Fake Love (17+) ✔

By ShiaMoer

213K 13.6K 3.4K

NC17+ *** Katakanlah Jungkook berbohong bahwa dia tak jatuh dalam pesona Jihyo. Jungkook takut mengakuinya ka... More

Cast
Prolog
[1] Wedding
[2] High School
[3] Chocolate
[4] Cooking
[5] One Night
[6] Swimming
[8] Flirty Girl
[9] ill
[10] Club
[11] Back Home
[12] Jerk
[13] Stop It
[14] Think Again
[15] Practice
[16] We Will Support You
[17] Plan
[18] Cockroaches
[19] Noona
[20] Problem
[21] Cold
[22] Busan
[23] Hospital
[24] Because Park Jihyo
[25] Snow White And The Seven Dwarfs
[26] I Like It
[27] King Size
[28] My Lady
[29] Confused
[30] I Want You
[31] 5 Years Later
[32] Where Are You
[33] I Refused
[34] Meet Again
[35] Love U
[36] Jeon Company
[37] Missing U
[38] Problem SinV
[39] Still A Problem
[40] Problem SinV 2
[41] Problem SinV 3
[42] Romantic Jungkook For Jihyo
[43] Critical
[44] Fake Love END
Epilog
COMPLEX
Pic Junghyo

[7] New Student

4.1K 305 81
By ShiaMoer

"Park Jihyo, kau sudah siap? 10 menit lagi giliranmu" asisten pemilik café itu masuk ke ruangan tata rias itu.

"Ne—ne!" jawab Jihyo terbata-bata.

Asisten pemilik café itu menutup pintu itu kembali. Dan munculah Jungkook di balik pintu itu sambil tersenyum penuh kemenangan.

Jihyo memyaunkan bibirnya. Ia kembali menatap cermin meja rias itu, melirik mini dress sexy yang ia kenakan sekarang sudah setengah robek di bawahnya. Beruntung jika kecil, tapi ini memanjang, dan itu dapat menglihatkan pahanya sendiri.

"Ya! Ottoke?!" Jihyo mulai gusar. Ketakutan datang. 10 menit lagi ia akan tampil, tapi bagaimana dengan pakaiannya ini.

Jungkook malah terkekeh. Ia terlihat begitu senang dengan hasil kerjanya. "Sudah ku katakan, tidak usah bernyanyi disini lagi" ujarnya berdiri di belakang Jihyo.

Jihyo merengut memandang Jungkook dari pantulan kaca itu."Astaga, aku menyesal membiarkanmu ikut"

Jungkook semakin menarik ujung bibirnya. "Beruntungnya aku ikut."

Jihyo mendengus kesal. Sekitar 15 menit yang lalu, pria bermarga Jeon itu ikut masuk ke ruangan tata rias ini dan pria itu memulai aksi panas dengan dirinya. Seenaknya pria itu meciumnya dengan kasar dan seenaknya merobek ujung dressnya. Apa Jungkook sengaja?. Lihatlah wajah pria itu seperti tak berdosa saja. Tersenyum penuh kemenangan dan pria itu tak sadar bibir pria itu telah merah bekas lipstik yang menempel di bibirnya sendiri.

Kedua tangan Jungkook perlahan melingkar memeluk Jihyo dari belakang. "Mari kita keluar saja dari sini" bisiknya pelan di telinga Jihyo.

Jihyo melirik Jungkook sinis. Ia berbalik menatap Jungkook. "Dengar ya tuan Jeon. Sebenarnya, aku juga tak mau bekerja seperti ini. Aku juga lelah. Tapi ini karena keterpaksaan. Jika aku tak melakukan ini, darimana aku mendapatkan uang? Menjadi dirimu begitu enak. Kau kaya, dan tak perlu melakukan pekerjaan seperti ku ini. Tapi aku tidak. Kita berbeda Jungkook. Kau harus mengerti diriku. Lebih baik kau pergi saja"

Untuk sesaat Jungkook terdiam melihat wajah Jihyo itu. Gadis itu mencoba menahan tangisnya. Tapi ia dapat melihat jelas kedua mata besar itu terlihat bening. Siap mengeluarkan air mata. Bodohnya, dia hanya membisu.

Jihyo memalingkan wajahnya. Ia mencoba menahan air matanya agar tak keluar. Perlahan ia menurunkan kedua tangan Jungkook itu yang sedari tadi masih bertengger di pinggangnya.

"Pergilah"

***
Jihyo menutup lokernya setelah ia memasukkan binder berisi tugasnya. Tapi sesuatu menarik perhatiannya. Ia kembali membuka lokernya. Satu tangannya terjulur masuk ke dalam loker itu mengambil sebuah gantungan kunci bergambar bunga rose. Ia memperhatikan gantungan kunci itu yang sama sekali terlihat asing dengannya. Sejak kapan ia memiliki gantungan kunci itu. Tak sampai di situ, ia melihat secarik kertas di dalam loker itu juga.

'Pulang sekolah datanglah ke rooftop. Ku mohon temuilah aku'

Ntah dari siapa penulis itu, Jihyo juga sebenarnya tak ingin tahu. Namun, sesuatu mendorongnya mengiyakan ajakan si penulis itu. Mungkin juga, si penulis itu yang memberikan gantungan kunci ini. Yah, setidaknya ia menghargainya. Ia pun memasukkan kembali secarik kertas itu tapi masih menggenggam gantungan kunci rose itu. Menutup kembali loker itu.

"Ha! Kamjagiya!"

Jihyo terkejut setengah mati melihat seorang gadis tiba-tiba berdiri di dekat lokernya.

Gadis itu tanpa berdosanya menyengir lebar. "Annyeong! Jeon Jihyo"

Jihyo mengerut tebal mendengar gadis itu memanggil namanya namun marga yang salah.

"Aku Hwang Eunbi, gadis indigo" gadis itu menjulurkan tangannya ingin menyalam Jihyo.

Walau masih bingung, Jihyo dengan ragu membalasnya. "Park Jihyo"

Mereka melepaskan tangan masing-masing. Hwang Eunbi melipat tangannya di dada. "Kau ingin ke kelas? Bisakah kita sama"

Ragu, Jihyo kembali menganggukkan kepalanya. Masalanya gadis bernama Hwang Eunbi itu tak pernah sama sekali ia lihat. Mungkin anak baru?.

Keduanya hanya diam tak berbicara. Sebenarnya, hanya Jihyo yang diam. Sedangkan Eunbi berjalan seraya tebar pesona dengan siswa lainnya.

Tak lama pun, mereka sampai di kelas Jihyo. Jihyo langsung saja menduduki dirinya di kursinya. Guru yang sudah berdiri di depan itu memperhatikan Eunbi dari atas sampai bawah, karena merasa asing.

"Saya anak baru ssaem" ujar Eunbi berhasil menarik perhatian seluruh siswa di kelas itu.

Guru itu mengangguk beberapa kali. "Silahkan perkenalkan dirimu."

Hwang Eunbi berjalan di depan itu, dengan wajah angkuhnya ia memulai perkenalannya.

"Hwang Eunbi atau kalian bisa memanggilku Kim Eunbi?" gadis itu mengibaskan rambut hitamnya dengan sombong.

Singkat dan padat perkenalan itu namun malah membuat Kim Yerim dan kedua kawannya jengkel melihat gaya Eunbi itu.

Guru dan semua siswa malah bingung dengan perkataan Eunbi itu. Hwang menjadi Kim? Tak masuk akal.

Eunbi malah terkekeh. Ia memandang satu titik di barisan belakang sana. "Marga ku pasti akan terganti suatu kelak" ujarnya dan masih membuat guru dan siswa lain tak mengerti.

"Ya terserah saja. Kau bisa menduduki kursi yang kosong" ujar guru itu menyudahinya karena ia malas untuk berpikir lebih keras dan bertanya maksud ucapan Eunbi itu.

Eunbi mengedar mencari kursi kosong. Hanya satu dan itu ada di pojok kanan belakang. Tapi ia tak suka. Ia ingin duduk di belakang yang di sebelah kiri.

"Ssaem, bisakah aku duduk disana?" Eunbi menunjuk kursi gadis bernama Kim Jennie itu.

"Aku?" Jennie menunjuk dirinya.

"Ada apa Eunbi?" tanya guru itu.

Eunbi melipat tangannya di dada dengan gaya sombongnya. "Aku ingin duduk dengan suami masa depanku"

Lantas seisi kelas itu tertawa keras mendengar ucapan konyol Eunbi itu, namun tidak Jihyo. Gadis itu lebih memilih diam. Ia malah tak fokus sedari tadi.

Kim Jennie melirik Kim Taehyung, pria yang di perhatikan Eunbi tadi.

"Tidak bisa Eunb—"

"Ayolah ssaem, aku murid baru disini" Eunbi masih dengan gaya sombongnya.

"Kim Jennie pindahlah. Biarkan murid baru ini duduk"

Eunbi bersorak kecil mendengarnya. Ia melirik Jennie sinis. Gadis berkulit sawo matang itu pun juga menatap Eunbi tajam. Dengan sangat tak rela Jennie bangkit dari duduknya dan berpindah ke kursi kosong di pojok kanan sana.

Eunbi pun mulai melangkahkan kakinya, namun terhenti saat guru ssaem itu memanggilnya lagi. "Hwang Eunbi, dimana tasmu?"

Eunbi menyengir lebar. "Besok aku akan membawanya ssaem"

Guru itu berdecak menggeleng. Eunbi kembali berjalan, saat ia melewati kursi Kim Yerim dan Eunha, ia sempat mengibaskan rambutnya. Lalu kembali berjalan ke kursinya.

"Annyeong Kim Taehyung" Eunbi menyapa langsung pria yang duduk di sampingnya.

Kim Taehyung berdehem, ia bingung kenapa bisa gadis di sebelahnya mengetahui namanya sedangkan ia tak pernah memberitahu.

Eunbi menopang dagunya, kepalanya masih menghadap ke samping memperhatikan wajah tampan Kim Taehyung.

"Aku sangat bersyukur, suami masa depanku memiliki wajah tampan. Hihi..." Eunbi terkikik sendiri memperhatikan wajah Kim Taehyung.

Taehyung hanya diam memperhatikan ke depan walau ia mendengarnya. Ia sendiri sebenarnya berusaha tak menatap mata gadis itu secara dekat. Ada yang aneh dalam dirinya juga.

"Aish! Awas saja gadis itu!" Kim Jennie memandang tajam kearah Eunbi. Ia kesal, marah dan emosi melihat gadis itu memperhatikan kekasihnya terus.

***
Jam istirahat pun tiba. Jihyo menyimpan segala bendanya, ia bersiap melangkah meninggalkan kelas itu namun tiba-tiba Eunbi memanggilnya.

"Jeon Jihyo!"

Teriakan yang melengking itu berhasil menarik perhatian semua siswa yang masih di kelas itu termasuk pria yang bermarga sama itu.

Dengan riangnya Eunbi berjalan mendekati Jihyo. "Kau ingin ke kantin kan? Mari kita bersama"

Jihyo membeku. Gadis itu barusan memanggilnya lagi dengan marga yang salah. Jika mereka berdua itu tak masalah, tapi ini beda. Kelasnya masih penuh siswa belum lagi Jeon Jungkook disini. Pria itu akan berpikir luas juga.

"Err... Jeon Jihyo?" Dahyun mendengarnya ikut bingung.

Hwang Eunbi beralih pada Kim Dahyun. "Annyeong calon iparku. Aku Kim Eunbi" Eunbi terkekeh lagi.

"Heol!" Kim Dahyun memandang gadis di depannya aneh.

"Jeon Jihyo, kajja kita ke kantin" Eunbi bergelayut di tangan Jihyo seakan sudah akrab.

Jihyo malah menepisnya lembut. "Hwang Eunbi. Maaf, aku Park Jihyo bukan Jeon Jihyo. Kau salah orang mungkin" ujarnya berusaha lembut.

Eunbi tersenyum tipis. "Iya maaf" ujarnya akhirnya melihat wajah Jihyo mulai serius.

"Hei gadis aneh!"

Tiba-tiba saja Kim Jennie dan kedua kawannya berjan mendekati Eunbi.

Eunbi masih memasang wajah angkuhnya. Ia tiba-tiba menjadi malas melihat wajah ketiga gadis itu.

"Ada apa Kim Jennie?" Eunbi memandang Jennie datar.

Jennie memasang wajah tajamnya. "Beraninya kau meminta tukar kursi denganku?!" tunjuknya.

Eunbi berdehem sebentar. Ia membalikkan tubuhnya menatap Kim Taehyun yang masih duduk di tempatnya. "Memangnya salah? Kekasihmu sendiri saja sudah bosan melihat wajahmu setiap hari"

Kim Taehyung sontak memandang gadis itu. Ia sedikit menganga saat tahu Eunbi mengetahui isi hatinya sendiri.

Kim Jennie sebentar melirik Kim Taehyun, ia kembali menatap Eunbi. "Kau—"

"Tutup saja mulutmu. Karena sebentar lagi, kau dan Kim Taehyun akan putus" lanjut Eunbi, kali ini wajahnya berubah menjadi serius.

Dan itu berhasil membuat Jennie sedikit merinding. "Dan Oh! Untukmu Kim Yerim dan Eunha, kalian juga sebentar lagi akan pisah dengan kekasih kalian sendiri" lanjut Eunbi menarik ujung bibirnya.

"Kim Dahyun, Jeon Jihyo mari kita pergi" Eunbi menarik begitu saja kedua tangan gadis itu yang masih bingung.

***
"Jadi kau indigo?!" Dahyun membesarkan matanya tak percaya.

"Hmm" Eunbi bergumam dengan mulut yang penuh sandwich.

"Woah, keren sekali" lanjut Dahyun.

Eunbi menelan habis sandwich-nya. "Ya begitulah. Tapi aku hanya bisa melihat masa depan sekilas saja."

Dahyun menganggukkan kepalanya. "Kau bisa melihat masa depanku?"

Dahyun menatap Eunbi berbinar. Eunbi malah memasang wajah malas. "Datar sekali hidupmu. Memiliki kekasih bertahan sampai kalian menikah"

"WOAH! Jinjjayo?!" Dahyun berteriak histeris mendengarnya. Untung saja cafeteria itu sangat ramai sehingga mereka tak menjadi pusat perhatian.

Eunbi kembali berdehem. Ia kini beralih pada Jihyo yang sedari tadi mengaduk minumannya sendiri menggunakan sedotan itu. "Kenapa?"

"Tidak" jawab Jihyo singkat.

Eunbi mengedikkan bahunya. Sebenarnya ia tahu. Tapi ia tak ingin di anggap sok tahu. Ia kembali beralih menatap Kim Dahyun.

"Dahyun-ssi, kau tahu Kim Taehyung sepupumu adalah calon suamiku"

Dahyun hampir saja tersedak dengan minumannya. Ia memandang Eunbi terkejut. Gadis berhidung mancung itu tertawa pelan. "Dia juga menyukaiku" lanjutnya.

Dahyun akhirnya hanya bisa ikut tersenyum. Walau ia menganggap Eunbi adalah gadis aneh.

"Woah. Kim Taehyung itu tampan sekali" Eunbi mulai berkhayal mengenai pria itu.

Dahyun menggeleng berdecak, tertawa kecil. Gadis itu belum mengetahui Taehyung dari dalam dan luarnya. Mungkin wajah bisalah gadis itu katakan tampan, tapi bagaimana sikapnya. Sudahlah, lupakan saja. Ia mungkin akan ikut gila jika mengingatnya.

"Micheosseo!"

Eunbi dan Dahyun beralih memperhatikan Jihyo yang malah mengumpat sendiri belum lagi gadis bersurai coklat itu memukul kepalanya berkali-kali.

"Wae geurae?" Dahyun bertanya.

Jihyo menunduk dalam. Ia kembali memukul kepalanya dan mulutnya masih mengumpat.

"Ya! Kau kenapa?" tanya Dahyun lagi.

Jihyo akhirnya mendongak, ia menatap Dahyun. "Aku mengatakan benar, kan?"

"Ha?" Dahyun tak mengerti maksud Jihyo.

"Katakan, aku mengatakan benar." Jihyo mengguncang tangan Dahyun itu.

Dahyun menggeleng tak mengerti. "Apa maksudmu? Coba jelaskan"

"Aish! Rasanya aku akan gila" Jihyo kembali merutuki dirinya sendiri.

"Apa sih! Kau aneh" Dahyun menjadi kesal karena tak mendapat jawaban.

Eunbi sendiri malah hanya tersenyum kecil seraya menikmati minuman dinginnya.

***
Park Jihyo memperhatikan seluruh kelasnya. Satu persatu siswa mulai berpergian meninggalkan kelas itu. Dahyun sudah berdiri di sebelah kursi Jihyo seraya menyandang tas ranselnya.

"Kajja!" ajaknya.

Jihyo mengancing resleting tas ranselnya. Ia bangkit berdiri. "Duluan saja. Aku masih ada urusan"

"Memangnya kau ingin kemana?" Eunbi datang tiba-tiba.

"Eumh... ada urusan" Jihyo mencoba menyakini keduanya.

"Oh baiklah. Dahyun-ssi, aku ingin ke rumahmu. Bertemu dengan Taehyung, hihi" Eunbi langsung saja menarik tangan Dahyun dengan penuh kebingungan.

"Tapi kekasihku sudah menungguku" ujar Dahyun masih dengan tangan yang di tarik.

Eunbi malah tersenyum. "Yasudah, kau berikan saja alamatmu. Nanti jika Taehyung bertanya, aku akan menjawab aku menunggumu. Berbohonglah jika Taehyung benar-benar menayaimu"

Dahyun hanya cengo. Ia akhirnya pasrah.

***
Jihyo mulai melangkah meninggalkan kelasnya. Sejenak ia berhenti. Di lihatnya gantungan kunci rose itu di tasnya. Ia kembali memperhatikan gantungan itu. Apa seharusnya ia menemui pemberi gantungan ini? Atau tidak?. Sebenarnya, ia tak terlalu peduli. Hanya ada sedikit rasa penasaran dengan si pemberi itu.

Dan akhirnya ia kembali melangkahkan kakinya kembali. Kakinya terus melangkah, sampai ia melihat sebuah sepatu tak jauh darinya. Kepalanya menaik, memperhatikan punggung itu.

"Boo Seungkwan?"

Pria yang akhir-akhir ini tak pernah ia lihat lagi itu membalikkan tubuhnya. Ia terkejut melihat Jihyo sudah di depannya.

Jihyo mengerutkan dahinya. Ia beralih pada gantungan kunci di tangannya kini. Berpikir, bahwa Seungkwan lah yang memberikan gantungan kunci ini. Ia kembali mendongak melihat Seungkwan masih berdiri di dekat tangga rooftop itu.

"Eerr.. ee..."

Setelah itu, tanpa berkata Seungkwan berlari begitu saja menuruni anak tangga itu.

Jihyo memperhatikan tubuh Seungkwan yang sudah menghilang di belokkan tangga itu. Keningnya semakin berkerut tebal. Tak mengerti maksud Seungkwan. Pria chubby itu memberikannya gantungan rose dan menyuruhnya pergi ke rooftop. Tapi sekarang, setelah berhadapan Seungkwan malah kabur dari hadapannya. Tak masuk akal.

Akhirnya ia pun ikut menuruni tangga itu, keluar dari sekolah. Untuk apa juga ia berlama di sekolah. Lagian hari ini Kim Yerim ntah kemasukkan setan apa, gadis itu tak memberikannya tugas les. Baguslah, ia tak lelah terus berpikir.

***
Kim Yerim mendongak memandang langit yang sudah mulai menghitam. Ia kembali memperhatikan ponselnya. Merengut kesal seraya menghentakkan kakinya beberapa kali.

"Euuhh... Bunny kau dimana sih?" Kim Yerim kembali mencoba menelepon kekasihnya itu lagi.

Tapi suara operator kembali berbunyi. Ini membuatnya semakin kesal. Pasalnya ia sudah mengatakan kalau mereka harus pulang bersama. Tapi kekasihnya itu malah berlari ntah kemana meninggalkan dirinya. Dan sekarang ia masih berdiri di halte sekolahnya hanya menunggu Jeon Jungkook seorang. Pria itu malah tak bisa di hubungi sedari tadi.

"Kim Yerim"

Kim Yerim menoleh mendengar seseorang memanggilnya. Hwang Eunbi dengan angkuhnya berdiri di sebelahnya dengan tangan yang di lipat di dada, seperti sudah kebiasaan gadis itu.

Kim Yerim berdecih melirik Eunbi sinis. Ia memberikan jarak saat ia merasakan lengan gadis berhidung mancung itu mengenainya dan ia tak suka. Apalagi saat teringat, Eunbi yang mengatakan ia dan kekasihnya akan putus juga. Dasar gadis gila yang senang berkata tanpa di saring.

Eunbi menarik ujung bibirnya. Ia melirik Kim Yerim yang memang lebih pendek darinya sebentar. "Gadis manja"

Gumaman kecil itu masih sanggup Kim Yerim dengar. Ia menoleh cepat menatap Eunbi tajam. "Mwo?"

Eunbi tertawa pelan. "Aniyo. Aku duluan ya gadis manja" ujarnya menaiki bus itu yang kebetulan datang dengan tepat.

"YAA!!" Kim Yerim berteriak melihat bus itu sudah melaju pergi.

Emosinya meluap melihat senyum sinis Eunbi tadi. Baiklah, gadis itu sepertinya ingin bermain dengannya. Benar, apa kata Kim Jennie bahwa mereka harus membasmi gadis bermarga Hwang itu. Tak baik, jika gadis itu di biarkan. Eunbi bisa-bisa melunjak dirinya.

***
"Hufh... untung saja" Jihyo menghela nafas lega melihat ponselnya masih utuh di laci mejanya.

Tadi ia sudah menuruni semua anak tangga tapi mendadak ia teringat. Ponselnya tertinggal di meja kelasnya. Dengan sangat malas ia kembali berlari menaiki anak tangga itu kembali. Takutnya, jika besok ia mengambilnya, ponselnya menghilang.

Jihyo kembali keluar dari kelasnya setelah ia menyimpan ponselnya. Namun, baru beberapa langkah kakinya berhenti.

"Hah..."

Jeon Jungkook berdiri memandang Jihyo dengan pandangan yang sulit di artikan.

Jihyo tak tahu harus apa. Ia hanya bisa diam membisu melihat hodie pria itu yang sudah basah kuyup, begitupun rambut coklat pria itu yang sedikit basah. Ingin memulai percakapan, tapi rasanya sesuatu mencegat di kerongkongannya membuat ia hanya membisu. Ingin segera berlari dari tempat itu, tapi mendadak kakinya seakan lumpuh susah di gerakkan.

Jihyo akhirnya mengedipkan beberapa kali mata bulatnya. Ia memalingkan wajahnya segera melihat mata hitam yang meneduhkan itu.

"Sebegitu bencinya kah kau denganku?"

Jihyo kembali menatap pria itu. Jungkook kembali diam. Keduanya hanya saling menatap. Jihyo menelan ludahnya mencoba membasahi kerongkongannya yang mendadak mengering. Dengan tarikan nafas, ia mencoba membuka suaranya.

"Maksudmu?" Jihyo berusaha menetralkan pernafasnya yang mulai memburu. Ntahlah, hanya jantungnya saja yang berdetak memburu membuat pernafasannya terganggu.

Jungkook melepas tudung hoodie itu dari kepalanya. "Aku menunggumu"

"Kenapa kau menungguku?"

Jungkook melirik gantungan kunci rose yang sudah melekat di resleting tas gadis itu. "Aku menyuruhmu menemuiku di rooftop. Tapi aku kecewa, kau tidak datang"

Jihyo sontak membesarkan matanya. Ia menepuk dahinya. "Jadi kau itu?!"

"Astaga! Ku pikir Boo Seungkwan"

Jungkook mengernyit tak suka. "Kenapa kau malah berpikir dia?!"

"Dia berdiri di tangga rooftop. Tapi tiba-tiba ia berlari. Yasudah aku pulang saja" jawab Jihyo mulai melupakan degupan jantungnya kini.

Jihyo teringat dengan gantungan kunci rose itu. "Ah! Ini pemberianmu?" tanyanya seraya melepaskan sandangan tasnya.

Jungkook hanya bergumam pelan. Jihyo kembali menatap Jungkook. "Gumawo. Aku suka" ujarnya malu-malu.

Heol. Jungkook rasa kekesalannya pada gadis bermata bulat itu hilang begitu saja setelah mendengar kata suka itu keluar.

"Ah, geundae. Kau ingin membicarakan apa sampai ingin menemuiku di rooftop. Bahkan kau sampai basah begini"

"Geunyang permintaan maaf saja. Tapi sekarang tidak lagi. Aku sudah menebak, kau sudah memaafkan ku"

Jihyo berdecih tapi ia malah tersenyum. "Geurae, aku sudah memaafkanmu."

"Sekarang kau harus bertanggung jawab"

"Ne?" Jihyo mengernyit tak mengerti.

"Tubuhku basah. Kau harus bertanggung jawab"

Setelah itu Jungkook langsung menarik Jihyo.

***
TBC...

Kim Dahyun

Hwang Eunbi

Continue Reading

You'll Also Like

2.2K 123 22
mengandung unsur dewasa 21+ ⚠️ kisah seorang gadis terjebak seorang diri dan sangat menderita. ketika sinar lampu menerangi jalan gadis tersebut tela...
774K 78.2K 54
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
1.8M 11.3K 48
⚠️WARNING!! n: sengaja di reupload karena sempat kena banned! Bara Winston seorang laki laki yang di cap cabul oleh seisi kampus nya dengan memanfaat...
341K 15K 57
warning: 21+ sleep with friends Kekasih bayangan aku rubah menjadi sleep with friends...semoga suka... -BEANCA RUKMANA KEYLANA- Kisah persahabatan e...