Fake Love (17+) ✔

By ShiaMoer

213K 13.6K 3.4K

NC17+ *** Katakanlah Jungkook berbohong bahwa dia tak jatuh dalam pesona Jihyo. Jungkook takut mengakuinya ka... More

Cast
Prolog
[1] Wedding
[2] High School
[3] Chocolate
[4] Cooking
[5] One Night
[6] Swimming
[7] New Student
[8] Flirty Girl
[9] ill
[10] Club
[11] Back Home
[12] Jerk
[13] Stop It
[14] Think Again
[15] Practice
[17] Plan
[18] Cockroaches
[19] Noona
[20] Problem
[21] Cold
[22] Busan
[23] Hospital
[24] Because Park Jihyo
[25] Snow White And The Seven Dwarfs
[26] I Like It
[27] King Size
[28] My Lady
[29] Confused
[30] I Want You
[31] 5 Years Later
[32] Where Are You
[33] I Refused
[34] Meet Again
[35] Love U
[36] Jeon Company
[37] Missing U
[38] Problem SinV
[39] Still A Problem
[40] Problem SinV 2
[41] Problem SinV 3
[42] Romantic Jungkook For Jihyo
[43] Critical
[44] Fake Love END
Epilog
COMPLEX
Pic Junghyo

[16] We Will Support You

2.9K 254 111
By ShiaMoer

"Ya berhenti! Wonwoo oppa memanggil kita" seru Jihyo memberontak melepaskan tangannya itu.

Tarikan Jungkook semakin kuat, mencengkram pergelangan tangan gadis itu. Tak peduli lagi ringisan kecil yang keluar karena kesakitan gadis itu. Jihyo meringis kecil, kesal melihat Jungkook yang seenaknya menarik dirinya. Ntah kemana ia di tarik, yang pastinya Jihyo melihat mereka sekarang sudah berdiri di belakang sekolah.

Jungkook berhenti menarik tangan Jihyo. Ia berkacak pinggang menatap Jihyo. "Kenapa kau memanggilnya oppa?!"

Jihyo mengernyit. "Kau aneh. Dia lebih tua dari kita. Maklum saja aku memanggilnya oppa. Dan kau seharusnya memanggil dia hyung, tidak sopan sekali" ujarnya melipat tangannya di dada.

Jungkook tidak terima Jihyo membela pria itu. Seharusnya gadis itu berpihak padanya, kenapa malah Jihyo mencoba membela pria itu.

"Berhentilah memanggilnya oppa"

Jihyo mendengus. "Lalu aku memanggilnya apalagi? Chagiya?"

"YA!"

"Kau aneh sekali sih! Memanggil oppa salah, lalu aku memanggilnya apa?!" Jihyo tampak mulai emosi.

"Terserahmu. Asal aku tidak mendengarmu memanggilnya oppa lagi! Apalagi sampai aku mendengar kau memanggilnya chagiya"

Jihyo berdesis. Ia menurunkan tangannya. Menatap Jungkook tajam. "Dengar ya tuan Jeon. Kau tidak perlu mengaturku. Itu hakku memanggilnya apapun. Kau bukanlah siapa-siapaku. Atau kau iri? Kau iri karena aku tidak memanggilmu oppa begitu?"

Jungkook mengatup rahangnya. Wanita di depannya ini berhasil membuat urat-urat lehernya mulai berkeluaran. Bahkan gigi-giginya kini sedang menggertak kuat.

Jihyo menghela nafas sebentar. Ia kembali menatap Jungkook. "Aku tidak mau lagi berhubungan denganmu Jeon Jungkook. Bisakah kita akhiri ini semua. Pergilah dari hidupku. Jangan pernah mencampuri urusanku. Karena aku tidak suka!"

Jungkook mematung. Perkataan wanita itu berhasil membuat urat-uratnya mulai menghilang. Mencerna dari kata-kata Jihyo itu. Dan sesaat ia mengaku ia tidak suka Jihyo mengatakan hal itu. Seakan mengusir dirinya dari hidup wanita itu.

"Apa yang kau katakan?"

"Aku tidak suka! Aku tidak suka kau menyentuhku! Aku tidak suka kau menciumku seenaknya! Aku tidak suka kau memainkan perasaanku ini! Aku tidak suka dengan debaran jantungku ini tuan Jeon! Hentikan semuanya. Kau pri jahat!" suara Jihyo mengeras. Kedua matanya mulai memanas.

Tubuh pria itu membeku. Matanya hampir tak berkedip melihat air mata itu mulai menetes. Kerongkongannya mendadak mengering, sesuatu terasa tercekat. Lidahnya kelu hanya untuk berucap saja sekarang.

Jihyo mengusap air matanya dengan kasar. Nafasnya mulai sesenggukan. Kini ia sudah tidak tahan lagi. Perlakuan Jungkook membuatnya jengah. Pria itu selalu melakukan sesukanya dengan dirinya. Apa karena ini bagian dari pertaruhan konyol ketiga sahabat itu? Tapi ini sungguh berlebihan. Kenapa harus sampai melakukan seenaknya dengan dirinya, seakan dirinya gadis murahan. Dan ini juga salahnya. Kenapa bisa ia mudah jatuh hati dengan pria brengsek seperti Jungkook ini. Seharusnya ia tahu diri dan sadar dari awal. Jungkook adalah pria brengsek yang berbahaya. Tak seharusnya ia bermain api di awal. Dan sekarang ia harus merasakan sakit akibat pria ini.

Jihyo kembali mengusap air matanya dengan kasar. Tubuhnya hendak pergi meninggalkan Jungkook yang hanya diam memandangnya tanpa reaksi. Namun, sebuah tangan kekar itu menarik tangannya hingga Jihyo merasakan pria itu kembali menyentuhnya.

Wanita itu kembali mengeluarkan air matanya. Matanya terpejam erat merasakan sakitnya pria itu mulai menciumnya dengan brutal. Dengan kasar Jungkook menarik tengkuknya memperdalam ciuman itu. Jihyo tahu Jungkook menyalurkan keemosiannya dengan ciuman kasar ini. Yang dilakukan Jihyo hanya bisa diam sambil menangis.

Ciuman itu terhenti setelah 1 menit berlalu. Perlahan Jungkook menjauhkan wajahnya. Menghapur air mata itu menggunakan ibu jarinya. Menarik dagu Jihyo menatap matanya. Lalu ia beralih megelus bibir wanita itu yang sudah membengkak dan memerah akibatnya.

Jihyo mulai merasakan kehangatan saat Jungkook mengecup dahinya. Mengelus kepalanya dengan lembut. Perlakuan Jungkook mendadak berubah.

"Kenapa... kenapa kau terus menciumku?" serak suara Jihyo.

Jungkook menunduk kembali menatap mata bulat itu. "Ntahlah. Bibirmu menggoda" ujarnya seraya tersenyum kecil.

Jungkook kembali memajukan wajahnya, mencium bibir Jihyo lagi. Kali ini ciumannya berbeda, terkesan lembut. Jihyo terlihat menerimanya. Bahkan mata kedua orang itu sudah terpejam. Menikmati sensai masing-masing.

"BUNNY!!"

Jihyo membuka matanya lebar saat mendengar teriakan itu. Jantungnya mulai beretak kencang. Ia tahu, itu suara siapa. Dan ia tahu, siapa yang biasanya memanggil Jungkook dengan sebutan Bunny. Hanya satu, dan itu adalah Kim Yerim, gadis centil dan manja itu. Matanya menatap Jungkook yang terlihat tidak peduli, bahkan pria itu masih mengulum bibirnya.

"Bunny!"

Sampai akhirnya Kim Yerim mulai mendekat kearah dua orang itu. Jihyo sudah mulai terlihat ketakutan. Rasanya hidupnya akan sebentar lagi. Jungkook akhirnya membuka matanya perlahan. Manik matanya awalnya hanya menatap mata bulat Jihyo, kemudian ia melepaskan tautan bibir itu. Menjauhkan wajahnya lalu berdiri tegak menatap Kim Yerim datar.

"A—apa yang kau lakukan dengan gadis miskin ini!!" Kim Yerim menatap Jungkook tak percaya. Ia beralih pada Jihyo, menatap tajam.

Jihyo meremas jari-jarinya, kepalanya tertunduk. Ia mulai merasa hidupnya akan berakhir disini. Sampai ia tersentak saat merasakan Jungkook menarik bahunya merapat pada tubuh pria itu.

"Kita akhiri semuanya. Aku memilihnya" Jungkook semakin menarik bahu Jihyo.

***
Kim Taehyung dan Park Jimin berjalan tergesa-gesa. Mereka berlalu begitu saja di depan Eunbi dan Dahyun yang terlihat penasaran. Teriakan nyaring dari Dahyun pun di harukan kedua pria itu. Hal itu membuat Dahyun dan Eunbi berjalan mengikuti kemana Taehyung dan Jimin pergi.

Taehyung menegok sebentar kebelakang, kedua matanya sontak terbelakak melihat dua orang gadis mengikuti mereka. Dengan keras ia menyenggol bahu Jimin mengintruksi ke belakang. Jimin pun menurut, ikut tersentak melihat Dahyun dan Eunbi mengikuti mereka. Sampai akhirnya kedua pria itu memilih berhenti berjalan dan membalikkan badanya.

"Kenapa kalian mengikuti kami?" tanya Taehyung.

"Kalian kenapa berlari terus? Apa kalian benar melihat Jihyo?" ujar Eunbi.

Tadi Eunbi dan Dahyun tak sengaja mendengar perdebatan kecil kedua orang itu. Yang berhasil menarik perhatian mereka adalah Jimin dan Taehyung menyangkut pautkan nama Jihyo. Hal ini menarik perhatian mereka.

Jimin menggeleng cepat. "Tidak sama sekali. Sudahlah, lebih baik kalian segera kembali ke aula" ujarnya cepat.

Dahyun memincingkan matanya melihat gerak gerik aneh dari sepupu dan teman sekelasnya itu. Pasalnya sekarang kedua orang itu terlihat terburu-buru, seperti ada yang terjadi.

"Ya! Apa yang kalian sembunyikan!" suara Dahyun mulai mengeras membuat kedua pria itu tersentak.

Jujur, Taehyung yang berlaku sepupunya juga takut melihat sisi tajam Dahyun ini. Tapi untuk masalah ini, ia memilih menutup mulutnya dan enggan memberitahu.

"Pergilah. Ini bukan urusan kalian!" Taehyung ikut membesarkan suaranya.

Eunbi mendengus. Ia menarik tangan Dahyun. "Sudahlah, kita pergi saja. Untuk apa kita mengikuti mereka"

Melihat Eunbi dan Dahyun berbalik arah, membuat Jimin dan Taehyung kembali buru-buru melanjutkan jalan mereka.

"Sial! Apa yang telah dilakukan si bodoh itu!" umpat Jimin mempercepatkan jalannya.

Setelah Taehyung berlatih dramanya, ia pun bergegas ingin menemui Jimin. Jimin malah memberitahu kabar buruk. Bahwa Jungkook membawa Jihyo ke belakang sekolah, kebetulan pula Kim Yerim dengan kedua sahabatnya sedang di hukum membuang sampah ke belakang sekolah itu. Hal ini sontak membuat mereka buru-buru berlari ke belakang sekolah. Mereka sudah menebak apa yang akan terjadi jika Kim Yerim melihat Jungkook bersama Jihyo. Nyawa Jihyo akan melayang. Disini, mereka hanya ingin membantu saja. Gadis malang seperti Jihyo, berhasil menyentuh hati mereka untuk membantu gadis itu.

Taehyung menahan Jimin berjalan dengan merentangkan sebelah tangannya. Kaki mereka perlahan melambat setelah sampai di belakang sekolah itu. Menyembulkan kepala mereka di balik tembok besar.

PLAK!

"Oh Shit!" umpat Taehyung spontan dengan bisikan keras.

Tamparan itu berhasil membuat Jimin spontan memegang pipinya, seperti ikut merasakan keperihan yang di alami Jihyo itu. Wanita malang itu mengelus pipinya, air matanya mulai turun setelah mendapatkan tamparan keras dari Kim Yerim.

"Apa yang kau lakukan?!!"

Suara Jungkook mengeras menatap Kim Yerim tajam. Kedua pria yang sedari tadi mengintip itu saling pandang sebentar. Setahunya ini pertama kali mereka melihat Jungkook membentak Kim Yerim.

"Aku melakukan benar! Dia! Gadis miskin yang tidak tahu malu!!" tunjuk Kim Yerim tepat di wajah Jihyo.

Jungkook menepis tangan itu dengan kasar. "Bisakah kau bersikap lembut?"

Kim Yerim melepaskan tangannya. Ia menatap Jihyo tajam sebentar. Lalu kembali menatap Jungkook.

"Kau harus ikut denganku! Aku tidak mau kita berpisah. Aku tidak akan mau!!"

Kim Yerim menarik tangan Jungkook kuat. Walau Jungkook memang lebih kuat dari Kim Yerim, pria itu akhirnya memilih diam dan menurut. Sebentar, ia melirik Jihyo yang masih menangis.

Selepas kepergian Kim Yerim serta kedua kawannya bersama Jungkook, Jihyo menjongkokkan tubuhnya menangis semakin kencang. Sesekali ia memukul kepalanya. Melihat Jungkook memilih menurut Kim Yerim membuat hatinya kembali perih. Apa maunya pria itu. Tadi untuk sesaat ia senang Jungkook membelanya di hadapan Kim Yerim, tapi seketika ia harus jatuh lagi. Ini sungguh menyakitkan.

"Hei... Park Jihyo" ujar Jimin.

Taehyung dan Jimin yang sudah keluar dari persembunyian mereka, sudah berjongkok di sekitar Jihyo itu.

Jihyo tidak menghiraukan panggilan itu. Ia tetap menyembunyikan kepalanya dan terus menangis.

"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja" lanjut Taehyung.

"Kami... ka—kami... akan mendukungmu" ujar Jimin.

Kini tangan kedua pria itu mulai terangkat mengelus kepala Jihyo lembut.

Jauh dari kediaman ketiga orang itu. Eunbi berdiri menyaksikan sendiri semuanya.

"Sialan Jeon Jungkook! Awas saja pria itu, aku akan membuatnya menjauh dari Jihyo!"

***
"Wonwoo oppa!!"

Wonwoo berbalik mendengar panggilan Eunbi itu. Ia tersenyum manis melihat gadis mancung itu mendekatinya.

"Apa oppa sibuk?" tanya Eunbi melirik sekeliling pria itu, yang kini mencoba memperhatikan anak tari, mungkin takut anak tari kembali memberontak.

Wonwoo menggeleng kecil. "Tidak terlalu."

Eunbi menyunggingkan senyumnya. "Apa oppa besok sibuk?"

Wonwoo menarik satu alisnya. "Kenapa bertanya besok? Sekarang saja aku tidak sibuk"

Eunbi mendengus. "Aku butuh besok"

Wonwoo menganggukkan kepalanya beberapa setelah mengingat kegiatannya besok. "Seperti biasa. Aku akan ke sekolah seperti ini. Setelah pulang sekolah ini, aku akan pulang dan tidur"

Eunbi tampak sumringah. Ia menjentikkan jatinya. "Ini kesempatanmu oppa!"

Wonwoo menatap Eunbi bingung. "Besok aku akan mengajak Jihyo berjalan-jalan. Ini kesempatanmu oppa membuka hatinya" lanjut Eunbi.

Wonwoo tercengang mendengar perkataan Eunbi itu. Berpikir, darimana gadis bersurai hitam ini mengetahui bahwa ia memiliki perasaan pada temannya itu. "Ka—kau...?"

Eunbi terkekeh. "Aku tahu oppa, sudahlah tak usah di sembunyikan lagi. Lagipula aku setuju-setuju saja"

Wonwoo menyipitkan matanya memperhatikan wajah Eunbi itu. Melihat wajah gadis itu yang seakan tertawa berpura-pura di depannya.

"Kau masih menyukaiku?"

Pertanyaan sialan itu berhasil membuat Eunbi diam tak berkutik. Pertanyaan yang selalu Eunbi hindari. Pertanyaan yang selalu membuat Eunbi bimbang. Dan sekarang pertanyaan itu keluar begitu lancar dari mulut Wonwoo sendiri.

"Eunbi-ah..."

"Oppa, itu hanya masa lalu. Sekarang berbeda. Itu dulu dan ini sekarang. Aku mau kau bersama Jihyo. Sudah cukup jangan pernah pikirkan perasaan orang lain, aku tidak suka itu" potong Eunbi cepat. Seakan tahu apa yang akan di katakan Wonwoo.

"Aku pergi. Aku akan memberikanmu pesan, setelah aku berhasil membawa Jihyo" lanjut Eunbi pergi meninggalkan Wonwoo begitu saja.

Wonwoo memandang tubuh Eunbi itu yang mulai hilang di balik tubuh siswa-siswi lainnya. Ia mendesah pelan. Ia tahu sekarang bagaimana hati gadis itu. 3 tahun lamanya, ia mengilang dari pandangan gadis itu dan sekarang ia telah kembali. Melihat Eunbi yang sama sekali belum bisa melupakan dirinya, padahal dirinya sudah berusaha semaksimal mungkin melupakan gadis itu. Kejadian-kejadian dimana mereka sudah bersama selama 5 tahun lamanya, membuat Eunbi susah melupakan kenangan itu. Dan untuk Wonwoo juga, tapi Wonwoo sendiri perlahan perasaannya terhadap Eunbi mulai berkurang dan terisi dengan teman Eunbi sendiri yang berhasil menarik perhatiannya. Walau sejujurnya, ia masih sering merasakan sakit jika melihat Eunbi begitu akrab dengan pria lainnya. Ntahlah, sejujurnya apa perasannya sekarang ini. Ia pun bingung.

***
Hari berganti hari, ini waktunya Eunbi mencoba mengajak Jihyo berjalan-jalan. Berharap Jihyo menerima tawarannya. Ia sudah siap mempersiapkan hatinya, akankah sakit atau malah senang. Kini targetnya adalah membuat Jihyo jatuh hati pada Wonwoo, apapun caranya akan ia lakukan segalanya.

"Park Ji—"

Panggilan Eunbi itu terhenti seketika. Kakinya tadi yang sudah bersiap berlari menemui Jihyo berhenti mendadak. Melihat seseorang menemui Jihyo dan berbincang-bincang. Penasaran, ia pun mendekat.

"Nuguya?" Eunbi melirik seseorang itu sebentar lalu menatap Jihyo.

"Oh ini Boo Seungkwan. Adik kelas kita. Dan Seungkwan-ah, ini Eunbi teman sekelasku dia siswa baru" ujar Jihyo memperkenalkan kedua orang itu.

Seperti sudah kebiasan Eunbi, ia hanya melirik tangan terulur Seungkwan itu dengan gaya sombongnya yang melipat tangannya di dada. Seungkwan menarik tangannya melihat gaya sombong Eunbi itu.

Jihyo melihat itu menjadi tak enak hati. "Boo Seungkwan, aku memaafkanmu. Kau bisa kembali" ujarnya memasang senyumnya.

Boo Seungkwan membalas senyum manis Jihyo yang masih membuatnya tersipu. "Terimakasih noona. Dan aku masih selalu menyukaimu"

Setelah mengatakan itu, Seungkwan berlari tersipu. Eunbi mengernyit memandang aneh Seungkwan.

"Dasar bocah"

"Ck. Jangan mengatakan seperti itu"

Eunbi mendengus. "Aku benar. Dia bocah, untuk apa dia bilang seperti itu padamu. Sudah tahu kau lebih tua darinya"

"Dia menyukaiku. Biarkan saja. Memangnya salah menyukai seseorang?" balas Jihyo.

"Tidak sih. Ah sudahlah lupakan saja. Malam ini aku ingin mengajakmu jalan, kau harus ikut" Eunbi mengutarakan tujuannya sebenarnya.

Jihyo mengernyit. "Kemana?"

"Berjalan-jalan saja. Kau mau kan?"

Jihyo menganggukkan kepalanya. "Baiklah"

Eunbi tersenyum senang. Dalam hati bersorak senang, rencananya mulai berjalan lancar. Secepat mungkin ia harus memberitahu Wonwoo, agar pria itu menyiapkan segalanya. Dan dia akan menonton semuanya dari belakang.

***
Beberapa minggu kedepannya pentas seni akan diadakan. Semua siswa sibuk berlatih, dan mahasiswa lainnya sibuk membantu mengajari siswa lain dan membuat dekorasi. Sebagian siswa juga yang tidak memilih apapun, harus ikut serta turun tangan. Semisal yang di kerjakan Jihyo ini. Kali ini ia bukan menggambar rumput, melainkan mengecat gambar pohon yang telah di gambar siswa lain di kain kanvas besar itu, bahkan lebih besar dari tubuhnya. Tapi sayangnya hari ini ia terlihat sangat mengantuk. Mata besar itu sudah beberapa kali terpejam dan kembali terbangun. Beberapa kali pula Jihyo menguap lebar. Penyebabnya adalah hanya menangisi pria brengsek bernama Jeon Jungkook itu. Semalaman tanpa kerjaan ia menangis terus. Alhasil, ia menjadi sangat mengantuk.

Tangan kanan Jihyo yang tadinya bergerak kesana kemari melukis itu perlahan melambat dan berhenti. Tubuhnya yang tiarap di lantai itu, pipi sebelahnya yang sudah menempel di kain kanvas itu dan jangan lupakan mata bulat itu sudah terpejam indah. Seakan melupakan tempat dimana ia berada, ia mulai terbang ke alam mimpi.

***
Dahyun mengernyitkan dahinya. Ia mulai mendekati sepupunya yang sok sibuk membaca naskah di tangannya. Mengintip dari balik tubuh pria itu. Ternyata yang dilakukan pria itu bukannya membaca naskah melainkan bermain ponsel dan lagi dalam ponselnya adalah gambar Eunbi yang terlihat foto candid. Jelas ia kembali menatap wajah itu dari samping tanpa ketahuan Taehyung. Kepalanya menggeleng beberapa kali.

"Kau benar seperti pengecut"

Taehyung tersentak. Tubuhnya sontak membalik. Buru-buru ia memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana sekolahnya. "YA!"

Dahyun melipat tangannya di dada. Menarik alisnya satu. "Apa kau pengecut?"

"Pengecut? Enak saja kau!"

"Kenapa kau jadi lemah begini. Bukankah kau adalah raja penakluk wanita. Tapi kenapa dengan Eunbi kau seperti pengecut. Untuk apa kau memfotonya diam-diam? Kau bisa menemuinya langsung"

Taehyung berdesis. "Aish. Sudahlah diam saja mulutmu"

Taehyung berbalik begitu saja meninggalkan sepupunya. Dahyun berdesis memandang punggung Taehyung itu sinis. Tapi tak sengaja bola matanya menangkap Jihyo yang tertidur di lantai itu dengan posisi tengkurap.

Pada akhirnya ia mulai mendekati Jihyo, bermaksud membanguninya. Ini di aula, semua siswa yang tak sengaja melewati Jihyo, melihati wanita itu sambil cekikikan sendiri.

"Jihyo?" Dahyun berjongkok seraya mengguncangkan tubuh wanita itu.

Jihyo mengerang. Perlahan membuka matanya malas. "Eoh Dahyun. Ada apa?"

"Kenapa kau bisa tertidur? Bangunlah"

Jihyo akhirnya membaguskan posisinya, duduk di lantai itu. Tapi sesuatu menarik perhatiannya. Sebuah jaket kulit hitam sedari tadi tersampir di roknya menutupi bokongnya. Ia mengambil jaket kulit hitam itu.

"Punya siapa ini?" tanyanya.

Dahyun menggeleng mengamati jaket kulit itu. "Tidak tahu"

Jihyo semakin mengerutkan dahinya. Sejak kapan ia memakai jaket kulit hitam ini untuk menutupi bokongnya. Dan jaket ini milik siapa?.

"Itu punya Wonwoo oppa"

Suara Eunbi tiba-tiba menyaut membuat kedua orang itu menoleh. Eunbi menampilkan senyumnya kemudian ikut duduk di lantai itu.

"Wonwoo oppa tadi menutupi bokongmu itu dengan jaketnya. Mungkin dia tidak mau orang melihat betapa bohainya bokongmu itu" ujar Eunbi terakhir terkikik.

Jihyo mendengus. "Kau ini."

Eunbi masih tersenyum. Ia melihat Jihyo mulai bangkit dari duduknya.

"Kau mau kemana?"

Jihyo menguap sebentar. Melirik Eunbi dan Dahyun ikut berdiri.

"Ingin mengembalikkan jaket ini pada Wonwoo oppa"

"Wonwoo oppa baru pergi keluar sekolah" ujar Eunbi.

Jihyo mengernyit. "Kemana?"

Eunbi mengedikkan bahunya. "Tidak tahu, mungkin ada urusan. Sini biar aku saja yang mengembalikkannya"

Eunbi mengambil ahli jaket kulit hitam itu dari tangan Jihyo. Jihyo hanya menganggukkan kepalanya.

"Sampaikan terimakasih ku padanya"

Eunbi mengangguk beberapa kali. "Baiklah. Akan terlaksanakan!"

***
TBC...

#Besok twice comeback gaees... :v besok jga aku harus testing :v jgn lupa besok cek channel aku ya... aku buat liriknya kok. Pasti! --> Shia Moer (nama channel)

Continue Reading

You'll Also Like

52.5K 405 25
TIDAK MENGGUNAKAN BAHASA BAKU 21++++ BOCAH MINGGIR DOSA DITANGGUNG SENDIRI JANGAN LUPA VOMENT YA BUJANG Unpublish...
361K 37.9K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
25.5K 897 11
Kita bertemu akibat di jodohkan, kita bertemu belum mempunyai rasa cinta mau pun rasa peduli. Apakah kita bisa hidup bersama sampai akhir?, aku tidak...
713K 34.1K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...