ala perempuan itu.

"Kau tidak mau pergi ke butik. Jadi aku saja yang membawa mereka kesini mengukur jas weddingmu" Somin terkikik. Ia tampak begitu senang.

Selama pengukuran tubuh Jungkook itu, Jungkook benar-benar tak bisa kabur. Ketiga pria itu benar-benar membuat Jungkook merinding sendiri karena menyentuh tubuhnya. Dan sampai beberapa menit kemudian, Jungkook bernafas lega saat ketiga pria itu menyudahinya.

"Baiklah Jungkook, adikku. Besok tak usah berangkat kerja. Calon istrimu akan datang ke apartemen mu. Kau pasti sangat senang dengannya"

Jungkook menatap tajam Somin. "Jangan macam-macam noona!"

Somin hanya terkekeh pelan dan mengedipkan matanya. "Aku menunggu penerimaanmu mengenai pernikahan ini"

"Tidak! Aku menolaknya! Siapapun wanita itu!"

"Terserah my little boy" Somin terkekeh kemudian keluar dari ruangan itu di ikuti ketiga pria tadi.

Jungkook berdecih dengan sikap kakaknya itu yang seenaknya dengan dirinya. Sejenak ia teringat saat ketiga pria tadi menyentuh tubuhnya, membuatnya bergidik geli.

"Iihh..."

***
"Aku duluan ya, jika sudah sampai di rumah hubungi aku"

Jihyo mengangguk lalu melambai pada Eunbi. Taxi yang di tumpangi Eunbi pun berlalu. Setelah itu Jihyo membalikkan tubuhnya. Berjalan memasuki perkarangan rumah besar yang dulunya sering ia datangi. Sebentar, ia melirik sebuah undangan mewah di tangannya. Tersenyum sendiri memandangi undangan itu yang tercetak jelas namanya tercantum dalam undangan itu. Jantungnya mulai berpacu cepat saat tangannya ingin menekan bel itu.

Ting Tong...

Hanya sekali tekanan bel, setelah itu langsung terdengar suara seorang wanita berteriak dari dalam. Hal ini membuat Jihyo semakin jantungan, senyumnya masih melekat di wajahnya.

Ceklek...

Pintu besar itu terbuka menampilkan seorang wanita berambut blonde curly keluar. Sejenak kedua orang itu saling pandang. Jihyo sudah melebarkan senyumnya walau tadi dia sebentar bingung siapa wanita di depannya yang terlihat semakin cantik, namun sekarang ia yakin wanita itu adalah sahabat lamanya di masa high school.

Wanita blonde itu melebarkan kedua matanya terkejut. Mulutnya menganga lebar. Segera ia menutup mulutnya menggunakan tangannya. Tak percaya siapa yang di depannya ini.

"JIHYO?!!"

"DAHYUNN!!"

"AHKKK!!"

Lalu kedua wanita itu melompat berteriak kesenangan spontan berpelukan seakan melupakan tatapan pejalan kaki yang tak sengaja melihat kearah mereka. Keduanya mencoba melepas rindu yang sudah sekian lamanya tak bertemu tatap wajah.

"YA TUHAN JIHYO!! Inikah kau?!"

Jihyo mengangguk cepat. "Ini kau Dahyun? Kenapa kau bertambah cantik?"

"KAU JUGA!!" Dahyun kembali berteriak, lalu kedua orang itu berpelukan lagi.

"AHK! Aku merindukanmu" seru Dahyun lagi.

***
Setelah sampai menghabiskan beberapa menit kedua wanita yang sudah lama tak bertemu lagi berpelukan, pada akhirnya mereka sudah duduk di living room itu, sesekali bercanda mengenai kenangan dulu semasa high school.

"Aku kesini ingin memberimu undangan ini"

Jihyo memberikan undangan mewah yang sedari tadi ia pegang ke hadapan Dahyun. Wanita berkulit tahu itu mengernyit, lalu mengambil undangan mewah itu. Dahyun hanya diam membuka undangan itu. Sampai beberapa detik mata sipitnya terbuka lebar menatap Jihyo tak percaya.

"KAU AKAN MENIKAH?!" teriaknya lagi.

Jihyo mengangguk cepat dan tersenyum lebar.

"KAU SERIUS?" Dahyun masih saja berteriak.

Jihyo mengangguk lagi. "Aku serius Kim Dahyun"

"Dengan dia?" kini suara Dahyun memelan.

Jihyo tersenyum tipis dan mengangguk lagi. "Ya... dengan dia"

"Serius kalian akan menikah?" Dahyun kembali bertanya, masih tak percaya.

Jihyo mengangguk lagi dan lagi menanggapi pernyataan Dahyun itu.

Dahyun semakin membesarkan matanya tak percaya. Ia beralih pada sebuah undangan mewah yang di tangannya sekarang.

"Woah... aku tak mempercayai ini"

Jihyo mengernyit bingung. "Wae?"

"Kau tahu kan, dia itu pria dengan seribu wanita di sekitarnya. Rasanya mustahil kalian bisa menikah begitu saja mengingat kalian jarang saling berkomunikasi saat masa high school. Belum lagi, kau sempat menghilang beberapa tahun, kan?" Ujar Dahyun seraya mengingat masa-masa lalu itu.

Jihyo menghela nafas. "Dahyun, jangan membuatku ragu akan hal ini. Ini sudah setengah jalan. Gaun ku sudah selesai, semuanya sudah, hanya tinggal menunggu tanggal"

Dahyun ikut menghela nafas. "Bukan begitu Jihyo. Aku hanya bingung saja. Tiba-tiba kau datang ke rumah ku dengan undangan. Padahal setau ku kau tak pernah sekali pun berpacaran, itupun kau hanya dekat dengan pria saja tapi tak sampai kesini."

Jihyo menggigit bibirnya. Mendengar perkataan Dahyun itu membuatnya kembali berpikir akan pernikahan mendadaknya ini. Benar, apa yang di katakan Dahyun semuanya benar. Sekalipun ia dekat dengan seorang pria, tak pernah sekalipun mereka sampai berpacaran apalagi menikah.

"Tapi, aku senang kau akhirnya menikah mendahuluiku. Aku akan datang ,tenang saja"

Dahyun menyunggingkan senyumnya walau hatinya merasa ragu karena undangan mewah di tangannya ini.

Jihyo ikut menyunggingkan senyumnya. "Gomawo telah mengertiku"

Dahyun mengangguk tersenyum. Lalu kedua sahabatnya itu berpelukan kembali.

"Aku sangat merindukanmu Jihyo-ah, kemana saja kau ini?"

Jihyo melepaskan pelukan itu. Ia menatap Dahyun, mengenggam tangan wanita itu. "Aku tidak kemana-mana Dahyun."

"Tapi kenapa kau tidak pernah terlihat lagi? Aku sudah ke rumahmu, tapi ada orang yang bilang kau sudah tidak disana tinggal. Lalu aku pergi ke busan menjumpai rumah orang tuamu, mereka bilang juga kau sudah pergi, tapi tak menjelaskan kemana kau pergi. Dan ponselmu tidak aktif lagi"

Jihyo terkekeh pelan. Orang tuanya memang ikut merencanakan ini semua. "Maaf. Aku tidak memberitahumu dan ponselku sudah lama tidak ku aktif kan"

Dahyun mendengus. "Lalu sekarang dimana kau tinggal?"

"Di apartemen Eunbi"

Dahyun membesarkan matanya. "Eunbi masih hidup?"

Jihyo terkikik. "Kau ini, tak pernah merespon baik padanya"

Dahyun terkekeh. "Aku merindukannya jadinya. Dimana dia?"

"Sibuk berkencan"

Dahyun mengernyit. "Dengan siapa?"

"Sepupumu"

"Jinjja?!" lagi lagi Dahyun terkejut, banyak sekali kejutan di hari ini untuknya.

Jihyo mengangguk terkekeh kecil. "Ey... Taehyung tak pernah mengatakan hal itu" Dahyun berdecih.

Jihyo melirik pakaian putih polos yang Dahyun kenakan sekarang. "Kau sendiri, bagaimana?"

Dahyun mengernyit tidak mengerti maksud pertanyaan Jihyo. Sampai kedua wanita itu menoleh mendengar sebuah suara.

"Da—"

"Eh... annyeong"

Jihyo sontak membungkuk melihat seorang pria yang bertelanjang dada menyapanya. Lalu pria itu berjalan kembali menaiki anak tangga itu. Jihyo perlahan beralih pada Dahyun.

"Ey... kau sudah mulai nakal ya" goda Jihyo memainkan alisnya.

Dahyun terkekeh. "Astaga, dia kan kekasihku. Sebentar lagi juga kami akan menikah"

"Kalian masih sama saja terus"

Dahyun mengangguk tersenyum. "Dia serius."

Jihyo tersenyum menanggapinya. Lalu kedua sahabat itu kembali berbincang mengenang masa dulu.

***
TBC...

aku gak tau apa yang kulakukan ini...? :)

Jihyo nya kurang pendek ya? Atau udh pas *xoxo

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 11.3K 48
⚠️WARNING!! n: sengaja di reupload karena sempat kena banned! Bara Winston seorang laki laki yang di cap cabul oleh seisi kampus nya dengan memanfaat...
713K 34.1K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
413K 23.5K 41
27 Oktober 2017 - 18 Februari 2018 Ini cerita gue... ⚠WARNING 18+ ⚠Tijel ⚠Bahasa non baku Gue fangirls EXO, other people said i'm crazy tapi gue gak...
28.9M 618K 22
🔴DILARANG KERAS PLAGIAT/JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN kalo lo mau di hargain,hargain orang!🔴 ❗️original story by inigue18❗️ 🕊 "Truth or dare?" "Dare...