Fake Love (17+) ✔

By ShiaMoer

213K 13.6K 3.4K

NC17+ *** Katakanlah Jungkook berbohong bahwa dia tak jatuh dalam pesona Jihyo. Jungkook takut mengakuinya ka... More

Cast
Prolog
[1] Wedding
[2] High School
[3] Chocolate
[4] Cooking
[5] One Night
[6] Swimming
[7] New Student
[8] Flirty Girl
[9] ill
[11] Back Home
[12] Jerk
[13] Stop It
[14] Think Again
[15] Practice
[16] We Will Support You
[17] Plan
[18] Cockroaches
[19] Noona
[20] Problem
[21] Cold
[22] Busan
[23] Hospital
[24] Because Park Jihyo
[25] Snow White And The Seven Dwarfs
[26] I Like It
[27] King Size
[28] My Lady
[29] Confused
[30] I Want You
[31] 5 Years Later
[32] Where Are You
[33] I Refused
[34] Meet Again
[35] Love U
[36] Jeon Company
[37] Missing U
[38] Problem SinV
[39] Still A Problem
[40] Problem SinV 2
[41] Problem SinV 3
[42] Romantic Jungkook For Jihyo
[43] Critical
[44] Fake Love END
Epilog
COMPLEX
Pic Junghyo

[10] Club

4.8K 304 85
By ShiaMoer

Cek ff aku 12345 bagi yang belum baca, kemarin aku ada update oneshoot Junghyo, judulnya My Heart Is Beating Fast. kalau kalian berminat baca silahkan ^^, semalem aku lupa promosinya.

Dan oh! Part ini, buat 17- tutup kuping ya :')

***

"A—apa? Yang be—benar?"

Jihyo terdiam untuk sesaat. Sambungan di ponselnya mati begitu saja. Kedua mata yang sudah basah itu memandangi ponselnya diam. Tak lama Jihyo kembali menangis deras. Ponselnya terjatuh begitu saja di ranjangnya.

Baru saja ia pulang sekolah, lalu menerima panggilan bahwa ayahnya masuk rumah sakit karena asma yang kambuh lagi. Kedua orangtuanya kekurangan biaya karena habis membayar hutang-hutang mereka, belum lagi biaya sekolah adiknya itu. Tak di perkirakan lagi uang kedua orangtuanya sudah habis apalagi mereka hanya petani kecil biasa.

Jihyo tak tahu lagi harus apa. Suhu tubuhnya yang sudah mendingan tapi hatinya kembali memanas. Ia bingung. Kemana ia akan mencari uang. Jelas, ia sudah di pecat pekerjaan menyanyinya di café, itu semua ulah Jungkook, pria itu seenaknya merusak pakaian mahal itu dan asisten pemilik café itu langsung memecatnya begitu saja. Dan sekarang ia tak memiliki sisa uang banyak. Hanya beberapa, itupun cukup hanya untuk makannya beberapa minggu saja. Untuk biaya rumah sakit ia tak yakin ini akan cukup atau tidak.

Jihyo sibuk dengan pikirannya, mencari cara mendapatkan uang hari ini juga. Berpikir seraya menggigit kukunya itu.

Tiba-tiba terlintas di pikirannya sebuah pekerjaan. Untuk sesaat ia terdiam.

"Apa harus?"

***
Jihyo mendesah kasar. Ia memandangi dirinya dari pantulan kaca di depannya itu. Pakaian yang ia kenakan kali ini begitu sexy menunjukkan auratnya. Jika di bandingkan dengan baju yang biasa ia pakai untuk menyanyi, ini jauh berbeda. Terlihat sangat sexy,mini dress, tanpa lengan, payudara yang sedikit menonjol keluar membuatnya tak suka dengan dress itu. Tapi, mau bagaimana lagi. Ini adalah satu-satunya jalan agar ia mendapatkan cepat uang.

Suara dentuman musik yang keras membuat jantungnya berpacu cepat. Rasa takutnya kembali lagi. Ia takut untuk keluar membiarkan mata-mata liar itu memperhatikan tubuhnya.

"Park Jihyo"

Jihyo menoleh mendengar suara itu. Wanita tua berjalan angkuh mendekatinya.

"Pria tua berjas hitam. Meja nomor 2"

Setelah itu wanita itu pergi begitu saja. Jihyo menelan ludahnya susah payah. Ia keluar dari sebuah ruangan itu. Kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru club itu.

Matanya menangkap sekumpulan pria tua di meja nomor 2 yang hanya ada satu pria tua yang tak memiliki wanita. Ia yakin, dirinya yang harus melayani pria tua itu.

Jihyo kembali menarik nafasnya panjang. Ia mencoba menyakinkan hatinya. Ketakutan serta keraguan berlomba-lomba menghujat tubuhnya. Bahkan ia rasa tubuhnya mulai keringat dingin. Namun, segera ia menghalau semuanya setelah membayangkan wajah kesakitan ayahnya itu.

Dengan langkah ragu ia mulai mendekati pria tua itu. Mata-mata liar mulai memperhatikan lekuk tubuhnya membuatnya mempercepatkan langkahnya.

Pria-pria tua itu menghentikan aksi canda mereka setelah melihat Jihyo berdiri ketakutan.

"Ah wanita ku datang, sini sayang duduk di sebelahku" Salah satu pria tua itu berseru menepuk sofa di sebelahnya.

Jihyo meneguk ludahnya sekali lagi. Ia perlahan duduk di sebelah pria tua itu, sedikit memberi jarak.

"Woah wanitamu sexy sekali. Bisakah kita bertukar" ujar pria tua asing yang lan.

Jihyo semakin ketakutan saat melihat pria-pria tua itu memandang genit kearahnya, lantas ia mencoba menarik dressnya lebih panjang kemudian mencoba mentupi dadanya.

"Enak saja kau, ini wanitaku" Pria tua itu mencoba merangkul Jihyo, tapi Jihyo segera menjauh.

"Kenapa sayang?" pria tua itu malah memperdekat pada Jihyo.

Jihyo terpaksa menggeleng memberikan senyumnya. Dia bersumpah, setelah keluar dari club ini, ia akan mencari pria tua ini lalu memukul kepala botak itu berkali-kali.

Pria-pria tua itu mulai bermain judi. Jihyo hanya diam memandang. Hatinya benar-benar dalam kegelisahan, pria tua itu selalu ingin mencoba menyentuhnya. Berdekatan dengan pria tua itu saja sudah membuatnya ingin segera menghajar wajah kurangajar pria tua itu.

Sampai tiba-tiba Jihyo tersentak saat sebuah tangan kekar menariknya kuat hingga berdiri.

Mulutnya terbuka lebar, kedua matanya hampir keluar. "Ju—Jungkook?"

Dan saat ini, Jihyo rasa dunianya seperti berhenti berputar. Kedua mata memerah memandangnya nyalang. Cengkraman yang begitu kuat di tangannya sampai tak terasa lagi baginya.

"Hei, apa yang kau lakukan dengan wanitaku?" pria tua itu berdiri.

Jungkook memalingkan wajahnya pada pria tua itu. "Wanitaku? Cih... dia wanitaku. Bukan wanitamu!"

"APA! Aku sudah membayarnya! Seenaknya kau mengatakan itu, kembalikan wanitaku!"

"SIALAN!" maki Jungkook.

Jungkook benar-benar emosi. Dia menarik begitu saja Jihyo membiarkan pria tua itu berkicau tak jelas.

"Aku membayar wanita ini!"

Jihyo terlonjak kaget saat pria itu mengeluarkan sebuah ATM black card dari dompet pria itu pada seorang wanita tua yang mempekerjakannya ini.

Wanita tua itu melirik ATM black card itu yang sudah tercampak di meja bar club itu. Kemudian beralih pada Jungkook dan Jihyo. "Wanita itu sudah di bayar duluan"

"Aku tak peduli. Aku akan membayarnya dua kali lipat" Jungkook benar-benar seperti tak berpikir panjang.

Wanita tua itu menarik sebelah ujung bibirnya. Ia pun menarik ATM black card itu. Ntah apa yang dilakukan wanita tua itu, ia pergi sebentar lalu kembali, mengembalikan ATM black card itu.

"Kamar nomor 20. Dan kau Park Jihyo gajimu bertambah" ujar wanita tua itu memberikan sebuah card kunci kamar kemudian menatap Jihyo.

Jihyo tak tahu lagi harus mengatakan apa. Rasanya dirinya ingin menangis. Tiba-tiba Jungkook kembali menarik tangannya lagi, menuju lantai atas club itu.

***
BRAK!!

Jihyo tercampak begitu saja di king size itu. Ia memandang lirih Jungkook yang seperti sudah kesetanan setelah menutup dan mengunci pintu itu dengan kasar.

Jungkook mulai mendekat dan itu berhasil membuat Jihyo benar-benar ketakutan. Tanpa sadar ia meremas sprai ranjang itu.

Jungkook menjatuhkan tubuhnya menindih tubuh gadis itu. Jihyo sudah memejamkan matanya erat, memalingkan wajahnya. Air matanya mulai luruh.

"Kenapa kau melakukan ini?" suara Jungkook pelan. Sesaat Jungkook menyadari bahwa ia adalah pria yang bodoh yang berhasil membuat wanita menangis.

Perlahan Jihyo membuka kedua matanya, menatap mata itu dengan berani. Bukan tatapan nyalang seperti tadi melainkan berubah menjadi tatapan lembut.

"Kenapa kau mengumbar tubuhmu pada semua pria?"

Jihyo malah kembali menangis. Ia teringat kembali. Ia butuh uang. Ini juga bukan keinginannya sendiri. Ini adalah sebuah keterpaksaan.

Jungkook menyapu air mata itu menggunakan ibu jarinya. Emosinya meluruh begitu saja setelah melihat air mata itu kembali berlomba-lomba turun.

"Hiks..."

Tangisan Jihyo semakin deras. Dadanya terasa sesak untuk sesaat ini. Memikirkan betapa susahnya dirinya hanya untuk hidup saja.

Lama Jihyo menangis, Jungkook hanya diam memandangi wajah di bawahnya itu. Sampai Jihyo merasa lelah. Tangisannya berhenti untuk sesaat. Hanya tinggal sesenggukan kecil. Ia kembali menatap kedua mata itu yang masih setia menatapnya dalam diam.

"Aku memang gadis murahan. Aku tak punya pilihan lagi"

Jihyo akhirnya mengeluarkan suaranya setelah ia puas menangis sendiri. Ia menghapus air matanya dengan kasar menggunakan punggung tangannya. Ia mencoba mendorong dada Jungkook itu, membuat pria itu terduduk di ranjang itu.

"Kau sudah membayarku, aku harus melayanimu"

Jungkook mencoba menelan ludahnya susah payah. Nafasnya terasa tercekat. Tenggorokannya mendadak terasa kering. Kedua bola matanya kini hampir keluar.Tubuhnya mendadak memanas. Jihyo kini sudah duduk di pangkuannya. Bokong gadis itu pas duduk di pangkuannya. Kedua kaki yang mengangkang lebar membuat dress itu menaik keatas. Gadis itu yang duduk menghadap dirinya.

Jihyo tak tahu kenapa ia melakukan ini. Ia sendiri ingin kembali menangis lagi, betapa terlihat murahannya dirinya ini. Kedua tangannya yang meremas kerah baju Jungkook. Ia mulai mendekati wajahnya memiringkannya saat hidung mereka sudah menyatu. Namun, mendadak ia menghentikan aksinya itu. Matanya yang tadi sudah terpejam kini kembali terbuka menatap mata Jungkook itu dari dekat.

Jungkook berdecih. Keningnya berkerut tak suka. Jelas, dengan posisi Jihyo seperti ini apalagi duduk di pangkuannya ini membuat hasrat nafsunya menaik. Sesuatu di bawahnya pun mulai bereaksi saat merasakan kedua dada gadis itu menyentuh tubuhnya.

"Hentikan" ujar Jungkook pelan tepat di depan bibir gadis itu.

Jihyo menggigit bibir bawahnya. Perlahan remasan di kerah baju Jungkook itu melonggar. Hening 10 detik, sampai Jihyo kembali menangis.

Tiba-tiba saja gadis itu memeluk Jungkook erat seraya menangis. "Hiks... maafkan aku, sungguh maafkan aku"

Jihyo tak tahu kenapa ia malah meminta maaf pada Jungkook. Tapi ucapan itu terlontar begitu saja. Permintaan maaf ini seharusnya ia tujukan untuk kedua orangtuanya. Bahwa ia salah telah memasuki dunia liar ini.

Perlahan Jihyo mulai merasakan kehangatan. Jungkook membalas pelukannya dengan lembut. Menopang kepala pria itu di bahu kirinya. Jihyo tersenyum simpul merasakan debaran dadanya mulai menggila. Seharusnya saat ini ia tak mementingkan jantungnya ini, tapi sekarang ia malah terfokus pada debaran gila ini.

Lama keduanya berpelukan, sampai Jungkook mulai memisahkan diri. Ia menatap lekat kedua mata bulat Jihyo. Menyingkirkan anak-anak rambut yang melekat di sekitaran wajah gadis itu akibat air mata tadi. Kemudian beralih menangkup sebelah pipi Jihyo.

"Apa sudah puas menangisnya?"

Jihyo menghela kecil. Ia menundukkan kepalanya. Jungkook menarik dagu Jihyo membuat gadis itu kembali menatap matanya.

"Jangan lakukan ini lagi" ujar Jungkook.

Jihyo mengangguk pelan. Jungkook menyapu wajahnya membuat bibirnya menjadi tertarik. Pria itu mulai memajukan wajahnya, yang membuatnya seperti terhipnotis ikut memajukan wajahnya.

Sampai Jihyo dapat merasakan bibirnya bertabrakan dengan bibir Jungkook. Pria itu mulai memainkan bibirnya. Mengulumnya dengan lembut. Sedikit membuka mulutnya membiarkan Jungkook yang memainkannya. Ia hanya bisa mengulum bibir bawah pria itu, karena ia memang tak pintar melakukan hal ini. Tak sadar ia pun sudah mengalungkan kedua tangannya ke leher pria itu.

Jungkook melepaskan tautan itu setelah 2 menit berlangsung. Jarinya bergerak megelus bibir Jihyo yang sudah basah akibat ulahnya. Tersenyum kecil melihat rona merah di kedua pipi Jihyo.

Lalu sedetiknya Jungkook kembali menyatukan bibirnya pada gadis itu. Dan perlahan menidurkan gadis itu di king size itu.

Kali ini Jihyo membiarkan tangan Jungkook menyelusup masuk ke dress-nya. Bahkan ia tak sadar kini dressnya sudah terangkat sebatas perutnya. Kesadarannya seperti sudah di ambang, membiarkan pria itu kini mulai mengecupi perutnya. Desahan-desahan sexy mulai terdengar di telinga Jungkook. Ia mulai gencar membuat gadis itu semakin mendesah memanggil namanya.

Jungkook berpindah kembali mencium bibir Jihyo. Menggigitnya pelan membuat gadis itu membuka mulutnya. Ia mulai menyelusup masuk ke dalam mulut gadis itu. Jihyo sudah meremas baju Jungkook itu. Pria itu perlahan bergerak menurun mengecupi rahang wajah gadis itu, lalu turun di ceruk leher mulus itu. Menyesapnya dengan kuat hingga memerah.

Tak sadar, ponsel Jungkook kini yang terlempar begitu saja terlihat ada panggilan dari kekasihnya.

***
Hwang Eunbi melirik pria di sebelahnya ini. Sebentar lalu kembali menatap ke depan. Ia mulai merasa risih. Pria di sebelahnya ini tak berhenti juga memandangi wajahnya. Jelas ia menjadi kesal sendiri. Belum lagi tempat yang di duduki pria itu bukanlah sesungguhnya tempat pria itu. Untuk apa pria itu berpindah tempat duduk menjadi di sebelahnya. Apa pria di sebelahnya ini ingin membuatnya sakit hati lagi?.

Eunbi akhirnya mengambil buku pelajaran yang cukup panjang itu untuk menutupi wajahnya dari samping agar pria itu tak lagi memandanginya. Sialnya, pria itu berhasil menuruni buku itu. Eunbi ingin marah dan memaki pria itu, namun terhalang karena guru sedang menerangkan di depan sana. Ia hanya bisa melototin pria itu tajam.

"Hajima. Aku tak bisa lagi memandang wajahmu"

Pria itu mengatakan pelan tapi mendadak membuat kepala Eunbi terasa mendidih. Ia memandang pria itu jengkel. Sebentar ia melirik kearah Kim Jennie yang memandangnya tajam. Ia membalas tatapan itu dengan tajam juga. Lalu kembali menatap pria itu.

"Neo micheoseo?" ujar Eunbi pelan, tapi pria itu masih mampu mendengarnya.

Pria itu malah terkekeh pelan membuat Eunbi mengecap pria itu aneh dan benar gila.

"Aku memang sudah gila karenamu" ujar pria itu tersenyum.

Eunbi merasa mulai keki dengan pria bernama lengkap Kim Taehyung ini. "Sadarlah tuan Kim. Kau sangat aneh dan gila. Kau tahu?"

Taehyung malah kembali terkekeh. Ia beralih menopang dagunya semakin memandangi wajah Eunbi itu.

Eunbi menghembuskan nafasnya dengan kasar. Tak berguna jika ia mengatakan itu pada pria itu. Dasarnya, pria itu memang sepertinya sudah gila.

"Aku kan calon suamimu memangnya tak boleh memandangimu seperti ini, mmh?" ucap Taehyung menarik perhatian Eunbi lagi.

Kening Eunbi mengerut tebal. Kenapa bisa-bisanya Kim Taehyung mengatakan hal itu. Bukankah kemarin pria itu bilang dirinya tak tertarik sama sekali, tapi kenapa malah sekarang berbeda.

Eunbi menjentikkan jarinya di depan wajah Taehyung membuat pria itu mengedipkan matanya beberapa kali. "Sadarlah. Kekasihmu akan marah besar bodoh"

"Aku sudah putus dengannya"

"Lalu apa hubungannya denganku. Aku juga tak peduli"

Taehyung kini menegakkan tubuhnya. Ia menatap Eunbi serius. Gadis itu kelihatan tak peduli jika ia sudah memutuskan Jennie.

"Kau tak senang?" ujar Taehyung lagi.

Eunbi memandang Taehyung malas. "Aku tak peduli sama sekali Kim Taehyung. Terserah kau putus dengannya atau tidak, tak ada hubungannya denganku"

"Bukankah aku calon suamimu?"

"Kemarin. Sekarang aku sudah menggantinya"

Taehyung mematung. Rasanya lidahnya keluh untuk menjawab lagi. Ia rasa tak terima mendengar gadis itu berkata seperti itu. Seakan itu adalah sebuah penolakan yang sangat jujur.

***
"Aduh sempit"

Jihyo meringis kesakitan. Tubuhnya mendadak memanas. Keringatannya perlahan mulai turun menyusuri rahang wajahnya. Nafasnya hampir kehabisan.

Jungkook malah tertawa. Kedua mata itu menyipit kedalam. Jihyo mendengus kasar. Ia menghela nafas kasar.

"Dasar pria jahat!" umpat Jihyo masih berusaha memakai paksa sebuah dress baru yang di beli Jeon Jungkook tadi.

Jungkook berhenti tertawa, tapi ia masih tersenyum berusaha menahan tawanya yang akan meledak lagi melihat Jihyo kewalahan memakai dress saja.

"Kau harus mengurangi beratmu lagi" Jungkook malah kembali tertawa sampai perutnya terasa sakit.

Jihyo mengerucutkan bibirnya. Ia berhenti bergerak memaksa dress itu masuk ke dalam tubuhnya.

"Terkutuklah kau Jeon Jungkook" umpat Jihyo lagi melipat tangannya ke dada masih dengan kerucutan di bibirnya.

Jungkook akhirnya berhenti tertawa, ia mendekatkan dirinya menangkup kedua pipi Jihyo lalu mengecup bibir gadis itu sekilas. Namun, nyatanya ia kembali tertawa dengan keras sampai memegang perutnya.

Jihyo semakin lama menjadi kesal. Ia memukul Jungkook. "Dasar pria jahat"

"Kenapa kau senang sekali membuatku menjadi bahan tertawa mu huh? Kau sengaja kan membeli dress sempit untukku kan, agar kau bisa melihat aku kesusahan seperti ini, kan? YAK Jeon Jungkook!"

Jihyo berhenti memukul Jungkook melihat pria itu semakin tertawa membuatnya menjadi lelah sendiri. Akhirnya ia masuk ke dalam kamar mandi itu, ingin mengganti pakaiannya.

Tawa Jungkook mulai mereda. Kelamaan tertawa membuat perutnya benar-benar kram. Ia beralih pada Jihyo yang baru saja keluar dari kamar mandi itu. Kedua matanya melotot keluar melihat gadis itu memakai mini dress yang di kenakan tadi malam.

"Ya! Kenapa kau memakai dress itu lagi?" ujar Jungkook masih memperhatikan tubuh gadis itu.

Jihyo menghela kasar. Ia melempar asal ke hadapan Jungkook dress yang tadi pria itu beli. "Dress itu tak cocok untukku. Lebih nyaman memakai pakaian yang pas untukku daripada aku kehabisan nafas karena tak sesuai denganku."

Jungkook yang berhasil menangkap dress itu memandang dress yang ia beli tadi. Kemudian beralih pada gadis itu. "Aku tak tahu ini tak sesuai denganmu"

Jihyo mendengus. "Lalu kenapa kau membeli dress? Kenapa tidak kaus biasa saja?"

Jungkook malah mengusap tengkuknya seperti orang bodoh. Tapi sedetiknya ia tertawa lagi. Jihyo mendengus memutar bola matanya malas.

"Kau pikir aku bodoh?" Jungkook berhenti tertawa. Ia berjalan mengambil paper bag di nakas itu kemudian memberikannya pada Jihyo.

Jihyo mengambil paper bag itu dengan kebingungan. Kemudian ia mengambil isi paper bag itu. Sepasang pakaian. Ia mengangkat kepalanya menatap Jungkook. Tersenyum lebar.

"Ini yang ku maksud. Daripada dress itu, ini lebih nyaman"

Jungkook hanya tersenyum tipis membiarkan Jihyo kembali masuk ke dalam kamar mandi itu. Menunggu beberapa menit sampai Jihyo kembali keluar. Ia hampir saja ingin tertawa lepas lagi, tapi harus di tahan setelah melihat wajah kusut Jihyo itu.

"Aish Jeon Jungkook. Kenapa bajunya kebesaran" ujar Jihyo kesal.

Jungkook memasang senyum lebarnya. "Itu bajuku"

"Bajumu?" Kening Jihyo berkerut.

Jungkook bergumam pelan. "Aku pulang sebentar tadi, tak ada pakaian wanita. Terpaksa aku mengambil bajuku saja dan celana pendek itu milik noona ku" jelasnya.

Jihyo semakin mengenyit. Baru mengetahui Jungkook memiliki kakak. Tapi ia tak bertanya lebih dalam lagi.

"Lalu dress itu?" tanya Jihyo melirik dress yang masih di pegang Jungkook.

"Punya noona ku juga. Tubuhnya memang lebih kecil darimu" Jungkook kembali tertawa.

Jihyo kembali kesal. Jungkook memang senang sekali menertawainya apalgi menertawai tubuhnya ini. Ia bergerak mendekati Jungkook, memukul tubuh itu.

"Awas saja kau ya! Aku akan mengurangi berat tubuhku ini!" kesal Jihyo mengakhiri pukulannya.

Bagi Jungkook pukulan Jihyo itu tak ada apa-apanya untuk dirinya yang sering pergi fitness ini. Seperti hanya pukulan anak balita saja.

Jihyo mengerucutkan bibirnya. Jungkook menghentikan tawanya. Senyumnya masih melekat. "Tak perlu. Kau seperti itu saja sudah sexy untukku"

Jihyo langsung menimpuk Jungkook menggunakan bantal itu saat melihat Jungkook mengedipkan matanya genit.

Ponsel Jihyo mendadak bergetar. Gadis itu bergerak mengambil ponselnya. Sebuah pesan yang berhasil membuat kedua matanya membulat. Tangannya spontan meremas ponsel itu. Jantungnya seakan berhenti berdetak untuk saat ini.

'Ayah...'

***
TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

8.6M 175K 134
18++ adult content, teenage story Claudya POV Hai! Aku Claudy, aku punya dua sahabat kecil yang dekat sekali denganku. Kenzo dan Daniel. Sebenarnya a...
361K 37.9K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
52.5K 405 25
TIDAK MENGGUNAKAN BAHASA BAKU 21++++ BOCAH MINGGIR DOSA DITANGGUNG SENDIRI JANGAN LUPA VOMENT YA BUJANG Unpublish...