Fake Love (17+) ✔

By ShiaMoer

213K 13.6K 3.4K

NC17+ *** Katakanlah Jungkook berbohong bahwa dia tak jatuh dalam pesona Jihyo. Jungkook takut mengakuinya ka... More

Cast
Prolog
[1] Wedding
[2] High School
[3] Chocolate
[4] Cooking
[5] One Night
[6] Swimming
[7] New Student
[8] Flirty Girl
[9] ill
[10] Club
[11] Back Home
[12] Jerk
[13] Stop It
[14] Think Again
[15] Practice
[16] We Will Support You
[17] Plan
[18] Cockroaches
[19] Noona
[20] Problem
[21] Cold
[22] Busan
[23] Hospital
[24] Because Park Jihyo
[25] Snow White And The Seven Dwarfs
[26] I Like It
[28] My Lady
[29] Confused
[30] I Want You
[31] 5 Years Later
[32] Where Are You
[33] I Refused
[34] Meet Again
[35] Love U
[36] Jeon Company
[37] Missing U
[38] Problem SinV
[39] Still A Problem
[40] Problem SinV 2
[41] Problem SinV 3
[42] Romantic Jungkook For Jihyo
[43] Critical
[44] Fake Love END
Epilog
COMPLEX
Pic Junghyo

[27] King Size

5.2K 257 69
By ShiaMoer

gfriend finish! sinbi-ah~...

masih 17 + gaess

***
Jihyo sudah bersiap ingin mandi. Tadi pagi ia tidak mandi, tubuhnya begitu lengket. Ia sudah tak tahan lagi dengan tubuhnya yang mulai mengeluarkan bau tidak enak. Namun, kakinya terhenti di ambang pintu kamar mandi itu melihat Jungkook juga di dalam sana sedang mencukur. Pikirannya mulai menyusun bagaimana caranya pria itu keluar sebentar dari kamar mandi ini.

"Ya tuan Jeon!"

Jungkook mengalihkan pandangannya menatap Jihyo dari pantulan kaca kamar mandi besar itu.

"Tolong keluar sebentar saja. Aku ingin mandi"

Jungkook menarik alisnya satu. "Yasudah mandi saja" pria itu kembali berkutat sibuk mencukur jenggotnya yang sudah tak ada lagi.

Jihyo mendengus. Bagaimana bisa ia mandi, jika pria itu masih disini. Bagimana ia bisa membuka bajunya. "Kau sudah tidak memiliki kumis dan jenggot lagi. Sekarang keluarlah, giliranku"

Jungkook mencuci sebentar wajahnya dan meletakkan alat cukur itu, lalu memperhatikan tubuh Jihyo dari bawah sampai atas masih dari pantulan kaca di depannya. Smirknya keluar.

Tubuh pria itu berbalik. "Bagaimana jika kita mandi bersama?"

Wajah genit itu membuat Jihyo bergidik. "Hentikan pikiran mesummu tuan Jeon. Keluarlah, aku ingin mandi"

Jihyo bergerak mendekat, mendorong tubuh besar pria itu keluar. Buru-buru ia menutup pintu kamar mandi itu dan menguncinya. Berhubung pintu kamar mandi itu modelnya transparan dan sampai di bahu Jihyo kebawahnya blur, Jihyo dapat melihat jelas wajah Jungkook mengotot ingin masuk. Tawanya menjadi pecah. Lidahnya keluar menjulur mengejek pria itu.

Jungkook semakin gemas, ia mengetuk pintu kamar mandi yang transparan itu. Ingin segera di bukakan. Wanita itu malah tertawa sambil menggeleng beberapa kali.

"Ya! Buka pintunya" ketuk Jungkook lagi.

Jihyo menunjukkan gigi-giginya lalu menggeleng lagi. Tiba-tiba terlintas ide jahil yang ia yakin berhasil membuat Jungkook menggila. Kedua alisnya bermain, menghentikan kegiatan ketukan Jungkook itu. Pria itu mulai memperhatikan apa yang akan dilakukan Jihyo. Sampai tiba-tiba kedua matanya membelakak melihat wanita itu telah mengangkat panty milik wanita itu berwarna hitam keatas. Jika saja pintu kamar mandi itu tak bermodel blur kebawahnya, ia sudah dapat melihat jelas tubuh Jihyo tanpa panty itu.

Jihyo terkekeh senang melihat Jungkook kembali gencar mengetuk pintu itu. Ia yakin milik pria itu mulai mengeras saat ia menunjukkan panty-nya ini. Untuk kali ini, ia ingin mengerjai Jungkook. Sekali-sekali ia bisa mengerjai pria ini. Ia meletakkan panty hitam itu begitu saja di lantai. Lalu beralih menurunkan tali branya satu persatu. Setelah itu kembali mengangkatnya tinggi, menunjukkannya pada Jungkook sambil tersenyum jahil.

"YA PARK JIHYO! BUKA PINTUNYA!" Jungkook semakin gemas melihat wanita itu. Bra hitam terangkat itu sudah berhasil merangsang seluruh organ tubuhnya. Beraninya wanita itu memainkannya. Awas saja jika wanita itu tertangkap di tangannya, ia tak akan melepaskan wanita itu sedikitpun.

Jihyo tertawa keras. Melihat wajah Jungkook mengotot itu saja ia tampak senang sekali. Sekarang giliran ia membuka kaus itu, kemudian mengangkatnya tinggi. Tak lupa ia menggigit bibir bawahnya menggoda pria di luar itu. Dan sekarang tubuhnya sudah tak ada sehelai benang sedikitpun.

"Ya Park Jihyo! Hentikan!! Bukan pintunya cepat!!"

Jungkook semakin gusar. Ia merasa celananya mulai terasa sempit. Tubuhnya mendadak panas. Ingin segera ia masuk kedalam kamar mandi itu membiarkan miliknya ini menemui tempat terindahnya.

Jihyo memainkan jari telunjukkan kemudian menggoyangkannya kedepan. Sekali lagi ia menggigit bibir bawahnya, kemudian mengerlingkan sebelah matanya lalu melangkahkan kakinya.

Jungkook berdesis melihat Jihyo memilih pergi masuk lebih dalam di kamar mandi itu.

"Shit!"

Jungkook mengumpat. Disaat seperti ini wanita itu berani sekali memainkannya. Ia berjanji setelah wanita itu keluar dari kamar mandi, ia akan membuat tubuh wanita itu kembali berkeringatan dan akhirnya lengket lagi.

"Awas saja kau Park Jihyo" Seringai itu keluar.

***
Eunbi mengerang malas di tempat tidurnya. Setelah ia kembali dari rumah Jimin, ia kembali tidur. Namun, baru beberapa menit ia di alam mimpinya Dahyun datang sebagai perusak menganggu tidurnya. Dan lagi, mengajaknya jalan-jalan.

"Besok ujian. Aku tidak mau Dahyun"

"Ck, ayolah sebentar saja. Aku bosan di rumah terus" keluh Dahyun ikut merebahkan tubuhnya disamping gadis itu.

"Malas. Lagian besok ujian, kau tak belajar?"

Dahyun menggeleng. "Aku tidak tahu yang mana harus di pelajari. Biasanya Jihyo akan selalu mengajariku. Tapi hari ini ponselnya tidak aktif, aku sudah terus menghubunginya"

"Yasudah pergi bersama Taehyung saja"

Kali ini Dahyun menggeleng lebih keras. "Tidak mau. Tidak asyik berjalan dengannya. Ayolah Eunbi-ah"

Eunbi kembali mengerang malas. "Tidak. Aku ingin tidur"

"Kalau begitu ayo belajar"

Eunbi menggeleng beberapa kali. Ia saja malas untuk berjalan-jalan, apalagi belajar. "Tidak"

"Ah Eunbi-ah, kau tak mengasyikan" Eunbi bangkit dari tidurnya.

"Kenapa tidak pergi bersama kekasihmu saja?"

"Dia sibuk"

Eunbi membuka matanya. Diam sebentar memperhatikan wajah Dahyun itu. Gadis berkulit tahu itu sedikit merinding melihat wajah serius itu. Ada apalagi dengan gadis itu? Lama-lama jika ia berdekatan dengan Eunbi, ia sendiri takut karena perubahan wajah Eunbi bisa terus berganti dalam hitungan detik.

"Kau tidak mencurigai kekasihmu?"

Pertanyaan itu mengerutkan dahi Dahyun. "Ha?"

Eunbi bangkit dari tidurnya yang diikuti Dahyun juga. Gadis mancung itu menatap Dahyun dalam. "Kekasihmu... ayo kita ikuti dia!"

Tiba-tiba saja Eunbi bangkit dari duduknya dan menarik Dahyun begitu saja. Walau gadis berkulit tahu itu bingung, pada akhirnya ia tetap mengikut kemana Eunbi menariknya.

Dan sampailah mereka di sebuah mall besar. Walau Dahyun masih bingung, ada apa gerangan dengan kekasihnya itu. Kenapa bisa Eunbi mencurigai kekasihnya, padahal mereka tidak saling mengenal satu sama lain. Atau jangan-jangan Eunbi berhasil membaca apa yang dilakukan kekasihnya itu diluar. Ia beralih melihat Eunbi yang sekarang sibuk mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru mall luas ini. Lalu tiba-tiba gadis mancung itu kembali menarik tangannya, dan ia hanya pasrah.

Eunbi berhenti diikuti Dahyun. Masih dengan mengedarkan pandangannya, tanpa berkata sekalipun. Dahyun juga tidak banyak tanya, hanya diam membiarkan Eunbi membuktikan segalanya tentang kekasihnya. Sampailah pandangan kedua gadis itu berhenti melihat dua sepasang manusia yang tak asing di mata mereka saling menyatukan tangannya dan mengenggam. Si gadis itu tanpa malunya memeluk pria itu di banyak pasang mata memperhatikan mereka.

Gadis berkulit putih itu perlahan bola matanya melirik Eunbi yang mematung di tempat dengan pandangan nanar kedepan sana.

"Eunbi-ah... yang kau maksud bukan kekasihku, kan? Tetapi Taehyung?" Dahyun bertanya ragu.

Eunbi mengedipkan matanya beberapa kali. Segera menatap Dahyun dan tersenyum paksa. "Yah... ku pikir kekasihmu. Ternyata aku salah. Rupanya Taehyung dengan Jennie. Maaf, hehee..."

Dahyun menatap gadis itu. Kekehan yang palsu serta wajah berpura-pura baik. Bahkan ia dapat melihat wajah gadis itu berubah sedetiknya menjadi sedih, tapi buru-buru Eunbi tersenyum menutupi segalanya. Dahyun kembali melihat kearah sepupunya. Tega sekali pria itu berbuat seperti ini. Disaat yang ia tahu Taehyung sepertinya mulai menyukai Eunbi dan Eunbi memang menyukai Taehyung, tapi pria itu kembali bersama Jennie. Apa yang di pikiran Taehyung sekarang. Awas saja sepupunya itu jika berhasil membuat Eunbi menangis. Akan ia laporkan pada ibu Taehyung.

Eunbi tersentak saat Dahyun menarik tangannya tiba-tiba. Sepasang matanya melebar saat tahu Dahyun membawanya ke tempat Taehyung.

'Baiklah. Tarik nafasmu Eunbi. Semuanya akan baik-baik saja'

Eunbi bergumam dalam hati mencoba menenangkan kegundahan hatinya ini.

"Ehemm... Wah Taehyung-ah, sedang apa kau?" Dahyun melipat tangannya di dada melirik Jennie sinis.

Taehyung tekejut melihat kedua gadis itu setelah melepaskan pelukan itu dengan Jennie. Tapi lebih tepatnya matanya hanya memandang Eunbi. Wajah gadis berhidung mancung itu memandangnya datar dan dingin seperti biasanya.

"Eunbi-ah... aku bisa menjelaskannya"

Eunbi mengernyitkan dahinya. Berpura-pura seolah tidak tahu apa-apa. "Ha? Penjelasan apa?"

"Aku dan Jennie hanya sekedar berjalan saja. Percayalah Eunbi-ah" Taehyung mencoba menggapai tangan gadis berhidung mancung itu, tapi yang ada malah Eunbi menepisnya.

"Apapun yang kalian lakukan, aku tidak peduli. Lakukanlah semaumu kalian. Aku bukanlah siapa-siapa mu Taehyung" balas Eunbi dingin.

Dahyun berdecih. "Yasudah Eunbi, ayo kita pergi dari sini. Ku pikir mereka butuh waktu berdua"

Dahyun siap menarik tangan Eunbi, tapi tiba-tiba Taehyung menarik tangan Eunbi. "Tidak. Eunbi bersamaku. Pergilah sendiri kalau kau mau"

Pandangan Taehyung masih tertuju pada Eunbi. Jennie yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara.

"Astaga. Gadis ini memanglah perusak. Rrh... Taehyung-ah, biarkan sajalah dia pergi. Bukankah hari ini kita kencan"

Eunbi menepis kasar tangan Taehyung itu. "Ya, baiklah. Aku pergi. Nikmatilah kencan kalian" ujarnya seraya tersenyum sinis melirik dua orang itu.

Eunbi buru-buru menarik Dahyun pergi dari tempat itu. Senyumnya meluruh. Hatinya mendadak mengilu. Kenapa sekarang ia merasa sakit hati. Padahalkan, ia sendiri yang menolak pria itu tadi. Omongan pria itu memang palsu. Tak baik untuk di percaya. Beruntungnya juga ia menolak pria itu tadi, bagaimana jika ia menerimanya. Bisa jadi pria itu bermain terus di belakangnya. Cih.

***
Wanita berponi itu mendengus. Kedua tangannya terangkat menciumi seluruh tubuhnya. Hidungnya langsung tercium bau tak sedap bekas keringat yang sudah mengering ini. Baru beberapa jam, ia selesai melakukan ritual membersihkan badanya. Tapi, sekarang tubuhnya kembali bau. Sebagai orang pembersih, Jihyo benar-benar tidak suka dengan bau tidak sedap ini. Ini semua juga karena pria yang mendekapnya ini. Menyebalkan memang. Baru tadi ia menapakkan kakinya di luar kamar mandi itu, tiba-tiba ada orang mesum sudah menunggunya dan tanpa aba menidurinya kembali. Hingga keduanya benar-benar keringat dan keringat mereka bercampur aduk. Jihyo sudah tak tahu lagi tubuhnya sekarang ini menjadi bau apa.

"Jungkook, lepaskan!" Jihyo menatap pria itu bengis.

Jungkook menurut, ia melepaskan tangannya. Wanita itu berdesis, memukul dada itu. "Lepaskan!"

"Aku sudah melepaskannya" Pria itu tersenyum kecil dalam mata terpejam.

Jihyo memukul sekali dada pria itu dengan keras. "Lepaskan Jungkook! Aku ingin belajar, besok ujian"

"Aku sudah melepaskan pelukanku Park Jihyo" Jungkook terkekeh kecil lalu membuka matanya melihat wajah Jihyo yang menatapnya tajam.

"Jangan berpura-pura bodoh Jeon Jungkook. Cepat lepaskan milikmu itu!!"

Jungkook tertawa genit. Ia kembali mendekap tubuh polos itu. "Biarkan saja. Itu memang disitu tempatnya"

Jihyo berdesis mendorong dada itu menjauhinya. "Jika kau tidak melepaskannya, aku akan—ahh..."

Wanita itu mendesah sebentar saat tiba-tiba pria itu melepaskan milik pria itu darinya. Ia kembali melihat wajah Jungkook kini terkekeh pelan.

"Dasar pervert!"

Jihyo bergerak menuruni king size itu dengan selimut tebal itu yang melilit di tubuhnya. Sebentar ia melirik jam di dinding itu yang sudah menunjukkan 5 sore. Sebaiknya sekarang ia harus pulang. Besok ujian kelulusan di mulai. Sedangkan dia belum belajar sedikitpun. Satu harinya ini penuh dengan kegiatan yang mampu mengeluarkan keringat berlebihan.

"Jungkook, antarkan aku pulang" ujar Jihyo seraya memakai bra dan panty-nya membelakangi pria itu, masih dengan mencoba menutupi tubuhnya menggunakan selimut tebal itu.

Pria itu hanya berdehem pelan dan bergerak masuk ke kamar mandi tanpa malu sedikitpun dengan tubuh polosnya itu. "Aku mandi sebentar"

Selesai kedua orang itu dengan kegiatan mereka. Jihyo yang memilih di rumahnya saja mandi, sudah selesai berpakaian. Dia yang hanya memakai kaus tipis kebesan milik pria itu dan celana pendek milik Somin. Berhubung saat Jungkook melihat bra wanita itu tembus dari luar, ia akhirnya memilih mengantar wanita itu menggunakan mobilnya. Ia tidak akan membiarkan pandangan liar itu memperhatikan miliknya ini. Hanya matanya yang bisa melihat milik Jihyo itu.

Mobil itu berhenti. Jihyo pun bergerak melepas seatbelt mobil itu. Sebelum ia membuka pintu itu, ia kembali menatap Jungkook. Pria itu menarik alisnya satu. Jihyo tersenyum mendekat lalu mengusap kepala itu bak anak kecil.

"Besok ujian, kau harus belajar agar bisa mendapatkan nilai terbaik disaat kelulusan. Dan setelah itu kau bisa menjadi orang sukses"

Seolah seperti seorang ibu, Jihyo terkikik kecil selesai mengusap kepala itu yang tanpa penolakan. Tapi tak sampai disitu, wanita itu tersentak saat Jungkook mencubit kedua pipinya lebar.

"Besok ujian, kau juga harus belajar agar bisa mendapatkan beasiswa dan kita bisa kembali bersama. Aku menunggumu"

Jungkook tertawa sambil memainkan pipi tembam itu. Lalu menekannya hingga bibir wanita itu memaju kedepan. Tak menyiakan kesempatan ini, tubuhnya mendekat dan mencium bibir itu. Jihyo tersenyum di sela ciuman itu. tangannya beralih ikut menekan memainkan pipi pria itu. Selepas ciuman itu, Jihyo mencubit pipi Jungkook sebentar. Lalu melambai tangannya.

"Aku masuk"

Jungkook tersenyum kecil menganggukkan kepalanya. Jihyo membuka pintu mobil itu dan menutupnya. Sekali lagi ia melambai lalu mulutnya berkomat-kamit mengatakan untuk berhati-hati pada pria itu. Jungkook tetap tersenyum masih memperhatikan tubuh itu menghilang dari rumah sederhana itu. Setelah itu ia memutar stir mobil itu.

Mobil sport itu keluar dari gang itu, perubahan wajah Jungkook berubah. Kedua alisnya bertaut tajam. Pandangannya mata itu mulai mendingin. Tangannya bergerak mengambil ponselnya dari jok mobil itu, menghubungi seseorang.

"Eodiya?"

***
Jimin mencoba mencari nafasnya. Oksigennya mulai berkurang banyak. Tangannya bergerak memberontak memukul tangan yang sedari tadi mencekik di lehernya.

"Aku tahu semuanya Park Jimin"

Pria itu tersenyum sinis semakin menarik kerah baju Jimin itu. Pria berstatus sebagai pacar Eunha itu menggeleng beberapa kali kepalanya. Ia mulai merasakan kehabisan nafas.

Pria itu akhirnya melepaskan tangannya. Masih menatap tajam Jimin. Giginya saling menggertak. Jimin mengambil oksigen sebanyak mungkin. Setelah beberapa detik kemudian, ia membalas tatapan tajam itu. Mendorong dada pria itu. Seenaknya mencekik dirinya setelah menelepon dirinya dimana keberadaannya.

"Kau bahkan belum mendengarkanku!"

Pria itu berdecih sinis. "Aku melihatmu bersama Taehyung. Kalian mengintip di tembok belakang sekolah itu. Kau pikir aku buta?! Jelas itu kalian!"

Jimin sebentar melirik kerah lain. Matanya mulai memanas. Bukan berarti ia ingin menangis. Sekarang ini ia benar-benar marah dan ingin memukul wajah sinis di depannya ini. Mereka bersahabat cukup lama, dan masing-masing mereka sudah menganggap seperti saudara sedarah. Tapi, setega itu pria di depannya ini asal menuding sahabat sendiri. Apa artinya mereka selama ini yang selalu menemani pria ini bertahun-tahun. Apa artinya selama ini mereka saling berbagi masalah, walau pria di depannya ini tak ingin mengumbar masalahnya pada mereka. Ia pikir, hanya dirinya dan Taehyung yang menganggap pria sinis ini sebagai sahabat. Buktinya, tanpa mendengarkan penjelasan darinya, pria ini langsung mencekik lehernya.

"Itu memang kami! Tapi jika mengirim foto itu bukan aku!!"

Pria itu kembali berdecih. Menarik smirknya. "Kau munafik Park Jimin"

Jimin mendesah kasar. "Wah... Jeon Jungkook, kau berhasil membuat kesabaranku hampir habis"

Jimin semakin menatap tajam pria bernama lengkap Jeon Jungkook itu. "Segampang itu kau menuduhku?! Aku sahabatmu Jeon Jungkook! Ah sepertinya, memang hanya aku yang menganggapmu sahabat. Miris sekali diriku ya" pria itu tersenyum sinis.

Jungkook menghela nafas panjang. Emosinya memang sudah di ambang batas. "Jika bukan kalian siapa lagi? Kalian disana!"

"Kami disana bukan berarti kami terus mengikutimu!! Kami tidak pergi ke rooftop itu! Salahmu sendiri berciuman dengan Kim Yerim tapi kau sendiri tak sadar telah mencintai Park Jihyo!!"

Jungkook terdiam. Mulutnya kaku untuk menjawab lagi. Kedua mata itu pun tak bergerak hanya menatap Jimin. Tubuhnya mendadak menengang saat kata cinta itu keluar dari mulut Jimin. Benarkah? Benarkah apa yang dikatakan Jimin itu. Dia... mencintai Park Jihyo?.

Jimin menarik smirknya. "Tolong angkat kakimu dari rumahku ini"

Jungkook mengedipkan matanya beberapa kali. Ia menelan salivanya sebentar. Lalu tanpa kata-kata lagi, ia berbalik keluar dari rumah itu dengan langkah lebarnya.

Jimin menghela nafas panjang setelah melihat mobil sport itu berlalu meninggalkan rumahnya. Buru-buru ia mengambil ponselnya, menghubungi Eunbi.

"Shit! Eunbi-ah, dia berhasil menerka itu aku! Bagaimana ini, dia hampir membunuhku tadi. Astaga rasanya tadi aku hampir mati. Eunbi-ah, kau—"

"Eunbi-ah...?"

"Hiks... Jimin, tolong aku"

***
Dahyun mengerutkan dahinya tebal. Kedua mata sipitnya melirik ke kanan dan ke kiri lalu terakhir belakang tubuh pria di depannya.

"Sedang apa kau?" tanya Dahyun kembali menatap pria di depannya ini.

"Dimana Taehyung?"

Suara dingin itu berhasil membuat Dahyun merinding. Tatapan tajam itu membuat aura di sekitar Dahyun terasa gelap. Kepalanya memiring, ingin mencoba mencari candaan dari wajah serius itu. Namun, yang ada Dahyun semakin takut melihat tatapan tajam itu. Ia sebentar meneguk ludahnya,lalu kepalanya berputar sebentar ke dalam rumahnya.

"Di kamarnya"

Lalu pria itu begitu saja masuk menerobos keras bahu Dahyun itu. Dahyun meringis memegang bahunya menatap pria itu jengkel.

"Dasar Jungkook sialan!" umpatnya.

Jeon Jungkook semakin mempercepatkan langkahnya, menaiki anak-anak tangga itu, bahkan sampai melompati 3 anak tangga. Setelah ia mendapat kamar Taehyung, seperti di kejar setan, ia mengetuk pintu itu keras sampai beberapa kali.

Pintu itu terbuka menampilkan wajah sinis Taehyung. "Ah! Ada apa, kau mengangguku saja"

Jungkook mendorong tubuh itu keras. "Apa maksudmu!"

Taehyung jelas mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak mengerti. Tiba-tiba pria itu mendorongnya keras hingga hampir terjatuh. Lalu tiba-tiba bertanya apa maksudnya. Serius? Seharusnya dia yang menayai hal itu.

"Apa maksudmu? Maksud apa?"

Jungkook berdecih. "Kau yang memfotoku di rooftop sekolah kan?!"

Taehyung semakin tidak mengerti. Memfoto? Di rooftop? Bahkan dia sendiri saja jarang ke rooftop sekolah itu. Apa maksudnya ini.

"Memofoto apa? Aku sama sekali tidak mengerti."

"Berikan ponselmu"

Jungkook menjulurkan tangannya kedepan. Walau masih bingung, Taehyung pun menurut. Pria bergigi kelinci itu mulai mengotak-atik isi ponsel Taehyung itu. Taehyung hanya diam memperhatikan ponselnya kini di genggaman Jungkook. Selang beberapa detik, Jungkook tak mendapatkan barang bukti itu. Ia sebentar terdiam. Berpikir, jika bukan Jimin dan Taehyung siapa lagi.

"Ku kembalikan"

Jungkook menyerahkan kembali ponsel Taehyung itu. Lalu tanpa pamit, ia pergi begitu saja dari kamar itu. Taehyung berdecih memeriksa ponselnya sendiri.

"Apa yang di periksanya sih?!"

Di bawah sana Dahyun yang sibuk menyapu sekarang tiba-tiba bahunya kembali tersenggol keras. Ia menggeram marah dan hampir saja memarahi siapa gerangan itu. Melihat Jungkook melangkah lebar keluar dari rumahnya.

"Dasar sialan!" umpat gadis itu lagi.

***
Jimin berhenti berjalan. Ia memandangi rumah besar di depannya ini. Sebentar ia menarik nafasnya lalu masuk ke dalam rumah itu.

Samar-samar Jimin mendengar suara isakan tangis saat kakinya sudah berjalan melewati kamar-kamar. Mendadak bulu kuduknya merinding. Rumah besar ini terasa hampa jelas ia takut mendengar isakan tak jelas itu.

"Eunbi-ah?"

"Jimin... hiks... aku disini"

***
TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 66.3K 25
ngga perlu lah, kalo tertarik langsung baca aja ~~ Follow me kalau gak mau ini ff gw privat!!!! Mulai di up 19 April 2019 Ending 02 Februari 2020
735K 34.9K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
46.9K 8K 18
Berteman sejak kuliah, membuat aku memahami teman-temanku. Fauzan yang tidak pernah puas dengan satu perempuan, Aldi yang tidak pernah siap berkomitm...