Chapter XCVIII Aku Mencintaimu

4.5K 460 9
                                    

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (='∀`)

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Hari tahun baru, Mai Ding berdiri di depan jendela, habis selesai sarapan. Mai Ding dengan mulutnya membuat embun putih di jendela, dan kemudian menggunakan jarinya untuk menuliskan nama An Ziyan. Setelahnya nama itu menghilang untuk beberapa saat.

Hanya sedikit menginginkan An Ziyan, dan hanya sedikit lebih dari sedikit. Apa yang dilakukannya sekarang? Kapan dia menelponku, seharusnya nggak lupa 'kan. Dia pasti mengulur-ngulur waktu untuk membuatku menunggu lebih lama, apa dia sedang bingung, sebenarnya siapa yang bingung ah? Mai Ding melempar ponselnya diatas tempat tidur, Aku nggak peduli.

Apa dia nggak punya waktu untuk menelepon? Aku tidak akan tertidur. Mai Ding dengan cepat gila sendiri.

Di saat An Ziyan menelepon Mai Ding yang saat ini dengan cepat langsung menjadi gila. Ketika ponselnya berbunyi, Mai Ding dengan cepat mengangkat telponnya, "Kok baru telpon. Apa maksudmu?"

"Kamu turunlah ke bawah dan lihat." Mendengar An Ziyan bicara begitu, hati Mai Ding langsung menggebu-gebu.

Ah An Ziyan datang? Dia dengan tergesa-gesa turun, membuka pintu, tapi diluar kosong. Mai Ding dengan cepat ke tempat sampah mencarinya, dia bahkan tidak melihat separuh sosok dari An Ziyan, dia memegangi ponselnya, "Kamu dimana?"

"Kamu benar-benar percaya padaku?"

Mai Ding tidak bicara, dan dihatinya merasa sangat menyesal. Bahkan dia sampai lupa menyumpahi An Ziyan. Saat dikatakan seperti ini benar-benar percaya, Bagaimana bisa dia sebodoh itu.

Iya ah. Mana mungkin dia datang, bahkan kata-kata seperti ini dia percaya. An Ziyan dasar tengik, sana mati, aku benci padamu, Mai Ding menyumpahi di dalam hati, ketika dia kembali ke kamar, dia juga ingin langsung menutup telpon An Ziyan.

"Jangan bohongiku, aku nggak mau melihatmu seumur hidup ini, dasar membosankan, naif."

"Oh, benar kamu nggak mau melihatku, kalau begitu aku pergi."

An Ziyan bersandar di jendela dan melihat apa yang dikatakan Mai Ding.

Mai Ding yang bodoh, kepalanya tidak mendengarkan telpon, "Kamu, kenapa bukankah kamu setuju untuk tidak lagi pergi ke kamarku?"

Melihat An Ziyan benar-benar berdiri didepan Mai Ding dan bukan mimpi serta bukan juga ilusi. Nafasnya, perasaannya terus saja menyerangnya, lagi dan lagi.

An Ziyan tersenyum dan mengulurkan tangan, "Ayo kawin lari, kamu mau ikut?"

Mai Ding langsung mendekat, "Kalau aku nggak datang, kamu mau kawin lari sama siapa ah."

An Ziyan membuka jendela, dan turun dengan menggunakan tangga. Sepertinya sudah sangat lihai dan sangat mengenal medan.

Mai Ding melihat ke bawah dengan sedikit takut, tapi dia bonek saja, dia keluar dari jendela, tapi karena tangganya terlalu licin, ditengah-tengah saat mau turun, pijakannya menjadi tidak stabil saat turun, dia terlambat untuk berpegangan, lalu menutup matanya, dan jatuh kedalam pelukan hangat. Mai Ding membuka matanya dan melihat An Ziyan. An Ziyan membantu untuk menurunkannya.

"Bahkan sebuah tangga tidak bisa dinaiki."

"Ini 'kan karena aku tidak berada di bawahmu, siapa bilang aku nggak bisa naik, aku sengaja kok, mau melihatmu menangkapku atau enggak."

🆃🅰🅼🅰🆃 Kamu Adalah Pria Yang Kucintai Book 1 [Sedang Revisi]Where stories live. Discover now