Chapter LXXVII Hal Seperti Ini Saat Dilihat Beberapa Kali Akan Terbiasa

4.3K 399 19
                                    

An Ziyan menurunkan sandaran kursinya, tidak bisa berhenti menghisap bibir Mai Ding yang lembut. Nafsu dan keinginan Mai Ding memukulnya seperti ombak yang hancur. Dia memiliki keinginan yang kuat untuk An Ziyan. Dia menginginkan semuanya, seluruh hati dan juga tubuhnya. Dengan sangat bernafsu, An Ziyan melepaskan baju Mai Ding, sedangkan lidah mereka saling terjalin, hasrat yang tidak ada habisnya keluar tidak terkendali di dalam mobil.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah semuanya sudah mantap, Mai Ding menyelimuti pundaknya dengan baju An Ziyan sambil duduk di depan kursi penumpang. Dengan lengan yang melingkar di kakinya dan dagunya menempel pada lututnya, dia berkata, "Apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Apa maksudmu apa yang akan kita lakukan? Aku nggak mau bertanggung jawab."

Mai Ding mencubit An Ziyan, "Kamu masih punya suasana hati untuk bercanda?"

An Ziyan menggapai kepala Mai Ding dan menariknya ke dalam lengannnya, kemudian memeluk kepalanya dan mendekatkannya di dada.

"Biar aku yang urus."

"Kamu nggak akan membunuh semua keluargaku 'kan?''

"Nggak."

"Nggak salah?"

"Itu metode kita yang terakhir."

Mai Ding menggeliat dan menendang lengan An Ziyan, 'kok bisa-bisanya sih orang ini nggak punya satupun kelakuan baik?'

An Ziyan memeluk Mai Ding lagi, "Iya, iya, aku akan memberikanmu pengalaman kecakapan bicara priamu ini."

"Selain merendahkan dan memukul orang, memangnya apa lagi yang bisa kamu lakukan?"

"Lebih baik daripada hanya tahu bagaimana menggaruk punggung."

An Ziyan menunjuk pada tingkah laku Mai Ding saat mereka berbagi 'kasih' beberapa saat yang lalu. Jari Mai Ding menancap di punggung An Ziyan dengan sangat dalam, jadi meninggalkan bekas yang terlihat di punggung An Ziyan. Ketika An Ziyan menyinggung masalah ini, Wajah Mai Ding langsung memerah. Tepat saat Mai Ding ingin balik berbicara, dia melihat luka di wajah An Ziyan. Dia menyentuh lembut luka itu dengan jarinya. An Ziyan mengerutkan dahi dan Mai Ding ikut-ikutan mengerutkan dahinya, "Siapa yang suruh kamu berkelahi? Benar-benar, kalau aku nggak disana, kamu bisa kena kecelakaan."

"Berisik." An Ziyan melepaskan tubuh Mai Ding dan menyalakan mesin mobil.

"Kamu sudah bisa berfikir aku berisik? Cepatnya! Apa yang barusan kamu bilang tadi?"

"Mana aku tahu kalau kamu berubah menjadi wanita kepo secepat itu?" An Ziyan mulai tancap gas.

"Kamu iblis. Tunggu, kamu mau ke mana?"

Mobil berjalan ke depan dengan cepat. An Ziyan mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh, "Kita pergi bertemu ibu dan nenekmu."

"APA!!!" Teriakan Mai Ding hampir memecahkan gendang telinga An Ziyan.

"Nyetirnya pelan-pelan dong. Aku harus pakai bajuku dengan benar."

"An Ziyan, aku bilang pelan-pelan. Dimana celana panjangku?"

"AN ZIYAN ! ! ! ! Kamu budeg atau apa? Cepat bantu aku mencari celana panjangku, nyetirnya dipelanin."

"AN ZIYAN ! ! ! Kamu menduduki celanaku, berdiri, berdiri, tolong berdiri."

"Jangan berani-berani pegang kemudi, kamu mau mati?" An Ziyan bicara.

Untungnya, Mai Ding selesai berpakaian saat mobil melaju ke pintu depan rumah sakit, meskipun keringatnya sudah sejagung-jagung. An Ziyan membuka pintu dan keluar dari mobil, tapi Mai Ding masih duduk di mobil. Memandang pintu rumah sakit. Dengan ragu-ragu lebih baik dia pergi atau tidak. An Ziyan langsung saja memutar tubuhnya dan membuka pintu mobil, kemudian menyeret tubuh Mai Ding keluar dari mobil.

🆃🅰🅼🅰🆃 Kamu Adalah Pria Yang Kucintai Book 1 [Sedang Revisi]Where stories live. Discover now