πŸ†ƒπŸ…°πŸ…ΌπŸ…°πŸ†ƒ Kamu Adalah Pria Y...

By iu3a17

614K 54.7K 2.2K

[WARNING TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR CE... More

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Peringatan Untuk Pembaca Sebelum Klik Halaman Selanjutnya!!!!
Chapter I Mai Ding Biasa-Biasa Saja
Chapter II Ayo Berteman
Chapter III Ketika Melatih Hati Saat Bela Negara
Chapter IV Kehilangan Cawat
Chapter V Aku Tidak Suka Laki- Laki, Tapi. . .
Chapter VI Pangeran dan Putri Tidak Sebaik Kamu
Chapter VII Jatuh Cinta
Chapter VIII Mai Ding Berdiri di Mata Tuhan
Chapter IX Tidak Tahan untuk Begitu Mencintaimu!
Chapter X Kamu Tidak Bisa Dibagi
Chapter XI Ayo, Berkencan Penuh Energi!
Chapter XII Kamu Bilang Tidak Akan Menyakitiku
Chapter XIII Tanggung Jawab Kekasih
Chapter XIV Aku Ingin Tahu Kamu Mencintaiku
Chapter XV Aku Pembantunya An Ziyan
Chapter XVI Tidak akan Pernah Kesepian
Chapter XVII Musim Dingin Kita Datang
Chapter XVIII Hari Natal dan Menangis
Chapter XIX Tidak Ingin Kalian Bersama
Chapter XX Biarkan Aku Menyukainya!
Chapter XXI Jadi Kamu Mengingat Semua
Chapter XXII Menikmati Kebahagiaan Itu Yang Penting
Chapter XXIII Aku Sangat Terikat, Tapi Kamu Tidak Perduli
Chapter XXIV Terimakasih Untuk Mencintaiku
Chapter XXV Tolong Hargai Suamimu
Chapter XXVI Selamat Tahun Baru, An Ziyanku
Chapter XXVII Jangan Meremehkan Wanita!
Chapter XXVIII Lukamu Benar-Benar Sakit
Chapter XXIX Cinta Semuanya Luka
Chapter XXX Kutemukan Kamu, Kamu Akan Bersamaku
Chapter XXXI Memang Harus Tinggal Bersamamu
Chapter XXXII Cintamu Itu Sembunyi - Sembunyi
Chapter XXXIII Setelah Menonton Broken Back Mountain Berdua
Chapter XXXIV Cinta Pertama Mai Ding
Chapter XXXV Ini Dunia Yang Dingin
Chapter XXXVI Sisi Gelap An Ziyan
Chapter XXXVII An Ziyan Kamu Membunuhku Hari Ini
Chapter XXXVIII An Ziyan bersama Mai Ding
Chapter XXXIX Rasa Sakit dari Kenangan yang Paling Dalam
Chapter XL Seluruh Duniaku
Chapter XLI Kencan Mai Ding
Chapter XLII Kamu Ingin Memastikan (Part I)
Chapter XLIII Kamu Ingin Memastikan (Part II)
Chapter XLIV Persiapan Untuk Bahagia
Chapter XLV Mai Ding dan Su Xiaomi
Chapter XLVI Aku Tolol
Chapter XLVII Pelajaran dari Guru Su Xiaomi
Chapter XLVIII Cinta Mereka
Chapter XLIX Kamu Boleh Pergi, Tapi Jangan Tinggalkan Aku
Chapter L Hanya Mencintai
Chapter LI Kesepian?
Chapter LII Kalau Aku Melihatmu Lagi
Chapter LIII An Ziyan, Aku Merindukanmu
Chapter LIV Mai Ding, Selamat Ulang Tahun (Part I)
Chapter LV Mai Ding, Selamat Ulang Tahun (Part II)
Chapter LVI Anak Yang Berbuat Dosa
Chapter LVII Tidak Ada Seorangpun yang Bisa Dibandingkan Denganmu
Chapter LVIII Mai Ding dan Istri yang Baik
Chapter LIX Mai Ding Dikelilingi Oleh Para Wanita
Chapter LX Pinokio Si Tukang Bohong
Chapter LXI Akhirnya Hancur
Chapter LXII Musim Panas Satu dan Dua Hal
Chapter LXIII Jadi Sakit dan Jadi Lembut
Chapter LXIV 8 Menit (Part I)
Chapter LXV 8 Menit (Part II)
Chapter LXVI Bagaimana Kalau Bertemu Orangtua?
Chapter LXVII Kecuali Menilik Hal Lain, Mencintaimu Menjadi Sesuatu yang Pasti
Chapter LXVIII Pikiran yang Penuh Malapetaka
Chapter LXVIX Adik Kecil, Sikap Macam Apa Itu?
Chapter LXX Ikuti Alirannya
Chapter LXXI Cinta Tanpa Uang
Chapter LXXII Suamiku
Chapter LXXIII Tidak Perduli Apapun yang Terjadi, Aku Masih Memilikimu
Chapter LXXIV Karenamu Aku Menangis
Chapter LXXV Keinginan Yang Sepele
Chapter LXXVI Jangan Mencobanya Lagi
Chapter LXXVII Hal Seperti Ini Saat Dilihat Beberapa Kali Akan Terbiasa
Chapter LXXVIII Membawaku Di Jalan Ini, Kamu Harus Menyelesaikan Perjalanan
Chapter LXXIX Ini Akan Baik-Baik Saja
Chapter LXXX Tidak Perduli Seberapa Pahitnya
Chapter LXXXI Mulai Untuk Bahagia
Chapter LXXXII Penggembala Sapi dan Gadis Penenun
Chapter LXXXIII Kamu Pembohong
Chapter LXXXIV Biarkan Aku Untuk Tidak Sangat Mencintaimu
Chapter LXXXV Aku Menemukannya, An Ziyan!
Chapter LXXXVI Ini Akan Menyakitimu
Chapter LXXXVII Luka Yang Tidak Dapat Dimengerti
Chapter LXXXVIII Mata Yang Buta
Chapter LXXXIX Jangan Bertengkar Lagi Nanti
Chapter XCI Jadi Kamu Tidak Mendengarnya
Chapter XCII Tentang Ayah Mai Ding
Chapter XCIII Gunakan Kata Gombalku untuk Membunuhmu
Chapter XCIV Ulang Tahun Dari Hal Yang Merepotkan!
Chapter XCV Semua Orang Menemukan Kesalahan
Chapter XCVI Tidak Jelek Jadi Orang Yang Seperti Itu
Chapter XCVII Lebih dan Lebih Manis
Chapter XCVIII Aku Mencintaimu
Chapter XCVIX Penggalan Kehidupan Kecil
Chapter C Ini Kamu Atau Keinginanmu!
Chapter CI Keluarga An
Chapter CII Perasaan Ini Sangat Tidak Nyaman
Chapter CIII Kebahagiaan adalah Tentang Hal Dimasa Lalu!
Chapter CIV Sayangku!
Chapter XCV Sindrom Sebelum Menikah
Chapter CVI Bersemangat Saat Berkumpul Bersama
Chapter CVII Menikah Itu Apa?
Chapter CVIII Cerita Dongeng
Chapter CIX Cerita Dongeng Berlanjut[END]
Special Chapter I Sangat kecil, Hebat
Special Chapter II Anggota Persahabatan
Special Chapter III Pergi ke Maldives
Special Chapter IV An Ziyan
Special Chapter V Bulan Madu, Sesuatu yang Seperti Ini
Special Chapter VI Senyummu
Special Chapter Khusus Bahagia sampai sangat bahagia Part I
Special Chapter Khusus Bahagia Sampai Sangat Bahagia Part II [End]

Chapter XC Paling Kusayang!

5.3K 445 5
By iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (='∀`)

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Mai Ding membantu An Ziyan mengemasi barang. Sepertinya ayah An Ziyan sedikit agak gimana begitu, jelas dia ingin menghabiskan usahanya untuk membantu An Ziyan, tapi caranya agak kejauhan caranya.

Meskipun masih ada kelas yang perlu dimasuki, An Ziyan tetap harus pergi. Walaupun hati Mai Ding agak tidak suka, tapi Mai Ding tidak mau memperlihatkannya. Dipikirnya nanti dia tidak bisa melakukan apapun tanpa An Ziyan, dia ingin An Ziyan merasa bangga terhadapnya.

"Di sana ingat makan dan sekarang cuaca sudah mulai dingin, kamu 'kan sudah dewasa, jangan membuatku cemas."

"Em, Mai Ding." An Ziyan bicara dengan nada menyindir.

Mai Ding menarik dirinya sedikit, dan menyerahkan kopernya pada An Ziyan, meski begitu dia seperti tidak mau melepaskan kopernya.

"Kamu mau nggak aku antar."

"Enggak, hei, lepaskan."

Mai Ding menyeret kopernya, "Aku ingin mengantarmu"

"Kalau begitu, kamu pergi duluan, kalau kamu sampai pertama. Aku biarkan kamu mengantar."

An Ziyan belum bilang untuk mengawalinya. Mai Ding sudah seperti angin keluar dari pintu, berlari ke tangga. Dia tidak pernah melihat, Mai Ding bisa lari secepat itu, dia seperti terbang. Mai Ding sudah berlari ke mobil An Ziyan yang ada didepan, dia sampai kehabisan nafas sangking capeknya. Lalu Dia melihat ke belakang dengan gerak tubuh penuh kemenangan.

"Aku menang."

Tapi dibelakang tidak ada sosok An Ziyan, setelah beberapa lama, akhirnya An Ziyan dengan sikap yang santai menuruni tangga.

"Aku masih mau mengatakannya dan kamu sudah benar-benar berlari."

"An Ziyan! Kamu mempermainkanku, aku nggak mau mengantarmu." Mai Ding ingin berbalik, tapi An Ziyan menyeretnya masuk ke mobil.

Saat duduk di mobil Mai Ding memegang tangannya. "Oh, Ini apa caramu memintaku mengantarmu, aku nggak bisa melakukan apapun yang lebih darimu."

"Aku hanya membiarkanmu membawa pulang mobilnya."

"Kamu memang kejam. Apa kali ini akan lama?"

"Belum tahu."

"Jawaban apa itu, 'belum tahu', lalu aku harus bagaimana?"

"Kamu tidak sedang menahanku 'kan?" An Ziyan pura-pura tidak tahu maksud pertanyaannya.

"Aku, maksudku aku tidak mengatakan apapun. Maksudku sewa, ah, air dan juga listrik. Banyak yang harus dilakukan."

"Kalau itu kamu nggak usah khawatir, walaupun aku tidak pulang, cukup untukmu tinggal seumur hidup disana."

"Memang kamu berani!" Mai Ding memperingatkan An Ziyan.

An Ziyan menepikan mobilnya, sambil melihat ke arah Mai Ding yang sudah memberikannya ekspresi 'segera ingin melihatmu' yang terlihat dengan jelas. Mereka berdua bicara dengan berisik, selama perjalanan ke bandara.

Hati Mai Ding mulai canggung, tidak mau membiarkannya pergi, meskipun menempel terlalu kuat benar-benar buruk, tapi tubuh yang patah ini tidak mau menurut. Mai Ding sulit mengalahkan tubuhnya. An Ziyan suka melihat Mai Ding yang seperti orang gila, dan memberikan kunci mobinya pada Mai Ding.

"Kamu mengemudilah sendiri."

Mai Ding mengambil kuncinya dan duduk dimobil, dia melihat An Ziyan yang masuk ke bandara, hampir menghilang di keramaian. Tiba-tiba dia menekan tombol jendela, dari jendela dia mengeluarkan kepalanya.

"An Ziyan!"

"An Ziyan, kamu lupa bawa sesuatu."

An Ziyan kembali, Mai Ding membuka pintu mobil, menarik tubuh An Ziyan kedalam mobilnya, dengan erat memeluknya, mengambil inisiatif mencium An Ziyan dengan lembut di mulutnya, dengan sedikit pertimbangan dia bicara, "Kamu lupa membawa ciumanku."

"Dasar idiot"

"Aku hanya memberimu waktu 10 hari, kamu harus kembali." Dia mulai menggunakan nada untuk memerintah, dan tidak tahan untuk bersikap sedikit sombong, "Hm baiklah~ An Ziyan~."

An Ziyan sebenarnya dari awal sudah siap dengan lelucon Mai Ding ini, hanya saja sedikit sikap sombongnya ini tidak punya kekuatan, dia sedikit menggigit bibir bagian bawahnya dan berkata, "Em, mengerti"

"Aku orang yang kehilangan disini. Kamu nggak cemas."

"Aku sudah menelepon Zhou Ge untuk selalu mengawasimu, agar tidak ada pria yang datang ke rumah."

Mai Ding menggigit bahu An Ziyan, "Aku ini cemas dengan kondisi mental dan fisikku. Bukan membiarkanmu cemas untuk menemukan pria lain!"

"Lepaskan, kelewatan pesawat."

Mai Ding dengan malas melepaskan An Ziyan. An Ziyan menutup pintunya, dia bisa melihat wajah cemberut Mai Ding. Dia meletakkan tangannya pada kepala Mai Ding.

"Dengan patuh, tunggu aku pulang."

"Kalau kamu akan pulang, aku akan menurut"

An Ziyan dengan perasaan pahit menggigit hidung Mai Ding, kemudian dia pergi ke bandara. Mai Ding bersandar di jendela sambil melihat An Ziyan yang pergi semakin lama semakin menjauh, sampai akhirnya menghilang dari pandangan.

Kamu baru pergi sedetik, aku mulai merindukanmu, kalau begitu bagaimana dengan detik-detik selanjutnya, apa yang harus aku lakukan?

.................

Mai Ding sudah sampai di rumah, dia mengambil nafas panjang, tiba-tiba menemukan dirinya tidak ada yang dikerjakan.

Hidup yang biasa saja bisa jadi sangat membosankan. Mai Ding menggulung lengan bajunya dan mulai membersihkan setiap pojokkan rumah. Akhirnya dia menaikkan lengannya untuk menyeka keringat di dahinya, dan kemudian membuka jendela. Dia duduk di depan piano An Ziyan.

Sinar matahari dengan lembut jatuh di tuts yang berwarna hitam dan putih. Mai Ding tidak bisa bermain, dia mengulurkan jarinya, dengan lembut menekan setiap tuts, dan merasakan An Ziyan yang menyentuh di setiap tempat itu. Dia bersenandung untuk menirukan suaranya, dan akhirnya melihat ke jendela.

Sayangku, apa yang kamu lakukan sekarang, seperti aku, apa kamu memikirkanku?

Mai Ding orang yang bijaksana, dia tahu kalau Ayahnya sampai memanggil An Ziyan untuk pergi pasti ada hal yang penting, jadi dia tidak ingin mengganggu An Ziyan. Dia menyeka tempat yang biasa An Ziyan tempati dengan tisu lagi dan lagi. Kadang saat melihat tempat yang kosong disebelahnya, dia ingat juga saat-saat menyenangkan. Dia tidak bisa berhenti untuk tertawa, saat mahasiswa di depannya mendengarkan tawanya mereka langsung merasa ketakutan. Mai Ding ini benar-benar kangen sampai kehilangan kewarasannya.

Malamnya ketika dia mau tidur, dia mengirimkan An Ziyan SMS:

Mai Ding : [Aku mau bobok]

An Ziyan : [Larut sekali, nggak bisa tidur?]

Mai Ding : [Menunggumu mengucapkan selamat malam, dan menepuk punggungku saat tidur.]

An Ziyan : [Di rumah bukankah ada seorang wanita berambut panjang yang bisa membantumu?]

Mai Ding : [An Ziyan kamu mau membuatku mati, bahkan menakutiku, aku tidur, aku tidak akan memperdulikanmu.]

Mai Ding melempar ponselnya di bawah bantal, dan kemudian dengan berjaga-jaga melihat ke sekitar. Lampu di rumah semua dinyalakannya, lalu dia mengunci pintu kamarnya, dan akhirnya bersembunyi dibalik selimut. Memegangi bantal An Ziyan, dan mengempit guling di kakinya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

5 hari kemudian, saat Mai Ding pulang dari kampus. Dia mendengar gerakan dari kamar tidur. Dengan menggebu-gebu, dia dengan terburu-buru membuka pintu.

"An Ziyan, kamu pulang . . ." kalimatnya belum selesai, seluruh wajahnya memucat. Dia melihat Zhou Ge dan Ellen, di tempat tidur miliknya dan An Ziyan. Tanpa menggunakan busana, sedang melakukan sesuatu yang belum selesai dilakukan. Mai Ding menutup pintu dengan membantingnya.

"Kok bisa-bisanya kamu datang ke sini?"

"An Ziyan mempercayakanmu padaku, Aku 'kan nggak datang untuk keperluanmu, Emh, kalau kamu ada kekurangan. Bagaimana aku menjelaskan padanya? Aku nggak bermaksud buat berhenti, aku juga punya jarum yang panjang , biarkan aku keluarkan dulu. Kamu tidak keberatan 'kan, kamu sendiri tahu berhenti di tengah jalan rasanya sangat nggak enak." Nada bicara Zhou Ge agak kasar mendekati ekstrim.

Mai Ding merasa marah, "Aku akan menelpon An Ziyan."

"Jangan, Jangan. Aku berhenti sekarang."

Tidak lama kemudian, Zhou Ge dan Ellen dengan berpakaian rapi keluar dari kamar. Mai Ding diajak oleh mereka berdua untuk seharian keluar dan malamnya makan malam bersama.

Tidak lama, semua kegiatannya ini menjadi begitu membosankan, ini sama saja dengan pembantaian, memang apa bedanya dengan binatang?

Ellen menyisir rambutnya kemudian mengikatnya, "Ayolah"

"Kemana?"

"An Ziyan takut kamu merasa bosan, dia membiarkan kami mengajakmu keluar makan, dan bermain."

Di kepala Mai Ding penuh kegelapan, dengan memegangi tangannya dia bicara, "Takut aku bosan, pulang saja sana, ah, aku tidak peduli soal itu, dimana aku kelihatan bosan, nggak dikehidupan ini aku sampai tidak tahu seberapa bosannya aku."

Zhou Ge mengangkat bahunya, "Kalau kamu bicara, perhatikan juga senyum dan ekspresimu yang terbuka itu."

Zhou Ge dan Ellen menemani Mai Ding bermain seharian penuh sampai terlambat hari ini juga, setelah itu mereka mengantarnya pulang. Ketika sampai di rumah Mai Ding menyilang kalender, tapi masih ada 4 hari lagi. Dia SMS An Ziyan.

[Nggak usah berpikir mencarikan orang untuk menemaniku, Hatiku tidak akan melunak. Masih ada 4 hari lagi. Kamu nggak usah pulang. Aku marah.]

Setelah mengirimkan informasi ini, Mai Ding jatuh tertidur.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suasana hati Mai Ding dipagi hari sangat bagus. Dia meregangkan pinggangnya dengan malas. Dia melihat pesan yang tidak dibaca. Saat dilihat, ternyata balasan SMS dari An Ziyan.

[Nggak bisa pulang tepat waktu.]

Wajah Mai Ding yang bersinar seperti matahari menjadi menghitam, nggak bisa pulang sungguh terlalu, terlalu, terlalu.

Mai Ding meletakkan bantal An Ziyan di lantai, dan menginjaknya, untuk melepaskan rasa jengkelnya. Soalnya, masalah ini sangat penting. An Ziyan harus kembali, kalau tidak dia akan merasa bosan.

...............

Mai Ding terbaring di atas meja, dengan memegang pulpen diatas meja menuliskan nama An Ziyan. Cowok ini nggak bisa pulang tepat waktu. Nggak bicara berapa hari lagi.

Pada akhirnya mau sampai kapan An Ziyan juga bicara selain,'hati-hati jangan jatuh cinta padanya'. Dia masih merasa canggung soal itu?

Lu Wei selalu datang ke kampus. Mai Ding menyerbu dengan langkah besar(mungkin maksudnya dicuekin), Lu Wei sudah bisa mengatasi dirinya, dia tidak melihat orang lain lagi.

.........

"Aku mau pulang lalu pipisin pianonya, pipisin sikat giginya, lalu menyikat toilet, lalu di pojokkan kasurnya aku akan meletakkan paku."

"Beberapa hari pergi, sudah punya kemampuan begitu." Suara An Ziyan terdengar dari belakang Mai Ding.

Jantung Mai Ding mau loncat dari tempatnya, memutar kepalanya dia melihat An Ziyan, memiringkan kepalanya dan melihat dirinya. Mai Ding kesulitan bernafas melihat pada wajah yang tersenyum buruk, meskipun Mai Ding melihat para mahasiswa yang berseliweran di belakangnya, tapi dia bisa memandang An Ziyan. Seperti tidak percaya ini nyata, meski seperti sebuah ilusi. Akhirnya dia memaksa membuka jalan pada keramaian, dengan tergesa-gesa melompat ke tubuh An Ziyan.

"An Ziyan!"

Dengan waktu yang lama Mai Ding memeluknya, dia mengangkat kepalanya, "Bukankah kamu bilang tidak bisa pulang tepat waktu?"

"Nggak pulang tepat waktu 'kan, pulangnya dipercepat."

"Kamu sengaja 'kan?"

"Nggak ngerti kamu ngomong apa."

"Kamu pasti sengaja 'kan SMS begitu, jangan-jangan kamu nggak pergi, kamu pulang untuk memperjelas semua ini 'kan."

Melihat An Ziyan seperti tidak terjadi apa-apa berjalan maju, Mai Ding mengejarnya dan menemukan teorinya, hanya menarik lengan An Ziyan. Siap-siap tersenyum banyak-banyak. An Ziyan menggenggam tangannya.

"Kapan waktunya makan malam?"

"Kira-kira, kamu mau makan apa, kulkas di rumah kosong, lewat supermarket untuk beli bahan." Dia benar-benar baru ingat.

Sayangku, sekarang kamu disini, apa yang harus aku lakukan?

Mai Ding mengintip An Ziyan, kemudian dengan lebih kencang memeluk tangan An Ziyan.

[Note dari Pengarang asli novel ini: Angelina. (Sekalian aja di terjemahin^__^)

"Sepertinya lebih baik ngomong disini. Jadi kalau ada yang bertanya soal masalah penyaduran/merubah. Saya benar-benar tidak suka untuk menolak orang-orang, hanya merasa sedikit merasa sakit. Mungkin, saya sedikit egois. Menulis artikel ini, tidak ada hadiahnya(suka rela). Nggak tahu. Karena saya suka, capek sih, tapi juga setimpal, pada akhirnya, biarkan cerita mereka milik mereka sendiri. Saya tidak setuju kalau diubah menjadi ptongan-potongan atau yang lainnya, tidak ingin mereka dinamai oleh nama orang lain. Saya harap banyak pengertian, mereka adalah milikku."]

(Berati termasuk Fanfic juga ya =__=!!!, saya nerjemahin boleh ngga ya? Bolehlah udah tamat)

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis Novel: Angelina

Cina-Indonesia : iu3a

Ok udah chapter 90 plus notes dari si empu-nya cerita. Aku nggak sabar posting cerita ini. Kaget juga waktu nemuin notes dari Angelina di website itu. Karena di Dynasty_LikeLove belom sampe terjemahannya sampe chapter ini nggak tau juga dia nerjemahin notes itu apa enggak.

Aku awal-awal sempat tergoda. Tapi langsung aku ubah jadi translite ke indonesia, aku kasih note di chapter I (Walau mungkin agak kejauhan tapi udah nggakk ada niat buat ngerubah cerita aslinya, walaupun dulu sempet kepengen =p). Ngerasa sendiri waktu semakin ke sini semakin bisa merasakan kalau orang nulis itu capek juga. Aku yang artiin aja capek, apalagi yang buat. Ya kalau emang dasar udah suka, kalau mau berhenti juga kok gimana. Ngerti deh mbak Angelina. Makasih untuk kerja kerasnya bikin cerita yang bagus begini . Saya juga suka rela kok ngetik disini. Sekalian belajar bikin kalimat yang mudah dipahami. Biar bisa bikin cerita sendiri kaya mbak Angelina, Siapa tahu kalau besok-besok saya bikin cerita sendiri ada yang baca dan ada yang nge-fans, hehehe. . . Sorry modus . . .

Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 282K 56
" Bapak ngapain ke sini ?! " " Ganti baju " ucap Daniel " Ngapain ganti baju di kamar saya ? " Daniel menatap Sera datar " terus saya ganti di kama...
1M 92.4K 87
{BXB}{LOKAL}{NON-BAKU} Cerita ini tentang Elvan Maulana yang punya pacar anak IPA kelas sebelah tuh cewek cantik banget awalnya si baik-baik aja samp...
16.7K 2K 21
Menceritakan tentang kehidupan keluarga Ondah, bagaimana sih rumah mereka bisa betah disitu.. ya gatau yuk intip keseruan Ondah Family...
959K 54.8K 53
BELUM DIREVISI. "Suutttt Caa," bisik Caca. "Hem?" jawab Eca. "Sttt Caa," "Apwaa?" Eca yang masih mengunyah, menengok ke samping. "Ini namanya ikan ke...