Fake Love (17+) ✔

By ShiaMoer

213K 13.6K 3.4K

NC17+ *** Katakanlah Jungkook berbohong bahwa dia tak jatuh dalam pesona Jihyo. Jungkook takut mengakuinya ka... More

Cast
Prolog
[1] Wedding
[2] High School
[3] Chocolate
[4] Cooking
[5] One Night
[6] Swimming
[7] New Student
[8] Flirty Girl
[9] ill
[10] Club
[11] Back Home
[12] Jerk
[13] Stop It
[14] Think Again
[15] Practice
[16] We Will Support You
[17] Plan
[18] Cockroaches
[19] Noona
[20] Problem
[21] Cold
[22] Busan
[23] Hospital
[24] Because Park Jihyo
[25] Snow White And The Seven Dwarfs
[26] I Like It
[27] King Size
[28] My Lady
[29] Confused
[31] 5 Years Later
[32] Where Are You
[33] I Refused
[34] Meet Again
[35] Love U
[36] Jeon Company
[37] Missing U
[38] Problem SinV
[39] Still A Problem
[40] Problem SinV 2
[41] Problem SinV 3
[42] Romantic Jungkook For Jihyo
[43] Critical
[44] Fake Love END
Epilog
COMPLEX
Pic Junghyo

[30] I Want You

4.3K 272 110
By ShiaMoer

Kalian masih ingat smash nggak? kemarin baru comeback setelah 4 tahun vakum. and then aku buat liriknya :v

nikmati musiknya, enak kok. aku juga suka :D

***

"Halo Jungkook, ada apa?"

"Kau melihat Jihyo?"

Jimin melirik wanita bernama Jihyo itu yang kini duduk termenung. Sebentar ia menarik nafasnya panjang.

"Tidak"

Klik.

Sambungan itu terputus begitu saja selesai Jimin menjawabnya. Pria itu mengangkat kepalanya dari ponsel melihat Jihyo masih duduk termenung. Di sebelahnya Taehyung bingung akan melakukan apa. Karena sedari tadi wanita itu enggan bersuara. Mereka berdua sudah berusaha mengajak berbicara, tapi Jihyo hanya mengangguk atau menggeleng sebagai jawabannya. Kini mereka sekarang sangat mengharapkan Eunbi segera datang ke rumah Jimin ini.

"Kau ingin makan?" tanya Taehyung yang sudah ke berapa kali ia menawari hal itu.

Dan tetap saja jawaban Jihyo terus mengggeleng. "Tapi ini sudah malam Park Jihyo, kau harus mengisi perutmu" sahut Jimin mulai mendekat.

Terdengar helaan nafas kasar Jihyo. Kini bola matanya benar-benar menatap Jimin. "Apa aku benar?" lirihnya.

"Jangan terus merasa bersalah Park Jihyo. Yang kau lakukan ini benar." Ujar Taehyung.

Nafas Jihyo kembali mulai tercekat. Dadanya kembali mengilu. "Tapi aku pasti merindukannya"

"Merindukan jelas. Tapi ini juga demi kebaikanmu. Jangan biarkan dia menyakitimu terus." Sambung Jimin.

"Sekarang kau harus makan, lalu setelah itu Eunbi akan datang membantu memberesin barang-barangmu" Taehyung mengambil piring berisi nasi beserta lauk itu ke hadapan Jihyo.

Wanita itu menerimanya. Ia memandang Taehyung dan Jimin bergantain. "Terimakasih. Kalian sangat baik sekali padaku" suaranya masih terlihat lemas.

Kedua pria itu menyunggingkan senyum mereka dan mengangguk. Jihyo pun mulai menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya. Walau pikirannya masih tertuju pada pria bermarga Jeon itu. Sedang apa dia? Apakah Jungkook sekarang mencarinya? Atau malah bersenang-senang setelah kepergiannya? Ntahlah, ia malah berharap Jungkook mencarinya dan menahannya untuk pergi.

Jimin merasakan ponselnya bergetar. Ia menerima panggilan dari seseorang. Kakinya bergerak melangkah menjauh dari kedua orang itu lalu menjawab ponsel itu.

"Iya noona. Malam ini, kami akan mengantarnya."

"Berhati-hatilah saat di jalan."

"Tentu noona, selamat malam"

***
Eunbi datang tepat waktu. Ia langsung berlari memasuki kamar tamu di rumah Jimin itu. Dilihatnya sudah ada Taehyung dan Jimin dan jangan lupakan Jihyo yang kini sudah teridur pulas di ranjang itu.

"Bagaimana?" Eunbi mendekati ranjang Jihyo itu.

"Yah... berhasil. Walau dia sedari tadi terus menangisi Jungkook. Tapi akhirnya dia tenang juga. Kau tinggal membereskan barang-barangnya saja" ujar Jimin.

Eunbi menganggukkan kepalanya. Lalu ia beralih melirik jam di dinding itu. "Masih jam 8 malam. Kereta api perjalanan ke busan masih ada?"

"Aku ragu masih ada. Jika pun tak ada, kita bisa menggunakan mobilku" ujar Taehyung mengalihkan pandangan kedua orang itu.

"Bagaimana jika ketahuan Dahyun?" kini Eunbi menatap cemas. Ia juga takut, jika gadis berkulit putih itu mengetahui semua rencana mereka ini. Bukannya mereka tidak menganggap Dahyun sebagai teman mereka, hanya saja mereka takut Dahyun akan mengumbarkan segalanya, dan sia-sia rencana mereka.

"Aku punya alasan. Ayolah cepat kemasi barangnya" jawab Taehyung pasti.

Eunbi pun mengangguk dan segera mengemasi barang Jihyo. Teringat, rencana gila mereka pulang sekolah tadi buru-buru Jimin mendatangi rumah kecil Jihyo itu untuk menyudahi masa kontraknya dan mengatakan pada si pemilik jika ada seseorang yang bertanya, katakan sudah semalam Jihyo pindah. Lalu Taehyung bertugas mengantarkan surat pada Jungkook yang sempat Jihyo tulis saat di kamar mandi itu. Dan Eunbi yang bertugas membawa Jihyo kabur secepat mungkin. Pilihan mereka pun jatuh pada rumah Jimin. Karena jika ke rumah Taehyung, Dahyun juga berada disana. Dan jika di rumah Eunbi, Jungkook pasti akan berpikir cepat bahwa keberadaan Jihyo di rumah Eunbi.

"Apa aku ikut?" Jimin melirik kedua orang itu.

"Tidak usah. Jungkook akan curiga nantinya" ujar Eunbi mulai mengemasi baju-baju Jihyo ke dalam sebuah tas. Jimin memang sempat membawa pakaian-pakaian Jihyo sebagian.

"Aku dan Taehyung akan pulang secepatnya. Karena Jungkook pasti akan mencari kalian berdua." Sambung Eunbi lagi.

"Lalu dia?" Jimin kembali melirik Jihyo yang masih nyaman tertidur.

"Keberangkatannya pukul 6 pagi. Ini mudah sekali. Selesai kami mengantarnya ke bandara, kami akan langsung pulang" Jawab gadis berhidung mancung itu tanpa mengalihkan pandangannya.

Kedua pria itu menganggukkan kepala beberapa kali. Otak Eunbi benar-benar encer.

"Ponselnya, bagaimana? Aku sengaja menonaktifkan. Jungkook terus menghubunginya" Taehyung menunjuk ponsel Jihyo yang tergeletak di nakas itu.

"Aku akan membawanya" Eunbi langsung menyambarnya.

***
'Nomor yang anda tuju—'

"Sialan!!"

BRAK!

Jungkook mencampakkan begitu saja ponselnya. Layar ponsel itu terlihat sudah retak dimanapun. Pria itu terlihat tidak peduli. Wajah frustasinya benar-benar seperti orang gila. Beberapa kali ia sudah mencoba menghubungi nomor Jihyo, tapi tetap saja panggilan tak terjawab dan terkadang tidak aktif. Apa yang terjadi dengan wanita itu sekarang? Kemana perginya wanita itu? Kenapa ponsel wanita itu selalu tidak aktif. Sebenarnya apa yang terjadi?. Pikirannya mulai kalut. Wajah Jihyo berputar-putar di pikirannya. Rasa cemas tentu ada. Ia ingin menjelasi segalanya, tentang kejadian di rooftop itu, tapi kenapa Jihyo tiba-tiba seperti menghilang begitu saja tanpa jejak.

Sesuatu teringat di pikirannya. Sebuah surat. Surat yang sempat Taehyung berikan. Tubuhnya lantas bangkit dari king size-nya. Mengambil tasnya yang tercampak begitu saja di lantai itu, lalu menjungkir balikkan tas ransel itu. Tubuhnya berjongkok mencari surat merah jambu itu. Dan setelah ia mendapatkan surat itu. Ia duduk di sisi ranjang itu dengan kerutan di dahinya. Kenapa Jihyo malah memberikannya sebuah surat, kenapa tidak langsung berbicara padanya. Jungkook pun membuka surat merah jambu itu dan mulai membaca isi surat itu.

Hai... tuan Jeon?

Apa yang sedang kau lakukan sekarang? Ku harap kau sedang bersenang-senang. Yah, ku anggap kau sekarang sedang berpesta dan tertawa lebar. Jangan pernah menangis lagi Jeon Jungkook. Kau sudah besar, simpan tangismu itu. Aku akan bahagia jika kau tertawa lepas sekarang. Pergilah temui Kim Yerim. Dia memang gadis yang tepat untukmu Jungkook. Maaf, selama ini aku datang sebagai perusak hubungan kalian. Aku sungguh minta maaf. Karena ku juga kalian sering bertengkar dan hampir berpisah. Aku sangat bersalah sekali. Walau sejujurnya, aku ingin sekali memilikimu sepenuhnya. Kau tahu tuan Jeon, jantungku selalu berdetak kencang saat bersamamu. Ini semua karena aku telah mencintaimu. Aku selalu cemburu melihatmu bermesraan dengan Kim Yerim. Tapi aku tidak punya hak. Aku sadar aku bukan siapa-siapamu. Perlakuan manismu padaku membuatku ntah kenapa semakin mencintaimu. Disaat itu, aku sangat berharap sekali kau membalas cintaku. Tapi rasanya mustahil, kau sangat mencintai Kim Yerim. Kau hanya menganggapku sebagai tempat luapan emosimu, nafsumu, rengekan manjamu, dan mungkin ibumu hehee... kau begitu lucu jika sudah menangis di depanku. Sikapmu benar-benar seperti anak kecil, tapi aku semakin mencintaimu. Tenang saja mengenai rooftop tadi. Aku memang kecewa. Tapi aku kecewa dengan diriku yang jatuh cinta pada kekasih orang lain. Jangan khawatirkan aku dan jangan pernah merasa bersalah. Sekarang aku ingin kau menjaga dirimu baik-baik. Jaga kesehatanmu, jangan memakan makanan pedas, perutmu bisa sakit. Masaklah makanan yang baik. Kita juga sudah lulus sekarang, belajarlah lebih giat. Agar kau bisa menjadi orang sukses. Aku akan gembira kelak melihat berita CEO sukses tampan bernama Jeon Jungkook. Dan aku ingin kau tetaplah tersenyum. Aku akan pergi. Aku pergi bukan berarti aku marah padamu, tenang saja tuan Jeon. Aku pergi hanya ingin menenangkan hatiku. Aku ingin menghilangkan kekecewaan pada diriku sendiri ini. Jangan pernah mencariku. Kumohon jangan pernah. Aku hanya pergi sebentar. Jika kekecewaan ku ini sudah tidak ada lagi, aku akan kembali lagi. Kita bisa bertemu, dan mungkin memulai pertemanan baik? Hahaa...

Sudah ya, aku lelah menulis.

Salam Park Jihyo untuk Jeon Jungkook, pria yang sangat ku cintai.

"SHIT!"

Jungkook benar-benar seperti kesetanan yang langsung menyambar kunci mobilnya berlari keluar apartemennya setelah membaca panjang lebar isi surat merah jambu itu. Seperti tak berpikir lama lagi ia menancapkan gasnya meninggalkan parkiran bawah tanah apartemennya. Sekarang tiba-tiba pikirannya bertujuan pergi ke busan. Malam ini tanpa membawa barang apapun. Ia merasa yakin wanita itu sekarang ada di busan menenangkan diri.

"Aku tak akan membiarkannya Park Jihyo. Kau tak bisa pergi"

***
Taehyung melirik spion diatas kepalanya, lalu kembali fokus menyetir kedepan. Kedua perempuan dalam tumpangannya ini sudah tertidur pulas. Eunbi yang kelihatan ikut lelah sudah tertidur di jok sebelahnya. Dan Jihyo yang memang sedari tadi tertidur di belakang. Jalanan sudah gelap gulita, ini sudah hampir tengah malam. Taehyung pastinya berkemudi hati-hati, apalagi ia membawa dua wanita.

Tiba-tiba saja ada sebuah mobil menyelenang melewati mobil Taehyung, membuat pria itu tersontak menginjak rem. Hal ini membangunkan Eunbi, tetapi Jihyo sama sekali tak terusik.

"Ada apa?" Eunbi menguap sebentar menatap Taehyung.

Taehyung masih memandang kedepan. Jantungnya sempat akan keluar dari tempatnya. Jika saja tadi ia tidak mengerem, mungkin mereka akan mengalami kecelakaan.

"Ada mobil gila tadi"

Eunbi menghela nafas. "Lanjutkan sajalah"

Taehyung pun melanjutkannya. Baru setengah perjalanan, Taehyung kembali mengerem mendadak, membuat Eunbi mulai geram.

"Ada apalagi?"

Taehyung terdiam. Membatu di tempat setelah mengingat mobil tadi. Perlahan kepalanya bergerak menatap pada Eunbi.

"Mobil tadi... mobil Jungkook. Aku hafal sekali plat-nya"

Eunbi sontak membelakak. Ia melirik sebentar Jihyo masih tertidur pulas. Lalu kembali menatap Taehyung.

"Sepertinya, dia memang akan ke busan"

Eunbi menggigit kukunya membenarkan ucapan Taehyung itu. Ini sudah setengah perjalanan mereka. Tak mungkin mereka berbalik arah lagi. Pria bermarga Jeon itu pintar sekali langsung menebak.

"Bagaimana ini?" Taehyung mulai gusar.

Eunbi masih diam berpikir. Bagaimana caranya mereka ke busan tanpa ketahuan Jungkook. Besok jam 6 pagi sudah keberangkatan Jihyo. Tak punya waktu lagi. Masih dalam pikirannya, tiba-tiba terlintas sesuatu.

"Hubungi kakak Jungkook! Katakan tidak tahu dimana Jihyo berada. Aku yakin sekali, dia juga akan bertanya pada Somin unnie"

Taehyung mengangguk dan mengeluarkan ponselnya. Tapi ia kembali mengangkat kepalanya menatap Eunbi. "Lalu kemana kita akan membawanya?"

"Nanti kita akan ke rumah Somin unnie, aku yakin dia tak akan berpikir kesana. Sudah cepatlah"

***
Somin menghela nafas kasar. Ia melirik sebentar jam di tangannya, kemudian matanya kembali menatap adik laki-lakinya kini sedang tertidur pulas di sofa ruangannya. Jam 4 pagi tadi, Jungkook tiba-tiba datang rumah sakit ini. Ia yang tadinya sudah tertidur di kamar khusus dokter, terkejut dengan kedatangan Jungkook itu yang di beritahu perawat disini. Ntah angin apa yang membuat adiknya itu datang kesini, belum lagi jam 4 pagi. Kenapa tidak datang pagi kira-kira jam 10 pagi saja. Belum lagi ia melihat penampilan Jungkook benar-benar kacau. Mata memerah dan rambut yang hancur seperti orang frustasi. Ingin bertanya ada apa dengan adiknya itu, alih-alih Jungkook membisu dan memilih tidur di sofa ruangan kerjanya. Dan pada akhirnya ia membiarkan saja.

Somin mengambil ponselnya berniat menghubungi suaminya itu agar menjemput Jungkook. Namun, perhatiannya pada beberapa panggilan dari Taehyung dan sebuah pesan. Ia membuka dan membaca pesan itu.

'Noona, Jungkook akan datang mencari Jihyo. Katakan tidak tahu, jika dia menayai Jihyo. Kami juga sudah membawa Jihyo ke rumahmu, suamimu sudah mengijinkannya. Tenang saja aku dan Eunbi disini. Dan jam 6 nanti kami langsung berangkat ke bandara'

Kepala Somin terangkat memandang adiknya itu. Sekarang ia tahu penyebab Jungkook seperti ini. Perlahan ia mendekati Jungkook, membungkuk mengelusi kepala itu.

"Kau seperti ini karenanya, mmh?"

Somin bergumam pelan masih mengelus kepala Jungkook lembut. Rasa kasihannya mulai menyelimutinya. Bagaimana bisa ia membiarkan adik satu-satunya ini seperti ini. Rasanya ia ingin membantu Jungkook, namun ia sudah berjanji duluan untuk mengunci rapat mulutnya. Bahkan ia ikut serta membantu semua rencana adik-adiknya itu.

"Apa jangan-jangan kau sudah ke rumahnya?"

Somin masih bergumam. Dan berpikir, Jungkook pasti akan duluan mendatangi rumah Jihyo terlebih dahulu. Dan setelah tak mendapatkan jawaban pasti, berakhirlah Jungkook tertidur di sofa yang sama sekali tidak nyaman ini.

"Somin?"

Somin berbalik melihat suaminya masuk kedalam ruangan kerjanya.

"Mereka sudah berangkat" ujar Matthew yang langsung di mengerti Somin.

Sedikit terkejut Matthew melihat kehadiran Jungkook di sofa itu. Somin hanya meletakkan jari telunjukkan di bibir agar tak terlalu berisik.

"Jihyo?"

Kedua orang itu menoleh pada Jungkook. Pria itu masih memejamkan matanya tapi mulai bergumam tak jelas.

"Jihyo? Kau dimana?"

Somin mulai merasakan dadanya berdenyut melihat adiknya itu. Ia pun mendekat menghapus keringat Jungkook mulai berkeluaran.

"Jihyo? Hhh... kau dimana?"

"Jungkook?" Somin mengusap kepala itu pelan.

Jungkook membuka matanya lebar. Dengan nafas tesengal-sengal ia terbangun dari tidurnya. Memperhatikan sekelilingnya.

"Dimana Jihyo?" kini ia beralih pada kakaknya.

"Jihyo? Kenapa kau mencarinya kesini? Tentu dia ada di seoul"

Jungkook menggeleng keras. "Aku tahu dia ke busan. Noona, noona tahu dimana dia?"

Somin menggeleng yakin. "Tidak Jungkook. Aku tidak melihatnya sama sekali"

Jungkook berdiri dan bersiap pergi tapi Somin langsung menahan tangan pria itu. "Kau mau kemana?"

"Ke rumah Jihyo, aku tahu dia disana"

"Kau harus makan pagi dulu"

"Nanti saja noona." Jungkook melepaskan tangan itu dan langsung pergi begitu saja.

Somin mendesah kasar. Kedua suami istri itu saling pandang.

***
Terduduk lemah sambil merenung. Itulah yang dilakukan Jungkook sekarang. Somin tak tahu harus melakukan apalagi dengan adiknya ini. Sudah 3 hari Jungkook tak ingin pulang sebelum mendapatkan Jihyo kembali. Pria itu juga sudah bolak-balik mendatangi rumah Jihyo, dan hasilnya tetap sama. Keluarga Jihyo bahkan mulai merasa muak karena kehadiran Jungkook yang terlihat merusuh ingin memasuki rumah mereka. Somin akhirnya turun tangan, meminta maaf pada keluarga itu. Beruntungnya, keluarga itu memang memiliki hati yang baik, memaafkan Jungkook begitu saja. Dan sekarang dia sungguh bingung akan melakukan apa agar Jungkook kembali ke seoul melanjutkan kuliahnya. Namun, nyatanya pria itu malah lebih memilih disini dengan keadaan bisa di bilang kacau.

"Jungkook, besok ibu dan ayah akan kembali" Somin memulai percakapan itu.

Jungkook hanya memandang lirih Somin. "Terserah. Aku tidak peduli lagi pada mereka"

Suara pria itu terdengar sangat lemah, membuat Somin merasa prihatin.

"Dia ingin bertemu denganmu Jungkook"

Jungkook tak mendengarnya. Ia tetap diam memandang kosong. Di pikirannya hanya ada satu. Park Jihyo. Dimana wanita itu. Kemana wanita itu pergi. Jika wanita itu tak ada di busan tempat tinggal sesungguhnya, lalu dimana Jihyo sekarang?.

"Jungkook..."

"Terserah noona! Terserah! Lakukanlah semau kalian!!" Jungkook berteriak di depan Somin itu.

Kemudian pria bergigi kelinci itu pergi begitu saja meninggalkan ruangan kerja Somin. Wanita hamil itu mengelus dadanya. Rasanya dirinya jadi ingin menangis melihat keadaan Jungkook sekarang. Bagaimana bisa hanya karena seorang wanita, Jungkook seperti ini.

***
Jimin mengurut pelipisnya. Ia melirik Taehyung sebentar, pria itu hanya menggeleng pelan. Suara dentuman musik memekakan telinga itu yang biasanya mereka nikmati, kini malah berhasil membuat Jimin semakin pusing. Ia melirik sahabat satunya yang sekarang mulai mabuk. Seminggu penuh, setelah kepulangan Jungkook dari busan, dia sebagai sahabat selalu senantiasa menemani pria ini. Walau akhirnya dirinya hanya bisa diam memandangi Jungkook yang memilih melamun seperti orang bodoh.

"Hei Jungkook" Taehyung mulai mengguncang tubuh Jungkook.

Pria bermarga Jeon itu menghiraukan panggilan itu. Jimin menggeleng beberapa kali melihat keadaan Jungkook ini. Sudah banyak botol alkohol habis di telan Jungkook, ia yakin pria itu sudah mabuk berat. Tubuh Jungkook yang mulai terhuyung dan kepala itu yang tertunduk di meja bar itu.

"Jungkook sadarlah" Kali ini Jimin yang bersuara seraya mengguncang bahu Jungkook itu.

Pria itu mengangkat kepalanya. Walau pandangannya mulai sayu, ia tetap kembali meneguk alkohol itu memasuki kerongkongannya. Rasa pahit jelas ada, seperti yang dirasakan hatinya ini.

"Jungkook, kau sudah mabuk, hentikan" Taehyung mengambil botol bir itu yang sudah hampir habis.

Jungkook berdesis, mengambil paksa botol itu dan kembali meneguk habis. "Sialan!"

Umpatan itu berhasil membuat kedua sahabatnya menggeleng beberapa kali karena keadaan Jungkook ini.

"Dimana dia?"

"Dimana Park Jihyo!?"

Jungkook mulai mabuk berat. Ia kembali membuka botol alkohol itu, tapi segera Jimin menahannya.

"Kau sudah mabuk berat. Sebaiknya kita pulang saja"

"Diam Park Jimin!! Kembalikan!" Jungkook merampas kasar botol itu dan kembali meneguknya.

Taehyung dan Jimin merasa kasihan melihat sahabatnya ini. Tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Mereka akhirnya memilih diam membiarkan Jungkook dengan botol-botol alkohol itu. Sampai kedua orang itu mengerutkan dahinya lalu mendekat memperhatikan Jungkook.

"Dimana Park Jihyo..."

Kedua sahabat itu membelakak, terkejut melihat Jungkook kini mengeluarkan air matanya.

"Hei Jungkook...?" Jimin menyentuh pundak pria itu.

Jungkook menoleh pada Jimin, tak menyadari kini ia sedang menangis di depan kedua sahabatnya. "Dimana dia?"

"Park Jihyo... dia berjanji tidak meninggalkanku"

Jimin dan Taehyung akhirnya memilih mendengar curahan hati Jungkook itu.

"Dia berjanji tidak meninggalkanku"

"Dia sudah berjanji tidak akan pergi. Tapi kenapa dia pergi? Kenapa dia tidak mau mendengar penjelasanku? Kenapa dia langsung pergi saja? Kemana dia pergi? Aku ingin bertemu dengannya..."

Jungkook berhenti sesaat, lalu melanjutkan curahannya.

"Aku benar-benar merindukannya..."

"Jungkook?"

Jungkook mengangkat kepalanya seperti mendengar suara alunan lembut memanggilnya.

"Jihyo?"

Senyum itu mulai menaik, air matanya perlahan mulai kembali turun melihat wanita itu berdiri di depannya sambil tersenyum manis. Betapa manisnya wajah itu.

"Hajima"

Bayangan wanita itu menggeleng pelan seakan menyuruhnya untuk tidak menangis. Kemudian tersenyum tipis. Dan tak lama bayangan itu mulai menghilang. Kepala Jungkook spontan memutar ke segala arah.

"Jihyo, kau dimana?"

"Jungkook" Taehyung mencoba menghentikan Jungkook yang mulai bergerak dengan tubuh yang mulai terhuyung.

"Jihyo?! Kau dimana?!!" Jungkook berteriak begitu saja, melupakan tempat mereka berada.

"Hei tenanglah Jeon Jungkook" Jimin menarik pria itu kembali duduk.

Jungkook menghela nafas kasar. Ia kembali meminum alkohol itu.

"Kenapa... kenapa dia jahat sekali? Kenapa dia meninggalkanku? Kenapa... kenapa dia tidak mau mendengarkan penjelasanku. Kenapa... kenapa...? Aku... aku ingin dia"

Air mata itu mulai meluruh terus, memang tak ada isakan tapi hanya air mata yang mengalir deras.

"Dia belum mendengarkan penjelasanku. Kenapa dia langsung pergi begitu saja? Aku ingin menjelaskan semuanya! Aku ingin dia tahu, kalau aku juga mencintainya!! Aku ingin dia tahu! Kenapa dia bilang, aku tidak mencintainya! Siapa yang mengatakan itu?!!"

"Aku ingin dia..."

"Aku ingin dia Taehyung-ah..."

Suara lemah itu beralih pada Taehyung. Pria bermarga Kim itu hanya bisa diam memandangi temannya itu.

"Aku ingin dia kembali... tolong bantu aku"

"Jeon Jungkook sadarlah. Kau sudah menyakitinya beberapa kali. Mungkin ini namanya pembalasan. Sadarkah kau dia sering menangis karenamu. Dan mungkin ini tepat untuknya meninggalkanmu." Jimin akhirnya bersuara, tak tahan melihat Jungkook yang terus bergumam tak jelas.

"Tapi, seharusnya dia mendengar penjelasanku... Kenapa dia harus pergi? Aku ingin dia kembali..."

Kepala Jungkook menunduk, membiarkan air matanya semakin deras turun. "Aku ingin Park Jihyo. Aku ingin dia..."

"Aku mencintainya... apa yang harus ku lakukan sekarang?"

PRANG!!

Jimin dan Taehyung tersontak terkejut saat tiba-tiba Jungkook mencampakkan semua botol-botol kosong, itu yang akhirnya terpecah tak beraturan. Segera Jimin dan Taehyung membungkuk bersalah pada orang yang berhasil tertarik memperhatikan mereka.

"YHA!! DIMANA WANITA ITU!!" Jungkook berteriak keras tak memperdulikan semua pandangan tertuju padanya.

"Jungkook-ah, tenanglah" Jimin memegang pundak pria itu, tapi yang ada Jungkook malah menepis kasar tangan itu.

"DIAM! AKU TAHU KAU MENYEMBUNYIKAN JIHYO, KAN?!!"

Kini malah Jimin yang kena imbasnya. Jungkook malah menarik kerah baju Jimin, sehingga pria itu terkejut. Taehyung buru-buru menarik tangan Jungkook itu.

"Hei Jungkook! Dia Jimin! Apa yang kau lakukan?"

Jungkook menghempaskan tubuh Jimin itu. "SIALAN WANITA ITU! KEMANA DIA PERGI?!!!"

"SHIT! PERSETAN KALIAN SEMUA!"

"ARGGHH!!"

Taehyung yang baru membantu Jimin berdiri menatap miris Jungkook. Pria itu benar-benar seperti orang gila. Menarik rambut itu kasar. Lalu pria itu kembali duduk, tubuh yang sudah mabuk membungkuk. Tak lama isakan malah terdengar.

***
TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

722K 34.3K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
117K 9.8K 20
#139 in Short Story (12-05-2018) #65 in Short Story (13-05-2018) "Ya Tuhan andai hamba bisa punya pacar seganteng dan semanis Kak Suga..." Itu hanya...
8.6M 175K 134
18++ adult content, teenage story Claudya POV Hai! Aku Claudy, aku punya dua sahabat kecil yang dekat sekali denganku. Kenzo dan Daniel. Sebenarnya a...